Nyawa Yang Tak Berharga [03]

1.3K 167 48
                                    

Sepuluh jari bertaut gelisah bergerak tak tentu arah dalam ketakutan, jantung yang kian berdetak dalam tempo cepat membuat paru paru nya kembang kempis memproses udara. Sorot mata lemah dan lesu penuh ketakutan nya begitu kentara sama seperti hati yang tengah gundah gulana.

Tubuh mungil nan lusuhnya masih terpaku diam di depan sebuah pintu kayu yang agak tua, sama seperti beberapa menit lalu sejak kedatangan nya.

Dalam kegelisahan sang manik merah mencoba meraih pintu untuk sekedar menimbulkan suara mengetuk agar sang penghuni rumah menyadari keberadaan nya yang memang tak berharga.

Ia takut... Mereka akan marah saat pundi-pundi uang itu tak ada di genggaman nya.

Menyiapkan mental dan juga tubuh untuk pemukulan ronde kedua. Sang anak hanya meringis kesakitan saat lengannya yang terkilir harus digerakkan dengan paksa untuk menggapai pintu. Semoga saja mereka tidak terlalu kasar memukulinya.

Dalam keraguan manik merah ruby menunduk takut, ia berfikir mungkin melarikan diri saja dari mereka akan lebih baik dari pada menunggu di pukul hingga mati?

Tidak!... Dalam detik berikutnya ia sadar... Itu bukanlah jalan yang baik....

Ini adalah rumah nya... Rumah Peninggalan sang ibu yang telah dirampas oleh pria kasar yang setidaknya telah memberinya makan dan juga luka. Kemana lagi ia akan pulang? Inilah rumahnya....

Tok tok tok

Keteguhan hatinya untuk bertahan dan tetap mengetuk pintu tiba-tiba rubuh saat sang hati langsung melongos jatuh ketakutan. Dada yang naik turun tiba-tiba berhenti, nafasnya terjebak dan menyangkut di awang-awang. Jantung yang tadinya meronta gila langsung senyap saat ia menahan nafas.

"Masuklah! Pintu tidak dikunci! " Teriak sang penghuni rumah dengan suara berat khas pria.

Memegang pergelangan tangan yang bergetar hebat hanya karena takut menarik gagang pintu, juga kakinya yang seakan lumpuh dan diberi lem agar tak bisa bergerak.

Dengan hati yang berat dan jantung yang sulit berdetak normal, sang anak mencoba mendorong pintu kayu tua di depannya, melangkah kan kaki dengan takut-takut ke dalam rumahnya sendiri.

Melangkah pelan dengan kepala menunduk memperlihatkan pemandangan kaki kumuh dengan baju kotor seperti karung goni terbuang di rongsokan.

Kabut asap menyinggahi matanya, membuat sang manik merah tergenang banjir hangat.

Matanya terpejam mengumpulkan segenap kekuatan yang tersisa... Apapun itu akan ia hadapi... Sama seperti hari hari sebelumnya... Ia harus kuat... Harus bertahan...

"Ckh! Menjauh sedikit! Kau terlalu bau dasar bocah busuk!! " Suara yang agak kurang jelas saat sang pria gempal menutup hidung besarnya yang berbekas beberapa jerawat dan luka kecil.

Menyadari hal itu, rekannya yang lain nampak mengikuti aksi tutup hidungnya bersamaan dengan sang anak yang mundur beberapa langkah ke belakang yang tidak terlalu jauh dari dinding rumah.

Hanya berdiri diam seperti patung yang menunduk ke bawah saat beberapa sosok lain nampak puas menikmati hidangan potongan roti bersama selai dan kawannya yang lain.

Krukk kruk

Perutnya bergetar hebat, memilin usus-usus kurang nutrisi bahkan organ pencernaan nya itu sudah mulai mengikis dan mencerna tubuhnya sendiri.

"Hei bocah! Kau mau roti? " Pria kurus dengan hidung kecil penuh benjolan kecil seperti jerawat nampak menyodorkan sepotong kecil roti yang membuat sang anak tak sabar untuk mengisi perut dan memberi asupan asam lambung nya yang sempat naik.

Belum lagi ia mendekat, tangan lainnya yang lebih besar menahan potongan kue itu "Berikan dulu setoran hasil hari ini! Baru setelah itu kau dapat jatah makan! " Ucapnya keras namun agak santai sambil mengunyah potongan roti yang lain.

Ah... Ia lupa akan masalah awalnya....

Lagi lagi... Penyakit jantungnya berulah.

Merasa tak ada uang yang bisa diberikan, ia hanya diam menunduk sekaligus memilin jari-jarinya yang kotor berbecakkan noda darah.

Melihat hal itu, tentu saja tiga pria yang tengah menyantap makanannya mengerti apa yang terjadi. Satu orang bertubuh gempal yang bertabiat mudah marah nampak mulai memerah.

Ini bukan pertama kalinya setoran sang anak tak bisa dibayar yang katanya dicuri oleh beberapa orang pemalak sebagai alasan.

"Ckh! Dasar tak berguna! " Ucap sang pria gempal.

Tangan besar itu meraih balok kayu di dekat posisi duduknya, beberapa pelajaran kecil mungkin akan membuat sang anak jera dengan kesalahan nya mungkin itulah yang dipikirkan oleh sang pria gempal.

Sang anak ketakutan, kakinya tiba-tiba lumpuh di tempat begitu juga dengan lidahnya yang seketika kelu hanya untuk sekedar menjawab dan memberi alasan.

Mencoba memaksa kakinya untuk melangkah hanya membuat tubuh ringkih sang anak jatuh terduduk di lantai bersama ketakutan nya yang pekat di udara.

Memejamkan mata saat ia tau rasa sakit yang besar akan menerpa tubuhnya.

Wush

Bruk!

Ujung balok kayu berhasil mengecap keningnya dengan kasar menimbulkan sebuah luka baru yang mengucurkan darah segar. Tubuh kecilnya melayang karena pukulan itu, tepat membentur dinding kayu yang tampak kusam kini penuh akan cairan merah pekat.

Sang pria mendekat, menggunakan ujung balok kayu nya untuk mengangkat surai panjang yang menutupi wajah penuh darah itu.

Tak bergerak, beberapa kali sang pria menendang tubuh sang anak untuk memastikan apakah nyawa kecil itu masih belum berpulang. Tapi hasilnya nihil, tubuh itu kaku di tempatnya.

"Hei seperti nya bocah busuk ini sudah mati! " Teriaknya santai ke arah belakang di mana dua orang duduk tenang dengan beberapa potong roti selainya.

"Biarkan saja, lagipula dia hanya beban disini hahaha! " Yang lainnya ikut menyahut dengan mulut yang senantiasa mengunyah roti, tak lama kemudian suara batuk terdengar di penjuru ruangan diikuti gelak tawa rekannya yang lain.

Tanpa rasa bersalah, potongan kayu dilempar nya sembarang arah dan meninggal seonggok tubuh dengan kondisi memprihatinkan.

"Hmm? " Belum lagi ia mulai melangkah sang pria bertubuh gempal itu lebih dulu kebingungan saat kulit kakinya disentuh oleh sesuatu yang perlahan genggamannya mulai mengencang dan erat. Bulu kuduk nya merinding saat fantasi liarnya mulai bergejolak membayangkan zombie penuh darah memegang lalu menarik kakinya ke bawah.

"Ugh... Apa yang kau lakukan? "

.
.
.
╭┉┉┅┄┄•◦ೋ•◦❥•◦ೋ
Reinkarnasi Boss Mafia
[Halilintar]
•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉╯
.
.

T

BC

Senin 09 Januari 2023934 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin 09 Januari 2023
934 kata

Reinkarnasi Boss Mafia [Halilintar] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang