12

812 101 5
                                    

"YAK KIM TAEHYUNG, KAU SUDAH GILA?!"

Bentakan Jimin membuat Taehyung terdiam dengan mata terkejut yang tak bisa dia sembunyikan.

Kenapa Jimin bisa ada disini?

Apa Jimin melihat hal yang dia lakukan tadi?

Bagaimana Jimin bisa datang kemari?

Terlalu banyak hal yang dipertanyakan Taehyung, dia tentu terkejut melihat Jimin yang tiba-tiba saja ada disini dengan wajah merah karena marah.

Taehyung tahu pasti itu.

Mulutnya terbuka mencoba mengatakan sesuatu tapi seolah tak ada satu pun oktaf suara yang keluar. Tubuhnya tiba-tiba bergetar, saat Jimin kembali membentaknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN? KAU SUDAH GILA?" Jimin membuang nafas kasar berulang kali, cengkraman tangannya di pergelangan Taehyung semakin menguat melihat Taehyung yang masih terlihat kebingungan disusul dengan tubuhnya yang bergetar.

Tak tega, Jimin tak tega lagi jika harus memarahi Taehyung. Dia mencoba menenangkan amarahnya sendiri. Lalu mencoba berbicara setenang mungkin dengan Taehyung.

"Taehyung-ah, ikut pulang denganku ya? Seokjin hyung, Paman dan Bibi Kim pasti sudah menunggu mu pulang"

Taehyung menggeleng pelan.

"Aku minta maaf karena sudah membentak mu, aku benar-benar minta maaf. Mau ya pulang denganku?" bujuk Jimin sekali lagi.

Tapi Taehyung hanya diam.

"Pulanglah, Aku membiarkan temanmu mengikuti kita agar kau bisa pulang dengannya"-Jeongguk

Taehyung menatapnya, suara Jeongguk mampu menarik perhatian Taehyung.

"Pulanglah!"

Jimin lalu megambil seragam Taehyung yang tergelatak di lantai, dia juga membantu Taehyung untuk memakai kembali seragamnya. "Ayo pulang, dia sudah mengusir mu" Jimin menarik bahu Taehyung lalu menyeretnya dengan halus agar segera pergi dari penthouse Jeongguk.

Mata Taehyung tak pernah lepas dari sosok Jeongguk, dia terus menatapnya bahkan hingga pintu lift tertutup.

Tak ada obrolan apapun dalam perjalan pulang, Jimin kembali menaiki taksi untuk mengantar Taehyung pulang. Rasanya canggung sangat canggung.

Jimin seperti merasakan bagaimana rasa sakitnya saat memergoki anak sendiri tengah melakukan hal mesum. Berlebihan memang, Jimin ini masih anak Senior High School jadi mana mungkin dia dapat merasakan hal itu.

Tapi memang ada perasaan kecewa saat melihat tubuh Taehyung tengah dinikmati orang lain tadi. Bukan karena dia cemburu atau menginginkan hal yang sama, hanya saja dia terlalu kecewa terlalu sakit hati. Perasaanya tak bisa diungkapkan sama sekali.

Menengok kearah samping dimana Taehyung duduk dengan kepala menoleh kearah jendela kaca mobil. Jimin menghela nafas berat, suasananya terlalu canggung hanya untuk mengajak Taehyung berbicara satu sama lain.

Sesampainya di depan rumah Paman Kim, Taehyung buru-buru turun dari mobil meninggalkan Jimin. Ingin sekali Jimin berteriak meminta Taehyung untuk ikut membayar ongkos taksi jika situasi canggung ini tak terjadi.  Habis sudah uang saku Jimin.

Jimin ikut masuk kedalam rumah paman Kim, dia sudah tak melihat Taehyung disana.

"Oh Jimin-a?"

"Annyeong bibi, Taehyung dimana?" Membungkuk sopan dengan bibinya, Jimin lalu menyusul Taehyung ke kamar saat bibi Kim berkata jika Taehyung langsung berlari ke kamar.

"Tunggu Jimin, apa kalian sedang bertengkar? Atau ada hal buruk yang terjadi di sekolahan?"

"Kami bertengkar kecil bibi, hanya masalah makan siang jangan khawatir yaa" Jimin tersenyum tulus, dia tak ingin menambah beban pikiran pada bibinya ini.

CRAZY ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang