***
Suara ketukan di pintu kamarnya membuat sosok pria yang sedang bergelut dengan mimpinya semakin mengeratkan selimut tebalnya. Hingga suara ketukan di pintu kamarnya semakin kuat dan membuat sosok pria itu menutup kedua telinganya rapat rapat tanpa membuka kedua matanya.
"P'louis."
"P'louis. Bangun, phi."
Louis Thanawin Teeraphosukarn, menyibak selimutnya dengan kasar dan dengan cepat bangun dari posisi tidurnya.
"P'louis."
Suara ketukan di pintu kamarnya semakin membuatnya geram. Ia membuka matanya dan menatap pintu kamarnya dengan tajam.
"Iya iya. Ini udah bangun." Balasnya dan membuat suara ketukan pintu itu berhenti.
"Buruan mandi ya, phi. Udah ditunggu mama sama papa di bawah." Ucapnya dari luar kamarnya.
Indra pendengaraannya mendengar suara langkah kaki yang menjauh dari pintu kamarnya. Ia menghela nafasnya kasar dan mengacak acak rambutnya frustasi. Mimpi indahnya dirusak begitu saja oleh sosok yang baru saja pergi dari depan kamarnya. Ia mendesah sebal dan bangkit dari ranjang king sizenya. Kakinya melangkah menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan ia memutuskan untuk membersihkan dirinya sebelum berangkat kuliah.
***
Kakinya melangkah menuruni tangga dengan tangan kanan yang sibuk memasang jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Dengan rambut yang acak acakan dan juga tas ransel hitam yang tersampir di bahu kanannya.
"Papa, aku langsung berangkat ya." Pamitnya dengan tangan yang membenarkan letak tas ranselnya yang merosot.
"Duduk dulu. Phuwin belum selesai sarapannya." Ucap Luke Ishikawa Teeraphosukarn yang duduk di kursi makan khusus kepala keluarga.
Seketika Louis melihat kearah sebrangnya yang menatapnya dengan senyum lebar yang berada di bibrinya. Ya. Phuwin Tangsakyuen Teeraphosukarn, sosok pria yang tadi mengetuk pintu kamarnya dan juga memanggil namanya berulang kali yang membuat mimpi indahnya hilang begitu saja.
"Sarapan dulu, sayang. Ini mama masak omelet buat kamu."
Mook Wooranit Teeraphosukarn, meletakkan sepiring omelet di atas meja yang berada di depannya.
"Biasain sebelum berangkat, rambutnya di rapihin. Kamu ini mau kuliah, bukan main." Ucap mook dan merapikan rambut Louis dengan jari jari lentiknya.
Louis hanya tersenyum dan ia mendudukan dirinya di kursi makan setelah mook selesai merapikan rambutnya.
"Mama nggak sarapan? Hari ini mama berangkat kerja kan?" Tanya louis dengan kepala yang menoleh guna untuk melihat mook yang berjalan menuju pantry.
"Mama bisa sarapan nanti. Lagian mama berangkatnya masih agak nanti kok." Jawab mook tanpa melihat kearah louis.
Louis menganggukkan kepalanya dan memakan omelet buatan mook dengan perlahan.
"P'louis." Panggil phuwin yang duduk di sebrangnya.
"Hm."
"Phi..."
"Apasih?" Tanya louis dan menolehkan guna melihat kearah phuwin yang duduk di sebelahnya.
"Louis." Tegur luke dan membuat louis membuang mukanya dan menghela nafasnya pelan.
"Kenapa? Butuh sesuatu?" Tanya louis dan kembali melihat kearah phuwin yang baru saja menelan makanan yang berada di dalam mulutnya.
"Nanti aku turunin di gedung utama aja ya, phi. Aku ada janji sama temen disana." Jawab phuwin dengan senyum lebarnya.
"Dih, emang siapa yang mau nganter kamu kuliah? Berangkat aja sendiri." Tolak louis dan membenarkan posisi duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (Neolouis) ☑️
FanfictionMencintai dalam diam. Apakah kamu tau bagaimana rasanya mencintai seseorang dalam diam? Terlebih lagi, sosok itu adalah teman kamu sendiri. Ah, bukan hanya teman. Lebih parahnya lagi sosok itu suka dengan saudara kandung kamu sendiri. Apakah kamu ak...