Thirteen

440 38 1
                                    

***

Louis menuruni anak tangga dengan tas ransel hitamnya yang berada di bahu kanannya. Ia berpapasan dengan phuwin yang akan naik ke lantai dua dimana kamarnya berada. Louis menundukan kepalanya tanpa ada niatan untuk menyapa phuwin.

"Sayang?"

Louis menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya guna melihat kearah mook yang memanggilnya.

"Sarapan dulu yuk sebelum berangkat." Ajak mook sembari tangan kanannya terangkat guna merapikan rambut louis yang sedikit berantakan.

Kepala louis menghindar dan membuat tangan kanan mook mengambang di udara.

"Nggak perlu, ma. Nanti aku sarapan di kampus aja. Aku pergi." Pamit louis dan membalikan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan mook yang menatapnya sedih.

Louis kembali menghentikan langkahnya saat indera penglihatannya melihat luke yang baru saja keluar dari mobilnya dengan membawa satu paper bag dengan logo restaurant ternama.

Louis membuang wajahnya ke sembarang arah dan kembali melangkahkan kakinya melewati luke begitu saja. Ia masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan secara online. Louis membuang pandangannya ke luar jendela. Tidak ada yang menarik untuknya di hari ini. Hanya membutuhkan waktu 45 menit, taksi itu berhenti tepat di depan gedung fakultas ilmu teknik kimia. Sebelum turun dari taksi, louis memberikan beberapa lembar uang tanpa mengambil kembalian uangnya.

Louis melihat kearah gedung fakultasnya dan menghela nafasnya pelan sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung fakultasnya. Dengan perasaan malasnya, louis berjalan menyusuri koridor gedung fakultas ilmu teknik kimia.

"Louis?"

Seketika louis menghentikan langkahnya saat indera penglihatannya melihat dunk yang berada di depannya. Louis tersenyum kearah dunk. Louis terdiam saat tiba tiba ia mendapat pelukan dari dunk.

"Aku udah tau hasil test kamu. P'mond udah ngasih tau ke aku. Dan..."

"Ya. Papa bentak dan juga teriak ke aku. Nggak lupa juga sama tamparannya, phi." Lanjut louis dengan suara pelannya lalu membalas pelukan dunk.

"Nggak cuma itu, phi. Bahkan aku juga kena tamparan dari phuwin."

Seketika dunk melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata louis. Louis hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya guna memberitahu bahwa louis sebenarnya tidak baik baik saja.

"P'joong tau tentang ini?"

Louis menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa ada masalah? Kamu mau cerita? Mau ijin nggak ikut kelas hari ini?" Tanya dunk dengan raut wajah khawatirnya.

"Nggak perlu, phi. Aku nggak kenapa napa kok. Nanti setelah aku selesai kelas, kita ketemu di fakultasnya p'joong ya, phi."

Dunk menganggukan kepalanya pelan.

"Oke. Kalo gitu, louis duluan ya, phi. Sampai ketemu nanti siang."

Louis melambaikan tangannya kearah dunk dan kembali melangkahkan kakinya menuju ke kelas yang berada di lantai empat. Ia menghentikan langkahnya saat matanya melihat neo yang sudah berada di dalam kelas. Dengan pelan, louis melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

"Lou?"

Louis membuang wajahnya dan mempercepat langkah kakinya. Ia memutuskan untuk duduk di barisan depan bersama dengan sosok wanita dengan rambut coklat.

"Louis, are you okey?" Tanya sosok wanita yang duduk di sebelahnya.

Louis menolehkan kepalanya guna melihat wanita itu lalu menganggukan kepalanya.

Love In Silence (Neolouis) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang