Dhary memandang langit. Mendung. Awan putih yang menandakan akan turunnya hujan yang lama. Sementara itu dirinya cemas karena Jihan tak kunjung menemuinya di parkiran. Bodohnya, ia tak membawa jas hujan sama sekali. Dhary terbiasa menerobos, tapi ia tidak bisa membiarkan Jihan kehujanan.
Dhary mengecek roomchat dengan Jihan yang berhenti lima menit lalu.
Gue harus ngumpulin tugas dulu sebentar, nanti gue nyusul di parkiran.
Yah, semoga saja tugasnya tidak berurusan dengan guru yang ribet atau guru yang suka sekalian gosip sama anak-anaknya.
"Dhary!"
Sang pemilik nama membalikkan badannya. Tersenyum lega saat melihat Jihan melompat senang menghampiri Dhary.
"Ada apa nih?"
"Habis beli permen. Permennya enak tahu."
Ini baru pertama kalinya Dhary melihat mata Jihan berbinar-binar. Senyum Jihan yang lebar dan tingkahnya yang antusias membuat Dhary ikut senang. Sedikit ia mencondongkan tubuhnya. Membenarkan rambut Jihan yang lusuh karena berjalan sambil melompat.
"Permen apa?"
"Permen lolipop doang sih"
"Oooh."
"Mau?"
"Buat lo semua aja," Dhary tersenyum. Dia paham sekali Jihan hanya beli dua, pasti dua-duanya untuk dia sendiri karena Jihan sudah mengatakan permennya enak tahu.
Jihan nyengir sebagai jawaban. Tuh kan benar.
Diberikannya Jihan helm yang sengaja dibawa dari rumah. Memang, hari ini Jihan akan pulang bersamanya. Bukan apa-apa, itu karena mereka berjanji akan mulai melakukan kultur alga. Butuh waktu sekitar 10-14 hari sampai kultur itu berhasil dan mereka harus mengejarnya supaya tidak tertinggal.
"Udah nyaman belum duduknya?" tanya Dhary.
"Iya."
"Rok lo?"
"Aman."
Dhary mengangguk. Mulai membawa motornya keluar dari area sekolah.
Omong-omong, masalah kultur alga juga menjadi perdebatan kedua bagi mereka. Dhary merasa bahwa lebih baik menggunakan alga yang ada di kolam dekat taman waktu itu, sewaktu mereka menemukan Roro. Alasannya supaya betul-betul ada real action, real evidence: menggunakan tumbuhan yang merusak ekosistem kolam untuk hal yang lebih bermanfaat.
Di sisi lain, ada Jihan yang ingin mereka kultur alga sendiri. Katanya hasilnya akan lebih terjamin. Mereka tidak tahu apakah alga yang ada di kolam itu betul-betul bersih dan bisa digunakan untuk membuat minyak yang bagus ataukah tidak. Menurut Jihan, lebih penting untuk memastikan produk mereka berhasil dengan sempurna.
Pergelutan keduanya sempat disaksikan oleh Jaden dan Raia. Lebih tepatnya Dhary cerita dengan Jaden, Jihan cerita dengan Raia. Tanpa keduanya ketahui, kedua kakak kelas mereka itu justru tertawa, menjadi pelaku bagaimana perdebatan yang disembunyikan itu terungkap.
"Gue pikir kalian bakal jarang beda pikiran, karena dua-duanya sama-sama pinter."
Dhary dan Jihan saling melihat. Menghela napas.
"Ya makanya itu, yang, sama-sama pinter jadi gak mau ngalah," timpal Raia.
"Kita gak mau mihak ya. Jadi, kalian sendiri yang nentuin harus pakai alga yang mana. Kalo mau kultur, kalian butuh sekitar dua minggu. Kalo mau pakai alga yang ada di kolam itu, entah masih ada atau tidak, entah bentukannya seperti apa sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Final Project
FanfictionLika-liku projek, studi pustaka, dan playlist belajar galau. Si keras kepala dan si paling sensitif sedang berusaha meraih title "Projek Terbaik" sekaligus belajar gimana caranya dua orang asing harus bertukar pikiran.