15💕

20 0 0
                                    

"*""
Jumpa lagi ..
jangan lupa vote ya💕
"*""

Hari Sisi mengawali paginya dengan menceramahi Tasya akibat postingannya beberapa hari lalu, yang membuat Sisi malu hingga harus memakai masker saat keluar rumah padahal followers nya juga cuma beberapa biji doang.

"Udah cukup Sisi! panas kuping gue denger ocehan lo, mending sekarang lo berangkat ke kantor, jangan buat atasan lo marah karena kariyawan nya nggak becus kaya lo" sarkas Tasya.

"Tu mulut ya! ini juga gara gara lo tau nggak?ngapain pagi pagi ke rumah gue, jadi kepancing kan emosi gue" jawab Sisi tak terima.

"Udah buruan sana, ni jangan lupa bawa tas lo" ucap Tasya dengan memasangkan Sling bag di pundak Sisi

"Awas !jangan sentuh apapun di rumah gue" pesan Sisi sebelum benar benar meninggalkan apartemennya.

"Bye bye Sisi"

Tasya tersenyum miring, akhirnya pergi juga tu anak.

"Di kira jadi pendengar radio rusak nggak butuh tenaga apa? Huh " Tasya mengibaskan rambutnya.

Tanpa ragu Tasya berjalan menuju dapur, dan berhenti tepat di depan pintu kulkas. Tasya membuka kulkas tersebut,dan..

"Wannjir kutu kupret, ini kulkas apa kuburan?"teriak Tasya terkejut.

Sisi yang masih belum jauh pun bisa mendengar suara Tasya yang marah marah karena kulkasnya yang kosong, hanya ada satu botol minuman dingin di sana.

"Makan tuh kulkas" ejek Sisi, dari lobi apartemen.

Sisi tertawa puas saat ini ia tak peduli  saat orang orang menatapnya dengan aneh, Sisi sengaja mengosongkan kulkasnya karena memang dia tidak sempat untuk belanja. Akhir akhir ini ia lebih memilih makan siang di kantor, makanannya cukup enak dan yang paling penting dia bisa menghemat uangnya.

Setelah menempuh sekitar 20 menit perjalanan akhirnya Sisi tiba di kantor. Ia masuk dan menyapa beberapa kariyawan di sana, hingga ia bertemu dengan sosok yang tidak asing baginya.

"Selamat pagi kak zam" sapa Sisi dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Pagi,"

Tanpa membalas tatapan Sisi Azam terus berjalan dan fokus kepada ponselnya, Sisi yang merasa di abaikan pun sedih. Sisi berbalik dan menatap punggung Azam yang kian menjauh berharap punggung itu akan berbalik ke belakang,

Satu detik

Dua detik..

Sepuluh detik,

Lagi lagi Sisi di kecewakan oleh harapannya sendiri, pria itu tidak berhenti, Azam terus berjalan keluar dari kantor tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, Sisi terus memandangi sosok yang selama ini ada di hatinya, hingga sosok itu masuk ke dalam mobil dan menghilang dari pandangannya

sudah beberapa hari ini Sisi tidak melihat Azam di kantor, mungkin dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Sisi mencoba melupakan semua rasa rindunya setelah melihat Azam pagi ini ia merasa rindunya telah terobati dengan kehadiran Azam di kantor. Namun semua itu sirna setelah mendapati respon Azam barusan.

kenapa dia menjadi dingin seperti itu? Apa aku punya salah?

Sisi mencoba kembali tersenyum dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, dengan langkah pasti Sisi berjalan menuju ruangannya.

Saat tiba di ruangannya sisi meletakkan tasnya di atas meja ia kembali terdiam dan membayangkan sosok Azam yang telah membuatnya jatuh cinta seperti ini,! Sadar Sisi lo itu bukan siapa-siapa

Tok tok

"Boleh saya masuk?" ucap seseorang yang membuka pintu ruangan Sisi

"Pak dimas? Silahkan masuk pak, lain kali nggak perlu ketuk pintu, bapak kan atasan saya"

," Saya tau, tapi menurut saya itu kurang sopan,"

" kalo boleh tau ada apa ya pak? Apa yang membuat bapak datang ke sini? Kenapa tidak memanggil saya saja"

"Saya sudah terbiasa seperti ini, hari ini saya dan Azam ada rapat dengan iren company, tolong persiapkan semuanya, setelah semua siap temui saya di ruangan"
.
"Baik pak"

"Kamu tau kan jam berapa rapat itu di mulai?"..

