08 › cacat.

2.4K 343 16
                                    

Sekitar dua hari sudah hubungan antara Marva dan Rei terjalin dengan baik meski tak jarang masih terasa cangung tetapi semuanya berjalan cukup baik karena Marva sering mengajak berbicara secara random tanpa tujuan; seperti menanyakan mengenai judu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar dua hari sudah hubungan antara Marva dan Rei terjalin dengan baik meski tak jarang masih terasa cangung tetapi semuanya berjalan cukup baik karena Marva sering mengajak berbicara secara random tanpa tujuan; seperti menanyakan mengenai judul atau genre lagu dan film yang disukai Rei, apakah RIC yang digunakan Rei nyaman atau bermain PlayStation bersamaㅡya meskipun diakhiri dengan kemurungan submissive karena sering kalah dari dominan dibeberapa kali babak game. Ya, cukup itu saja yang dilakukan submissive dan dominan itu didalam rumah. Akrab, sudah cukup bisa dikatakan seperti itu dan Marva juga meminta Rei untuk tidak memanggilnya dengan sebutan tuanㅡdigantikan dengan kak karena lebih nyaman didengar dan mengingat usia mereka terpaut cukup jauh; 25 tahun dan 17 tahun. 

hari ini tepat hari ketiga Marva dan Rei bersamaㅡMarva mengajak Rei keluar rumah menuju sebuah bangunan megah yang disebut dengan Mall; tempat perbelanjaan karena ada banyak yang ingin Marva cari dan beli untuk kebutuhan rumahnya yang cukup kosong dan ingin ia isi dengan beberapa barang yang entah penting atau tidak, persis sekali seperti pasangan sah yang mencari kebutuhan rumah baru.

ah ya, bukan hal yang cukup mudah bagi Marva untuk memunculkan diri disekitar publik mengingat dirinya adalah publik figur yang cukup memiliki banyak skandal problematik, sehingga detik ini juga Marva mengenakan masker juga topi untuk menyamarkan dirinyaㅡmeskipun sempat mendapatkan tatapan curiga dari Rei yang merasa aneh pasal mengapa Marva mengenakan masker dan topi saat hanya pergi ke Mall.

berdiri didepan ruang ganti, Marva sembari mengotak-atik ponselnya menunggu Rei yang sedang mencoba beberapa baju yang ia pilih. Bukan karena apa, Marva hanya ingin saja membelanjakan kebutuhan pribadi yang diinginkan Rei. Marva juga memeriksa kelayakan RIC milik Rei yang ia pinta dari Rei karena takut terjatuh saat submissive itu melepas atau memakai pakaiannya dan jawaban dari kememeriksa kelayakan itu cukup masih layak seperti yang dikatakan Rei tempo hari lalu.

Marva kembali pada ponselnya yang menampilkan notifikasi dari manager dan Julian yang mengirimkan schedule rekaman lagu dan pengambilan musik video kolaborasi mereka. Dominan bungsu Adimasta itu menghela nafas samar, ia membenarkan topiknya bersamaan dengan seruan namanya yang membuat Marva melayangkan tatapan tajam kearah pelaku pemanggil.

"Marva? Marv!"

Marva sontak membuang wajahnya dari submissive yang telah berani menyebutkan identitas yang susah-susah ia samarkan dihadapan publik; untung toko pakaian yang saat ini ia masuki sedang tidak banyak pengunjung.

"aku benarkan? kamu Marva? Ya, Tuhan.. Marvaka! kenapa kamu gak balas pesanku? nomor kamu kenapa gak aktif? Mavra bilang kamu ganti nomor, itu benar?"

cercaan penuh fakta itu membuat Marva mau tidak mau menoleh kearah submissive yang saat ini sedang mengatur nafas karena berbagai pertanyaan dengan nada rap yang dilontarkannya. "Jaga ucapana lo, Hessa."

"Marvaㅡkenapa bukan kamu yang datang waktu acara pertemuan keluarga kita? kenapa justru Mavra? kenapa?"

"none of your business, Hessa."

11. Perfect› tuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang