13

791 100 15
                                    

Jeongguk menyelesaikan hisapan terakhir batang rokok dijarinya. Rokok tak akan pernah terasa sempurna tanpa whiskey sebagai teman pendamping. Jeongguk meneguk cairan whiskey dalam gelas dengan rakus.

Medesah berat karena minuman tersebut, dia lalu menuangkan kembali cairan whiskey ke dalam gelas yang sudah kosong.

Beberapa hari ini, Jeongguk terus mendapatkan tekanan dari kakeknya. Dia terus diancam tak akan mendapatkan seluruh hak waris milik Jiwan. Jeongguk dianggap tak mampu meneruskan perusahaan besar tersebut.

Jeon Jiwan seakan menunjukkan sikap aslinya pada Jeongguk sekarang. Senakal apapun, separah apapun Jeongguk melakukan kesalahan tak pernah sekalipun Jiwan mempermasalahkan hal tersebut.

Biasanya dia hanya akan mendesah lelah dengan setiap kenakalan Jeongguk, setelah itu selesai dia tak mepermasalahkan apapun lagi, tapi untuk beberapa hari ini Jiwan tak seperti itu.

Jeongguk sendiri tak pernah menginginkan warisan tersebut, dia tak peduli tepatnya. Jika pun warisan itu tak jatuh ketangannya dia tetap bisa hidup mewah dengan bergelimang harta. Ini adalah salah satu benefit jika kau menjadi anak tunggal. Tapi ibunya pasti tidak akan berpikir begitu.

Tok Tok Tok

"Permisi tuan muda, Tuan besar Jeon Jiwan memanggil anda agar ke keruangannya"

"Tuan muda?"

Pelayan itu kembali tak mendapat jawaban dari Jeongguk, tangannya hendak mengetuk pintu kamar milik tuannya itu sekali lagi tapi gerakan tangannya terhenti di udara.

"Aku mendegarnya, kembalilah!"

Pelayan itu mengangguk kepada tuannya yang tiba-tiba saja sudah diambang pintu.

"Dimana ibuku?", tanya Jeongguk sebelum pelayan itu benar-benar pergi.

"Nyonya belum kembali sejak 2 hari yang lalu tuan"

Jeongguk lantas mengangguk membiarkan pelayan itu pergi. Sedangkan dia sendiri lalu pergi menemui kakeknya di ruang kerja yang sungguh Jeongguk amat benci ruangan itu, tapi disisi lain dia juga senang jika berada disana.

"Oh kau sudah datang, aku sudah menunggumu"

Jeongguk diam, enggan menjawab perkataan kakeknya. Bau asap rokok yang menempel dibaju membuat kakeknya risih, dia terus mengusap hidung karena terganggu bau tersebut.

"Berapa kali aku bilang kalau menemuiku gunakan baju yang bersih" keluh Jiwan.

"Apa peduliku"

Menatap Jeongguk kesal, Jiwan lalu mencoba mengacuhkan bau yang menusuk hidungnya itu. Tolong singkirkan pikiran kalian jika Jiwan adalah laki-laki tua kaya yang menggemari rokok, dia bahkan enggan sama sekali menyentuh barang yang bisa membuatnya menimbun banyak penyakit itu.

"Ada perempuan yang aku akan -"

"Aku tidak tertarik berapa kali AKU HARUS BILANG?!" Jeongguk menatap tajam kakeknya, belum sempat kakeknya itu berbicara lagi, dia buru-buru bersuara "Sekali lagi kau menyuruhku menikah aku akan benar-benar membunuhmu"

Jeon Jiwan terdiam, matanya menatap nyalang kearah Jeongguk. Dia menyamankan posisi duduknya sembari menyandarkan punggung ke sofa.

"Kau memang ahli waris satu-satunya Jeonssal Grub, aku akui jika aku memang sangat mengandalkanmu. Tapi bagaimanpun juga seorang ahli waris harus memiliki keturunan untuk melanjutkan tahta mereka bukan?"

"Berhenti berbicara omong kosong, katakan saja alasanmu menyuruhku kesini"

"Menikahlah dengan salah satu gadis yang aku pilihkan, cukup buat dia hamil lalu kau bisa meninggalkannya, membunuhnya, atau lakukan apapun yang kau inginkan"

CRAZY ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang