Seven

427 41 0
                                    

***

Tepat di pukul lima lebih dua puluh menit, louis masuk ke dalam rumahnya dengan tas ransel hitamnya yang berada di tangan kanannya. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur guna untuk mengambil air mineral sebelum ia memutuskan untuk rehat di dalam kamarnya. Langkahnya terhenti saat melihat phuwin sedang asik bercanda dengan salah satu pria yang menurutnya asing.

"Phuwin." Panggil louis dan melangkahkan kakinya menghampiri phuwin dan juga sosok pria yang menolehkan kepalanya secara bersamaan.

"P'louis. Habis darimana? Kata p'neo, p'louis udah pulang duluan. Kenapa sekarang baru ada di rumah?" Tanya phuwin dan membuat louis hanya menggelengkan kepalanya

"Aku tadi pulang duluan ada urusan soalnya."

Phuwin mengangguk anggukan kepalanya.

"Oh ya, phi. Kenalin ini temenku. Namanya Pond Naravit." Ucap phuwin dan melihat kearah pond.

Pond tersenyum dan menyatukan kedua tangannya di depan dadanya. Louis membalasnya sembari tersenyum.

"Oke. Kalo gitu, aku tinggal ya. Phuwin, pond." Pamit louis dan membuat phuwin dan juga pond menganggukan kepalanya.

Louis melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tengah dan membatalkan niatnya untuk ke dapur. Ia berjalan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Ia melempar tubuhnya diatas ranjang king sizenya dan menutup kedua matanya.

"Louis!!!"

Suara bentakan neo terus terngiang ngiang di kepalanya. Ia memiringkan tubuhnya lalu menekuk kedua kakinya. Louis kembali menangis tanpa suara.

Tok... Tok... Tok...

"Sayang?"

Louis mengubah posisinya menjadi duduk setelah melihat pintu kamarnya yang terbuka. Ia menemukan mook yang baru saja menutup pintu kamarnya dan melangkahkan kakinya menghampiri dirinya.

"Sayang? Kenapa? Hey." Tanya mook setelah mendapatkan serangan pelukan dari louis secara tiba tiba.

"Sayang? Kenapa? Cerita sama mama."

Louis menggelengkan kepalanya dan terus menangis di pelukan mook.

"Sayang? Cerita sama mama. Louis kenapa? Ada masalah apa sampe louis kayak gini?" Tanya mook sekali lagi sembari mengelus belakang kepala louis.

"Hikss... Lou... Louis capek, maa... Hiksss... Louis capek."

"Louis capek kayak gini... Hiksss.... Louis capekk. Louis udah nggak kuat, maa."

Mook menghela nafasnya pelan dan menumpukan kepalanya diatas kepala louis.

"Gara gara neo?"

"Bukan cuma neo. Tapi sama semuanya. Hiksss. Louis capekkk. Kenapa harus louis sih, ma? Kenapa?? Hiksss. Apa karena louis anak pertama jadi harus menuhin ekspetasi papa? Hiksss."

"Sayang?"

"Dari kecil sampe sekarang, louis harus ngalah dalam hal apapun sama phuwin. Cita cita yang dulu louis kejar, pupus karena permintaan papa... Dan sekarang... Hiksss... Papa nyuruh louis buat jaga jarak sama neo... Hiksss..."

"Louis ada salah apa, ma? Hikss... Louis ada salah apa sama papa?? Hiksss... Sampe semua kehidupan louis, dikendaliin sama papa... Hikss."

"Louis pengen kayak phuwin... Hikss... Nentuin masa depannya sendiri... Hikss."

Louis semakin mengeratkan pelukannya dan membiarkan tangisnya pecah di pelukan mook.

"Maafin mama, sayang... Maafin mama karena mama belum bisa berbuat apa apa. Maafin mama." Ucap mook dengan air mata yang keluar dari kedua matanya.

Love In Silence (Neolouis) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang