Enjoy!
Jinan menatap Kirana yang baru saja keluar dari kamarnya, senyum licik tercipta di bibir si gadis bungsu keluarga batara tersebut. Jinan perlahan berdiri dari duduknya dan mengambil ancang-ancang untuk berlari ke arah Kirana dan...
Plak!
"Jinan!" Pekik Kirana kaget.
Dengan cepat Kirana mengejar Jinan yang sudah berlari ke arah depan, Kirana benar-benar kesal karena ulah adik sepupunya yang menampar pantatnya dengan kencang, sedangkan si pelaku hanya terbahak sambil berlari.
"Sini gak lo!"
"Nggak mau wlee!" Ledek Jinan, wajah nya di buat semenyebalkan mungkin dan membuat amarah Kirana semakin memuncak.
"An tangkep jinan ann!" Teriak Kirana saat melihat Anna yang baru saja kembali dari pasar.
Walaupun bingung Anna tetap menuruti perintah Kirana untuk menangkap adiknya, sedangkan Jinan sudah memberontak tak jelas di pelukan sang Kakak.
"Mau kemana lo, hah?!" Ancam Kirana.
"Aw aw! Ampun, maafin gue!"
"Nggak, diem lo! Gue mau balas dendam. Pegangin An jangan sampe lepas!"
Anna mengangguk, sedangkan Jinan sudah menatap horor ke arah Kirana yang sudah siap mencubit dirinya.
"Ce tolongin!" Teriak Jinan saat melihat Ning datang.
"Eh apa apaan nih?!" Pekik Ning dan segera menarik tangan sang adik.
"Lepas Ning, gue mau balas dendam!"
"Nggak, lo yang lepasin adik gue!"
Dan terjadilah aksi tarik menarik Jinan, sedangkan Anna hanya pasrah berada di tengah mereka.
Tin tin
Keempat orang itu menoleh ketika mendengar suara motor berhenti di depan rumah, Kirana yang tau itu siapa segera melepaskan Jinan dan berlari riang menghampiri pemilik motor tersebut.
"Yeay Winan dateng!"
"Morning sayang, lagi pada ngapain? Kok Jinan kayak buronan gitu?" Tanya Winan bingung.
"Jinan jail Winan, masa pantat aku di tampar sama dia, sakit tau!" Adu nya pada sang kekasih, tangan kecilnya bergerak memeluk tubuh Winan yang masih duduk di atas jok motor nya.
"Dasar aduan!" Teriak Jinan.
"Tuh kan Winan, Jinan nya resek!" Adu nya lagi.
"Biarin aja, kayak nggak tau Jinan kayak gimana. Kamu udah siap belum? Kalo udah ayo berangkat, keburu siang."
"Udah kok, aku pake sepatu dulu ya. Kamu masukin dulu motornya," perintah Kirana, Winan mengangguk dan segera memasukan motornya ke halaman rumah keluarga batara tersebut.
Cerita nya sih mereka akan jogging bersama, mumpung ada cfd di alun-alun kota, jarak nya tidak jauh dari rumah batara bersaudara jadi mereka akan lari santai menuju cfd tersebut.
"Apa lo?" Tanya Kirana saat melihat Jinan kini berdiri di depannya dengan senyum terbaiknya.
"Iketin sepatu adek dong..." Pintanya dengan melas.
"Cih, adek katanya. Giliran ada butuh nya aja sok manis lo!" Dengus Kiran kesal.
Walaupun kesal dan mengomel, Kirana tetap membantu mengikat tali sepatu adik nya itu. Jinan bisa di katakan manusia serba bisa, semua bisa di lakukan gadis itu, tapi untuk mengikat tali sepatu, big no.
"Belajar yang bener sih kata gue, lo tuh udah 19 tahun tapi masih nggak bisa ngiket tali sepatu, gue capek ngajarin lo ngiket tapi nggak bisa bisa!"
"Ya udah sih, nggak usah ngomel-ngomel..." Cicit Jinan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIRANA [End]
RandomKeseharian Winan yang harus menghadapi pacar gemesnya, Kirana.