"Tau ko pak, bapak tenang aja, aku sudah catat semuanya".

"Bagus! Saya pergi dulu"..

"Baik pak"

*"*"
Saat ini Dimas , Azam dan juga Sisi sudah tiba di sebuah cafe bintang ,ya mereka memutuskan untuk rapat di luar sekalian makan siang katanya,

Tak ada komunikasi sama sekali antara Sisi dengan Azam, pria itu tengah sibuk menjelaskan proyek yang akan mereka jalankan, ntah kenapa Sisi merasa kalau Azam terlihat seperti sudah menguasai bidang ini, ia tidak terlihat seperti bawahan justru ia terlihat seperti seorang CEO perusahaan yang tengah memimpin sebuah rapat, apalagi dengan setelan jas yang ia kenakan, sungguh ia sangat tampan hari ini.

Sisi kembali mencatat poin penting dari jalannya rapat hari ini ,ia harus bersikap profesional di depan Azam.

"Terima kasih sudah mau bekerja sama dengan perusahaan kami, saya harap kerja sama ini akan berjalan lancar kedepannya."

"Saya juga terimakasih karena bapak sudah menawarkan kerja sama ini, saya yakin proyek kita akan sukses besar nantinya"

",Itu pasti" jawab Azam

"Kalo begitu saya permisi dulu," pamit nyonya Irene.

"Silahkan"

Azam Dimas dan juga Sisi bangku dari duduknya, dan menghantarkan Irene sampai ke depan kafe.

"Hati hati di jalan"

"Terimakasih."

Irene masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan kafe bintang.

"Oke karena kerjasama ini berhasil, mari kita rayakan dengan acara makan malam perusahaan" Dimas memberikan sebuah ide, tentu saja dengan persetujuan Azam.

"Benarkah?" Tanya Sisi.

"Tentu, kau bisa hadir nanti" jawab Dimas, sedangkan Azam dia masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"Tapi pak,saya masih penasaran, kenapa tadi yang presentasi kak Azam? Bukannya pak Dimas ya yang seharusnya melakukan tugas itu? Tadi kak Azam juga yang menandatangani proyek itu" tanya Sisi penasaran, ia sesekali melirik Azam yang masih berdiri di samping Dimas.

" soal itu, kamu nggak perlu khawatir Pak Dimas memang menyerahkan proyek ini kepada saya jadi sayalah yang tanggung jawab untuk semuanya" sahut Azam tiba tiba, dengan mata yang masih tertuju ke layar ponselnya.

"Pak Dimas percaya banget ya sama kak Azam" ujar Sisi

"I-iya saya sudah lama mengenal Azam, jadi saya percaya dengan kemampuan Azam, yang memang ahli di bidang ini" jawab Dimas setenang mungkin.

Sisi mengangguk paham, memang tidak salah Sisi memilih Azam selain dia tampan dia juga bertanggung jawab dalam pekerjaan,

Tunggu memilih? Memangnya dia siapa?

"lebih baik kita kembali lagi ke kantor, masih banyak yang harus saya lakukan" putus Azam dan kemudian masuk ke dalam mobil lebih dulu.

Tanpa Azam sadari dia sudah mengabaikan Sisi lagi, Sisi masih mencoba tenang dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak menangis, sesak sekali rasanya di abaikan oleh orang yang kita cintai.

Sebenernya apa yang dia lakukan kenapa dia fokus sekali dengan ponselnya, apa dia sedang mengabari kekasihnya? Wanita itu? Apa dia kembali mendekati kak Azam?

"Kenapa kalian berdiri saja? "

"Iya kak" jawab Sisi kemudian berlari ke pintu belakang mobil, sedangkan Dimas dia duduk di samping Azam yang sudah lebih dulu duduk di kursi kemudi.

Sisi menghela nafas berat, rasanya ia ingin cepat cepat pulang agar tidak melihat sikap Azam yang dingin seperti itu.

"*"**💕💕💕💕

Maaf kalo kurang dapat feel-nya..

Sangat menerima saran dari kalian semua(◍•ᴗ•◍)❤

MENGGAPAIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang