2

1.3K 160 24
                                    

Sepulang sekolah Taehyung sengaja keluar kelas paling akhir. Dia menunggu semua teman-temannya pulang lebih dulu. Kedua tangannya menahan Jimin agar menemaninya untuk pulang dan tidak bertemu Jeongguk.

"Kita lewat gerbang belakang aja, si Jeongguk itu bilang nungguin di gerbang depan kan?"

"Dia cuma bilang tunggu di gerbang, mana ku tau gerbang yang mana!" Jawab Taehyung masih dengan tangan yang menggenggam erat lengan Jimin.

"Lepasin dulu Tae, ish"

"Jimin kau akan meninggalkan ku bukan?"

"Tidak akan, lepaskan dulu. Kau membuatku risih"

Dengan terpaksa Taehyung melepaskan lengan Jimin, dia terus mengenggam lengan Jimin karena anak itu bilang tak mau menemaninya. Taehyung hafal betul betapa jahilnya Jimin jika dimintai tolong. Alhasil Taehyung terus memegang lengan anak itu agar tak ditinggalkan.

"Ya gak pegangan di tas juga Tae"

"Sudahlah ini untuk jaga-jaga agar kau tak lari, lari mu kan lebih cepat dari pada aku" Taehyung mendorong Jimin agar segera berjalan keluar kelas.

Mereka seperti buronan yang waspada ditangkap polisi. Memang seperti itu, karena pada kenyataanya semua anak-anak adalah mata dan telinga Jeongguk.

Mereka terus berjalan mengendap, menengok ke kanan dan ke kiri, dan terus memperhatikan sekitar agar tak ketahuan oleh siswa lain. Hingga sampailah mereka di gerbang belakang, hanya ada beberapa siswa disini. Itu pun mereka yang dari kalangan buangan. Taehyung bisa bernafas lega karena tak mendapati siswa dengan style seperti Jeongguk. Itu artinya anak buahnya tak berada disini.

Dengan riang Taehyung menggandeng tangan Jimin, mengayunkan genggaman tangan itu ke depan ke belakang seperti anak kecil. Dan seperti ini lah Taehyung jika berada didekat orang terdekatnya. Bibir tebal itu tak berhenti mengoceh tentang makan malam yang akan dibuat ibunya. Taehyung tadi ingat dia memesan ibunya untuk membuatkannya bimbimbap dengan campuran keju mozzarella.

Tapi siapa yang menduga baik itu Jimin maupun Taehyung mereka berdua sama-sama terkejut saat melihat Jeongguk dengan motor besar miliknya sudah bersiap tepat didepan gerbang belakang sekolah. Berikut berserta beberapa anak buahnya yang Taehyung lihat tadi siang.

Taehyung mengumpat penuh dalam hati, suaranya seakan tak mau keluar saking dia kesalnya. Dengan kasar tangan yang menggengam tangan Jimin dia hempaskan, dan itu membuat Jimin merintih kecil.

"Kau mau lari kemana?" tanya Jeongguk, dia berdiri tegak didepan motornya.

 Motor miliknya berwarna hitam penuh, helmnya juga hitam, begitu juga dengan jaket dan celana yang Jeongguk kenakan sekarang. Serba hitam tak ada warna dimata Taehyung.

"Siapa yang mau lari?" balas Taehyung.

"Kau lewat gerbang belakang, itu artinya kau ingin lari. Sikap mu itu mudah dibaca!"

Taehyung mengumpat kecil, tidak ada yang mendengarnya kecuali dia sendiri. Dia lalu meminta tolong kepada Jimin untuk bilang ke ibunya jika dia akan pulang terlambat. Jimin hanya mengangguk kaku, dia juga tak menyangka tantangan asalnya tadi membuat Taehyung menjadi kesulitan seperti ini karena harus berurusan dengan cucu pemilik sekolah.

Jimin juga ingat tadi saat istirahat Taehyung diseret mati-matian hanya untuk pergi ke kantin menemaui Jeongguk. Taehyung itu tak pernah ke kantin, dia bahkan jarang sekali mengeluarkan uang sakunya untuk membeli makanan. Taehyung selalu menghabiskan waktu istirahat di taman dekat ruang guru, menurutnya disana sangat tenang karena jarang ada murid yang mau berada disana dan tentu saja sejuk.

"Park Jimin, jika aku tidak bisa pulang nanti malam kau tau bukan uang tabunganku untuk membeli apa? Jangan beritahu ibuku, dan langsung beli saja. Kau paham kan sahabatku Park Jimin?" Taehyung melebih-lebihkan nada bicaranya yang dimana membuat Jeongguk sangat kesal.

CRAZY ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang