Part 15: Do I get privileges?

2 0 0
                                    

Langit mulai berwarna jingga, artinya untuk cowok yang pacarnya belum pulang diharap segera mengantarkan mereka sebelum berlatih lagi sampai malam. Memang merepotkan, tetapi itulah yang mereka inginkan. 

Sementara itu, anggota yang lain yang jomblo pergi cari makan di luar sekolah, karena kantin sudah tutup. 

Kini Daran dan Mara berada di mobil yang melaju kencang di jalan beraspal.

"Kok aku pingin segar-segar ya." ujar Daran yang haus setelah latihan basket. 

"Beli aja." kata Mara yang matanya tak lepas dari bangunan di luar jendela. 

Beberapa menit kemudian Daran berhenti di depan Cafe bernuansa pink. 

"Kau tahu aja ada tempat ini." komentar Mara sambil melepas seatbelt-nya 

Daran tertawa dengan sedikit menahan malu. Ia cowok berbadan maskulin, tetapi mengunjungi cafe bercat pink. 

"Adikku sering kesini, katanya kalo cafe nuansa pink minuman stroberinya lebih bervariasi." tangaap Daran ikut melepas seatbelt. 

Mara hanya mengangguk sambil membuka pintu mobil. Mulai hari ini Daran setuju untuk tidak membukakan pintu untuk Mara, sedangkan Mara senang akan hal itu. 

Daran mulai menunjukkan menu variasi stroberi kepada Mara sambil menjelaskan ingredients-nya jika ia bingung dengan nama minumannya yang unik. Setelah memesan, Daran dan Mara menunggu di kursi khusus pelanggan take away. 

"Daran." panggil Mara. 

"Iya?" 

"Jangan menghadap samping." pinta Mara

Daran bingung dan penasaran, "kenapa?"

"Hadap depan dan jawab iya aja kenapa sih."

"Iya iya, ini udah." Daran duduk tegak menghadap depan, seketika ia merasa pundaknya sedikit bermassa. Daran pun tidak bisa menyembunyikan senyumnya. 

"Kemarin aku mimpi buruk, jadi... takut buat tidur lagi nanti." jelas Mara yang bersandar di pundak Daran sambil mengingat mimpi tentang Ella dan teman sekelasnya mengetahui identitas aslinya. 

Daran sungguh ingin menoleh untuk melihat ekspresi kucing kecilnya itu, tetapi ia terlanjur menaati permintaan Mara. "Kode nih?"

"Nggak, jangan nginap. Kau bakal diskors satu bulan." 

Daran tertawa kecil, "yaudah, tapi syaratnya nanti harus vc."

"Kok jadi kamu yang bersyarat?"

"Terus gimana dong biar kamu tidur nyenyak?"

"Yahh, liat aja nanti, habis keluar sama Xander nanti juga kecapekan sendiri."

"Jam berapa pulangnya?"

"Hari ini kayaknya jam dua belas."

"Yaudah aku tunggu."

"Nggak usah!" Mara meneggakkan kembali kepalanya, barulah Daran bisa melihat wajahnya. 

"Usah." bantah Daran. 

"Nggak, Daran. Aku nggak menjamin pulang jam segitu juga, aku bilang 'kayaknya.' dan aku juga udah bilang nanti kalau kecapekan bakal ketiduran." 

"Oke, tapi syaratnya--"

"Apa lagi?"

Tawa Daran pecah seketika melihat ekspresi cewek di sampingnya, "chat aku tiap kau udah pulang."

"Oke, besok aja kan?"

"Setiap hari."

"Hah? Biar apa? Kau juga bakal baca besok paginya." 

Behind the KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang