Chapter 9

2.5K 72 8
                                    

Ternyata hidung Indra membawanya ke sebuah Gym di kota sebelah, sebuah Gym sederhana, tidak seperti pusat kebugaran di mall Jakarta, dengan papan nama bertuliskan 'KING KONG GYM'

Kontol Indra langsung berdesir begitu melihat sumber aroma barunya, seorang binaragawan tinggi besar, jauh menjulang dibandingkan orang disekitarnya. Meskipun memakai baju seragam Gym, terlihat jelas otot-ototnya yang besar perkasa terpahat dengan indah.

Setalah mengamati dari jauh, Indra menyimpulkan bahwa ternyata si Binaragawan adalah pemilik Gym itu, ia memutuskan untuk menunggu hingga malam tiba, hingga Gym itu kosong dan sang binaragawan itu sendirian.

"Selamat malam," seru Indra, sambil mengintip dari balik rolling door yang tertutup setengah.

"Kami sudah tutup" kata si pemilik Gym tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya, nada suaranya agak jengkel. suaranya begitu dalam dan berat.

"Saya liat poster di depan, kalo bapak butuh Massage Terapis ya?" kata Indra.

"I..iya, tapi kamu datang lagi besok saja, saya lagi ribet sama ini," kata si Gadun berotot, sambil menunjuk laptopnya.

Dari dekat Indra makin terpesona oleh keperkasaan binaragawan itu.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya ngerti komputer, mungkin bisa saya bantu?" kata Indra.

Si Gadun akhirnya melihat kearahnya,  alisnya terangkat sebelah, pandangan matanya begitu tajam, Indra merasa seperti di X-ray.

"Coba kamu liat, kepala saya udah mau pecah cuma gara-gara printer!" kata si Gadun.

Dengan senang hati Indra segera menghampiri sang Gadun, dari jarak dekat efek aroma dari si Gadun semakin kuat. Indra mengendus dalam-dalam, air liurnya mulai menggenang di mulut, jantungnya berdebar

Gawat, pengaruh aroma ini jadi jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, pikir Indra.

"Coba sebentar saya liat ya Pak," kata Indra.

Tidak sampai beberapa menit, Indra menyetel printer itu, dan memindahkan kabel yang salah colok, kemudian terdengar suara khas, printer pun berjalan, mencentak lembaran-lembaran berkas.

"Wah jago juga kamu," kata Gadun itu "Nama kamu siapa?"

"Indra Kelana," kata Indra sambil menjulurkan tangan.

"Orang-orang disini manggil saya Kong," kata Gadun itu membalas jabat tangan Indra.

Tangan Pak Kong begitu besar, Indra merasa tangannya seperti tangan anak kecil dibandingkan langsung dengan tangan Pak Kong, telapak tangannya kasar, mungkin karena kapalan dari kebiasaaannya mengangkat beban, genggamannya kuat tapi tidak menyakiti tangan Indra.

Timbul dorongan yang hampir tak tertahankan untuk menerkam Pak Kong saat itu juga, namun Indra berhasil menahannya. Jantungnya berdebar dan tubuhnya meriang terbakar birahi.

PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang