"Tay, Kau punya utang 3 ribu ya." ujar Brayan sambil mengecek isi dompetnya.
"Aelah, Bray. 3 ribu doang, kau nggak bakal kere aku pinjam segitu. Uangku tinggal buat ngangkot aja ini." kata Tyler tanpa menghadap lawan bicaranya. Tiga serangkai itu sekarang berjalan lurus ke parkiran mobil.
"Tay anjing, kemarin-kemarin kau juga belum bayar hutang, yang SMP juga belum lunas." Brayan menunjuk-nunjuk Tyler.
"Nggak usah ngibul, bilang aja kau belum gajian tapi lagi seret. Lagian emang kita satu SMP?" Tyler berbalik menghadap Brayan.
"Oh nggak ya?"
"Nggak, bego. Dari orok aku sekelas terus sama si Daran, ya kan Ran?" mata Tyler dan Brayan tertuju pada kelaki yang paling tinggi di antara mereka bertiga.
Tampak Daran yang terus menatap ponselnya dengan raut jengkel.
"Dia tengkar sama pacarnya?" Bisik Brayan pada Tyler.
"Dia udah putus 6 bulan yang lalu ingat?" jawab Tyler.
"Pak tua bajingan. Tay! Aku nginep di rumahmu ya?" tanya Daran.
"Ada apa gerangan paduka Daran? Kau tidak pernah betah tidur denganku." Tyler bersedekap dengan raut penuh tanya.
"Ayahku ngajak ke pertemuan perusahaan AX. Biasa... ngajak kerja sama dan jodoh-jodohin anaknya nggak jelas. Please please, kau lah harapanku Tay." Mohon Daran dengan mata berbinar dan tangan mengenggam Tyler. "Oh atau nginap di rumahmu juga bisa." lanjutnya melirik Brayan.
"Cih, aku dijadiin pilihan kedua." Brayan bersedekap sambil memalingkan muka.
Tyler tersenyum sambil menusuk-nusuk pipi Daran dengan telunjuk, wajah gemasnya selalu menjadi sasaran aksi jahil Tyler, seru melihatnya dengan berbagai ekspresi. Brayan menatap interaksi keduanya dengan jijik. Tiba-tiba mobil jeff bezos yang berhenti di depan pagar sekolah menyita perhatian Brayan, ia hafal betul mobil yang menjemput Daran.
Brayan membaca pikiran Tyler ketika Daran lanjut memohon padanya, "Dar, jangan mau--"
"Aku nggak pernah mau nyium tai kayak dia." potong Daran, karena disituasi ini Tyler akan berkata 'cium dulu.' Daran pun sudah muak dengan hal itu.
"Dia emang tai, tapi lihat di depan gerbang." lanjut Brayan. Mereka berdua kompak menoleh.
Tin tin.
Daran semakin kesal saat mobil tersebut membunyikan klakson. "Ck, sialan." ia menghempas tangan Tyler dan pergi dengan perasaan dongkol menuju gerbang.
"Woi! mobil kau ditinggal lagi!?" tanya Tyler dengan sedikit berteriak.
"Ya, kalau mau bawa-bawa aja." Daran melempar kunci ke Tyler.
"Sudah berapa mobil yang dia tinggal disini?" tanya Brayan.
"Entahlah, ini yang ketiga." Tyler menatap bangga kunci yang dibawa, artinya ia tidak perlu mengendarai angkutan umum.
"Eeh.. Tay, emang kau bisa bawa mobil?" tanya Brayan
"Nggak, tapi keren aja gitu dikasih kepercayaan dia buat jaga mobil." jawab Tyler, pemilik nama paling kece, sayangnya paling missqueen juga.
Brayan dapat melihat kilauan di matanya, ia menghela napas. 'Si Daran juga tolol, udah tau bestinya nggak bisa nyetir malah suruh bawa.'
"Aku akan telfon seseorang buat bawa mobilku, kita naik mobil Daran bareng sekalian aku ajarin."
---
"Tentu, dia anak yang membanggakan. Suatu saat nanti perusahaanku akan berjaya di tangannya." Millard mengelus punggung Daran ketika acara makan malam berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Knife
Teen FictionDibalik wajah ramahnya, ia menyimpan kepedihan. Dibalik punggungnya, ia menyimpan pisau kebencian. Berawal dari pertemuan dua insan yang cukup unik hingga menaruh hati diantara mereka. Mara tidak bisa mengelak rasa sukanya pada lelaki beraroma min...