project baru

57 4 4
                                    


"Mba Taylor kenapa bisa nulis lagu buat mantannya ya?"

Dhary yang sedang mengetik sesuatu pun kini menoleh pada si puan yang tengah sibuk menyecroll spotify dari handphone-nya. Dhary hanya membalas dengan kekehan, tetapi kemudian membulatkan matanya saat Jihan memasang headset di telinga Dhary. 

"Baru kok, beneran habis beli kemarin." Ngeri juga sih Dhary lihatinnya gak santai, apalagi anak bu dokter itu jelas memperhatikan higienitas benda-benda di sekitarnya.

"Hahahaha nggak, gue kaget lo bisa berani kayak gitu."

Jihan hanya mengulum senyum. Kemudian memutar Back To December-Taylor Swift. Di sela-sela mengetiknya, Dhary membahas pertanyaan Jihan yang tadi.

"Kalo lo suruh nulis lagu tentang mantan, mau gak?" tanya Dhary balik.

"Tergantung. Kalo mantan terindah ya mau, tapi gengsi gak sih? Wkwkw kalo putusnya baik-baik, gue mau-mau aja."

"Lo ada mantan terindah?"

Jihan membelalakkan matanya. "Gue belom pernah pacaran dari TK."

Tawa Dhary membuncah saat perempuan itu kentara kesal, membuat Dhary semakin ngakak menertawainya. Ya maaf saja sih, Jihan dari kecil pacarannya sama buku dan pensil. Punya temen deket aja baru SMA.

Saat ini mereka sedang ada di sebuah kafe. Mengerjakan tugas tambahan dari Bu Salwa. Tidak banyak memang, tapi cukup sulit melakukannya. Akses jurnal seringnya ditutup di luar kepentingan kampus yang mempublikasikannya. Jurnal yang lainnya pun jika ketemu, hanya berupa perintilan dari bab-bab nya saja. Kalau mau lebih susah lagi, mereka mencari di perpusda dan mengorek sampai dalam semua buku tentang alga.

Untungnya Dhary punya saudara yang sudah kuliah dan meminjamkan akun gmailnya untuk dia pakai. Lumayan dapat akses lebih mudah untuk banyak situs yang mempublikasikan jurnal.

"Jangan plagiarism ya, Ry." Jihan ngeri sendiri saat laki-laki itu menyalin beberapa paragraf dari jurnal yang sedang dibacanya. Benar-benar harus digarisbawahi, di antara semua kritik, Jihan paling gak bisa menerima kritik bahwa dirinya plagiat.

"Cuma gue pindah yang penting-penting aja, kok. Tenang."

Jihan senyum. "Lo sendiri punya mantan, Ry?" tanya Jihan yang sontak membuat Dhary tersedak ludahnya sendiri.

"Y..ya ada...emang kenapa?"

"Nanya aja. Kapan? Waktu SMP atau SMA?"

"SMA. Kelas sepuluh."

"Woah...berarti satu sekolah sama kita ya? Kok gue nggak pernah denger rumornya sih?"

"Kan lo dulu kelas sepuluh kutu buku banget." Dhary menyentil dahi Jihan pelan. "Nanti gue ceritain kalo udah waktunya lo tau."

Yah kalo sudah begini Jihan tidak bisa bertanya lebih jauh. Dia juga tidak punya hak untuk tahu kecuali Dhary yang mau menceritakannya. Daripada terdistraksi oleh sesuatu yang bikin overthinking, mending Jihan mulai menggarap tugasnya. Membantu Dhary lewat handphone-nya alias membacakan beberapa hal yang akan Dhary tuliskan.

Setelah hampir tiga jam lamanya, tugas mereka sudah disempurnakan. Dhary mematahkan lehernya ke kiri dan kanan karena pegal. Juga Jihan yang kini sedang melakukan stretching. Saking fokusnya, minuman es mereka sampai mencair, es batunya hilang, tinggal sirup dan kopinya saja.

"Akhirnyaa."

Jihan bernapas lega. Senyumnya merekah lebar. Hal yang paling menggembirakan adalah menyelesaikan tugas sebelum mepet deadline, karena kalau iya, Jihan justru malah tidak bisa fokus karena harus diburu waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Final ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang