24 › simpatik.

1.8K 171 17
                                    

Rei dengan telaten dan hati-hati memijit tengkuk Marva yang saat ini sedang berdiri didepan wastafel guna memuntahkan sesuatu yang akhir-akhir ini sering membuat perutnya mual tanpa sebab.

"pasti kakak makan sembarangan kan?"

Marva menggeleng cepat sebelum mencuci wajahnya setelah yakin dirinya sudah tidak lagi semual tadi, "aku diluar rumah nggak makan sembarangan." jelasnya menghadap Rei yang menatapnya curiga, "kan kamu selalu bawain aku bekal."

"terus kalau bukan karena makan sembarangan, kenapa kakak bisa mual-mual?"

"gak tau." balas Marva sangsi, "tapi aku beneran gak makan sembarangan selama diluar." dengan nada merengek pada sang submissive yang masih menatapnya dengan tatapan penuh curiga, "tanya aja sama manager atau sekretaris bahkan Mavra yang selalu ada disekitarku tiap aku ada dikantor atau agensi, tanya sama mereka apa aku makan semㅡ"

"udah ah, kakak bawel." sela Rei kesal sebelum keluar dari kamar mandi dan langsung disusul Marva yang kelabakan.

"kan aku jelasin, sayang."

Rei merapikan selimut dan sprei ranjang mereka yang berantakan, "iya."

"kamu gak percaya sama aku?" Marva mengikuti setiap langkah kaki Rei yang saat ini sedang membereskan kamar, sesekali dominan Adimasta itu juga membantu sang submissive.

Rei menggidikan bahunya, "bilang gak makan sembarangan tapi mual."

"maaf.. sayang, lagian cuma mual biasa."

"mual itu juga tanda penyakit, kak." tekan Rei pada setiap kalimatnya, "nanti kita periksa ke dokter aja daripada semakin parah."

"gak perluㅡ"

"kalau gitu kakak tidur diluar aja sama kak Mavra yang diusir kak Hessa dari kamar mereka."

Marva melotot, cukup horor membayangkan ia harus tidur bersama Mavra yang beberapa hari lalu sampai malam tadi masih tidur diluar karena mood Hessa sangat buruk. "Ya jangan gitu, sayang.. iya nanti periksa sama kamu tapi jangan suruh aku tidur diluar sama Mavra ya.. sayang?" tawar Marva pelan sembari menatap sang submissive dengan tatapan memohon meskipun saat ini submissivenya itu sedang fokus memilih pakaian kantor untuknya, "sayanㅡ"

"mandi sana, kak Mavra pasti marah kalau tau kakak telat lagi."

p e r f e c t.

"nyengat amat, bau apa nih?"

Mavra menatap aneh sang adik kembarnya yang memasuki ruangannya dengan menutup hidung, "kamu kenapa tutup hidung?"

"ruangan lo bau, lebih parah dari stela jeruk."

"astaga?" Mavra menggeleng heran juga aneh atas ujaran Marva, "biasanya kan kamu biasa saja setiap masuk ke ruanganku, pengharum ruanganku juga masih sama."

"demi apa deh, ruangan lo bikin kepala gue pusing banget." spontan Marva memijit pelipisnya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menutup hidungnya. "Ganti pengharum ruangan gih atau gue males masuk kantor." titah disertai ancaman.

kedua alis Mavra tertaut, "hubungannya apa? kan kamu punya ruangan senㅡ"

"misal gue harus kasih ini itu dan harus masuk ke ruangan lo, gue gak mau kalau pengharum ruangan lo masih bau kayak gini, bau banget dah." hardik Marva yang sudah melempar tatapan jijik pada seluruh sudut ruangan milik Mavra yang tertata rapi.

"kamu aneh, Marva."

"lo yang aneh pake pengharum ruangan kayak gini baunya, dasar Mavra aneh." lalu setelah itu Marva keluar dari ruangan kakak kembarnya itu.

11. Perfect› tuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang