02 › bertuan.

3.7K 450 33
                                    

"terima kasih untuk malam ini, Rei."

Rakala Haureiga atau yang sering dipanggil Rei oleh para tamunya ituㅡmengangguk sembari melempar senyum sebelum membungkuk hormat pada pria yang sudah merelakan banyak uang untuk membayar dirinya selama beberapa jam. Tidak, bukan untuk menggunakan kamar sewaanㅡtetapi untuk minum bersama dan membagi keluh kesah pada Rei yang hanya sekedar mengangguk dan tersenyum guna memberi semangat pada tamunya. Ya, hanya itu yang dilakukan Rei bersama para tamunyaㅡtidak ada hal yang lebih, seperti seks.

"jika ada waktu luang, aku akan datang lagi dan menemuimu." ujar pria itu lagi, kali ini dengan usakan lembut pada surai Rei.

Rei mengangguk, "dengan senang hati aku akan menemani tuan." dengan senyuman pula Rei mengatakan hal tersebut.

pria itu tertawa pelan, "aku pergi."

melihat kepergian tamunya malam ini, Rei menghela nafas berat sebelum mendudukan tubuhnya dibangku tempat ia dan tamunya duduk bersama. Lelah? ya, biarkan Rei beristirahat sejenak. Pemuda itu melepas alat bantu pendengarnya agar tidak mendengar dentuman musik bar yang begitu kerasㅡyang bisa saja merusak indra pendengaran orang-orang. Rei memejamkan matanya selama beberapa detik, menetralkan kelelahannya sampai tepukan ringan mendarat dibahunya.

puk.. puk.. puk..

Rei membuka kedua netranya sebelum menoleh kearah seseorang yang telah lancang menganggu waktu istirahatnya.

"apa?" tanya Rei saat mendapati rekan kerjanya berdiri dibelakang kursi yang saat ini sedang ia duduki. Alih-alih mendengarkan suara dari rekannya, Rei justru mendapatkan isyarat tangan dari rekannya itu yang menunjuk kearah alat bantu yang tergeletak diatas meja dan telinga Rei.

"pakai dulu RIC-mu."

ah, "suara musik kerasㅡkepalaku pusing jika memakai RIC dan mendengar suara yang sangat keras." jelas Rei secara lisan tanpa isyarat.

rekan Rei melotot kesal sebelum kembali menggerakkan isyarat, "huh? aku ingin berbicara penting denganmu!"

Rei mengangguk, "katakan saja.. Aya.."

"pakai RIC-mu, Rei.." balas Ayasaㅡrekan kerja Rei yang kembali menunjuk alat bantu pendengaran Rei.

Rei mendengus sebelum terpaksa meraih RIC yang langsung ia pasangkan pada telinganya. "Kamu ingin membicarakan hal penting apa, Aya?" tanya Rei setelahnya.

Aya tersenyum senang, "kamu dipanggil mamii."

"hah? apa?"

"mamii ingin berbicara hal penting padamu, Rei." jelas Ayasa lagi dengan nada malas, "sekarang cepat pergi ke ruangan mami!"

"hei, untuk apa?" Rei bertanya saat Ayasa menarik lengannya agar beranjak dari kursi tempat ia duduk, "aku tidak membuat kesalahan.. aku juga sudah tidak memiliki tamu, sekarang waktunya aku pulang!"

Ayasa merotasikan kedua matanya, "kamu temui mami saja dulu.. Reiii.." ujarnya, "oh ya!" pekik Ayasa seketika membuat Rei menatapnya bingung, "kamu jangan pernah jatuh cinta pada tuan Nades meskipun dia sering mengucapkan kata-kata manis padamu!" peringatnya dengan nada bercanda.

Rei menghela nafas jengah saat mendengar tawa Ayasa diakhir kalimat pemuda itu, ia berbalik acuh dan melangkah masuk ke dalam koridor yang menuju pada ruangan mamiㅡwanita yang merupakan istri dari pemilik bar. Saat sudah berdiri didepan ruangan yang ia tuju, Rei menarik nafas sedalam-dalamnya sebelum mengangkat tangan untuk mengetuk pintu.

tok.. tok.. tok..

"ini Rei, mami!" ujar Rei sedikit keras agar mami yang berada didalam ruangan dapat mendengar suaranya.

"masuklah, Rei."

Rei kembali menarik nafas sebelum menyentuh knop dan membuka pintu ruangan mami. Pemuda itu melangkah masuk dengan pertanyaan menyerbu benaknya dan saat sudah duduk dikursi yang berhadapan dengan mami, Rei berdehem singkat. "Ada apa mamii memanggilku?" tanya Rei dengan nada pelan karena takut-takut ada masalah yang tertuju padanya tetapi ia sendiri tidak menyadari apa kesalahannya sampai membuat dirinya dipanggil oleh mami.

"Rei, aku ada kabar untukmu."

Rei menunduk dengan nada lirih menjawab ucapan mamii, "apa aku membuat kesalahan.. mamii?"

"tidak."

Rei mendongak dan menatap mami serius dengan bahu perlahan merosot turunㅡdirinya lega karena bukan kesalahan yang membuatnya datang masuk ke dalam ruangan mami, "lalu?"

"bersiaplah untuk besok malam dan kamu tidak perlu datang ke bar ini lagi." ujar mamii diiringi senyuman.

Rei mengerjap bingung, "apa.. mamii?"

"kamu sudah bertuan, Rei."

perfect; tuan
diketik; 5 Januari 2023.
dipublikasi; 6 Januari 2023.

dipublikasi; 6 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
11. Perfect› tuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang