07 › dia.

2.2K 317 4
                                    

"dia dimana?"

"dia siapa yang lo maksud?"

Mavra menutup pintu kamar Marva sebelum mendekati sang adik yang nampak dengan santai mengecek berkas yang ada didalam lemari tanpa menoleh kearahnya. "Sekarang Rei dimana?" lebih jelas juga penuh penekanan berhasil membuat Marva menoleh dari map yang saat ini sedang ia pegang.

"buat apa lo nanyain dia? ada kepentingan apa?"

"Marva, I'm serious."

"gue juga." balas Marva dengan nada santai juga sinis, "1M kurang ya? nanti gue transfer lagi."

"bukan masalah uang dari kamu, aku bahkan tidak memiliki niat untuk mencairkan uang dariㅡ"

"kenapa kayak gitu? gue udah pake Reiㅡ"

bugh

"jangan bercanda, Marva! dia masih dibawah umur, bajingan!"

Marva menyentuh rahangnya yang baru saja mendapat pukulan dari sang kakak saat dirinya belum menyelesaikan kalimatnya yang ternyata cukup mampu memancing amarah, Marva tertawa pelan.

"Gue bajingan? terus lo apa kalo seandainya lo yang dapetin Rei, bukannya lo juga bakal pake dia?" sarkas Marva seketika membuat Mavra mematung, "anak kesayangan bubu satu ini lucu ya? Mav, gimana seandainya bubu tau kalo lo sering make out sama jalang bar? bahkan beli jalang dibawah umur yang sayangnya cacatㅡ"

"Marva!"

"apa? itu kan fakta dari putra sulung Adimasta bernama Mavraka Adimasta, si direktur." saut Marva tanpa enggan, "sebaiknya mulai detik ini lo gak usah mikir tentang Reiㅡkarena dia udah jadi jalang gue dan lo sebentar lagi mau nikah kan?" ledeknya diakhir kalimat menghasilkan kepalan tangan dari sang kakak, "nikah kapan? mingguㅡ"

"aku tidak akan menikah dengan seseorang yang menyukai kamu, Marva." potong Mavra membuat Marva mengrenyit, "jika kamu ingin tauㅡaku dan Hessa tidak akan bertunangan ataupun menikah dalam waktu dekat. Jadi, dalam kesempatan itu aku masih bisa menjadikan kamu yang berdiri diatas altar bersama Hessa."

alih-alih menanggapi serius, Marva justru tertawa keras dan sarkas.

"dan ingat satu hal jika publik tidak akan menerima seseorang yang cacat untuk berdampingan dengan publik figur."

Marva bertepuk tangan. "Terima kasih atas opini konyol itu, gue pergi dulu." ujarnya sembari menepuk bahu Mavra sebelum keluar dari kamarnya dengan membawa map yang berisikan berkas penting mengenai rumah yang saat ini ditempati submissive-nya. Singkatnya semalam ia benar tidur dirumah itu dan pagi ini ia pulang ke kediamanan Adimasta untuk mengambil berkas penting mengenai rumahnya itu yang berada dialmari kamarnya

"kamu ingin pergi kemana lagi, Marva?"

langkah Marva terhenti saat suara sang bubu mengintrupsi dari arah ruang makan yang berada tak jauh dari tangga , "bu.."

"kali ini skandal apa lagi yang ingin kamu buat?"

Marva mematung tanpa bisa mengatakan sebuah jawaban. Jujur saja, baik Mavra atupun Marva sebenarnya tidak begitu berani melawan bubu-nya.

"hhh, bisakah kamu berhenti membuat ulah yang membuat namamu tercoreng? ingatlah jika kamu itu publik figur, Marva."

"bu?"

"apa kamu tidak capek menjadi artis yang menyandang gelar problematik, Marva?"

perfect; tuan
diketik; 10 Januari 2023.
dipublikasi; 11 Januari 2023.

11. Perfect› tuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang