one

27.9K 1K 10
                                    

AILOVI

Hai, aku ovi. Aku baru saja menyelesaikan pendidikan S1 ku, huru hara wisudaku baru kelar 1 minggu yang lalu. Satu minggu bermalas-malasan amat baik buatku mengingat bagaimana aku berkutat dengan pendidikanku agar selesai tepat waktu, namun kemalasan ini tidak boleh berlanjut. Aku harus bekerja, aku tidak boleh jadi pengangguran. Walau orang tuaku tidak menuntut apapun dariku, setidaknya aku bisa bertanggug jawab atas diriku dengan tidak lagi meminta uang saku pada ayahku, ataupun untuk sekedar membeli bedak atau alat mandiku aku bisa pakai uangku sendiri.

Namun ternyata cari kerja tidak semudah itu. Aku sudah melempar lamaran kesana kemari  namun seminggu ini belum ada angin segar. Alhasil aku masih santai dengan piyamaku dijam orang yang sedang sibuk dan semangatnya bekerja.

Aku berjalan lunglai keluar kamar. Bangun tidur ku terus makan. Begitulah anak gadis pengangguran dirumah ini. Aku kemeja makan dan langsung memakan masakan ibu. Rumah sudah sepi, bapak ibu kerja, adikku ke sekolah. Ya, aku hanya dua bersaudara, itu pun jarak umurku dengan adik 10 tahun. Usai makan aku beberes rumah dan halaman.

"Belum kerja neng?" Pertanyaan ibu ini membuat mood pagiku buruk. Aku hanya menggeleng diiringi senyum sinis pada ibu tetangga yang sibuk menyuapi anaknya, aku sedang nyapu halaman pun cepat menyelesaikan dan segera masuk rumah.

Selesai mandi aku merasa lebih baik. Ku buka laptop lagi karena gak tau mau apa.
Drrrttt...

Aku mengambil hpku, Ibu.

"Vi, ibu ada kirim email ke kamu. Itu coba masukin cv kamu kesana. Itu anak teman ibu ada dokter, katanya lagi butuh perawat. Kali aja kamu masuk, lumayan gajinya, kliniknya juga besar" suara nyaring ibu kedengar dibalik telpon, terdengar sangat antusias.

"Tt..ttapi bu. Aku mau cari sendiri. Males deh kalau dari kenalan ibu, nanti gak sesuai ekspektasi, aku malu ibu"

"Ini sahabat baik ibu. Ibu yakin mereka bakal baik sama kamu. Udah ih, emang enak dirumah aja?" Pertanyaan ibu membuatku menggeleng, tentu tidak kalau keterusan. Aku pun mengalah. Aku membuka emailku dari laptop yang baru saja ku nyalakan. Tanpa mikir panjang lagi aku kirim cv ke alamat yang ibu kasih.

******
Aku mengucek mataku, menggeliat dan meregangkan otot2ku. Menguap lebar dan mengerjapkan mataku. Another day to be pengangguran. Lagi. Aku masih menjadi manusia paling siang bangun. Begitulah masih. Aku duduk termenung di depan jendela kamarku sambil menikmati kopi di tanganku. Hujan diluar sana. Aku lapar, namun ibu tidak masak hari ini, karena weekend adalah jadwal ibu libur masak.

"Kak, masak dong" ucap geo, aku menoleh ke pintu melihat geo yang memelas di depan kamarku.

"Males ih" jawabku

"Ih ngaco, pengangguran masa malas banget. Laper nih" ucap geo, berhasil membuatku mendelik padanya. Ck, aku bangkit berjalan ke dapur.

"Nah gitu dog, baru deh kecantikannya nambah"

"Berisik lu" balasku menggerutu, emang paling gak bisa liat aku tenang nih geo. Sabtu geo emang tidak ke sekolah. Ayah ibu juga kerja cuma setengah hari. Aku melihat isi kulkas, duh mau masak apa ya.

"Masak mie aja udah biar cepet, udah jam 09.00 nih laper banget. Punyaku telurnya 2 ya, pakai sawi, pedes" mendengar ucapan geo, pengen rasanya kepalanya ku jitak pakai spatula. Aku menarik napas dalam untuk sabar. Aku pun mengambil bahan dan mulai masak.

"Terima kasih sayang" ucap geo ketika aku meletakkan mangkok berisi pesanannnya di meja. Tok.. akhirnya tanganku tak sabar untuk memukul kepalanya. Geo hanya tertawa menanggapi reaksiku.

"Loh, kk gak makan?" Tanyanya

"Masih kenyang, udah sarapan roti sama kopi" jawabku. Aku duduk di sofa tak jauh dari geo yang sedang menikmati mienya sambil menonton tv. Aku membuka laptopku dan mengerutkan keningku ketika melihat email masuk.

Aku membaca huruf per huruf dengan seksama.

Aaakkkkkk..... teriakku. Aku berjingkrak kesenangan. Geo memarahiku, karna ia kaget sampai tersedak. Melihat geo yang tersedak, aku tersadar dan mengambilkan minum untuknya.

"Duh sorry" ucapku sambil menepuk punggungnya.

"Apa sih kak teriak-teriak, kaget"

"Iya sorry, kesenangan ada email masuk" jawabku cengengesan. Aku kembali duduk menatap layar laptopku.

"Kenapa?" Tanyanya

"Keterima kerja" jawabku sumringah. Aku beranjak menuju kamarku, aku sedikit menari bersama laptopku untuk mengekspresikan kebahagiaanku. Ku lihat berulang nama dan gelarku dengan lengkap, serta pernyataanku diterima bekerja.

Ketika ayah ibu pulang aku tak sabar memberi tahu mereka. Aku lari kegirangan memeluk ibu.

"Alhamdulillah, masuknya kapan?" Tanya ibu

"Minggu depan bu, yeayy lovi gak nganggur lagi dong" ucapku. Ayah hanya tertawa melihat tingkahku.

"Merantau dong kamu" ucap ayah

"Ha? Merantau?" Aku terkejut. Aku melepas pelukanku dari ibu. Aku meraih laptopku yang masih menyala. Emang dimana sih, kok merantau. Aku melihat alamat tempat kerjaku. Ha?, jakarta. Aku menutup mulutku kaget. Aku menatap ayah ibuku bergantian.

"Gak apa, biar kamu keluar dari zona nyaman kamu. Emang mau sampe kapan kamu di sini. Sesekali main ke ibu kotanya negara lah" ucap ayah. Ibu mengangguk setuju.

Aku bukan tidak akan pergi. Aku hanya masih ragu dengan kemampuanku. Apa aku bisa jauh dari ayah ibu, ini pertama kalinya aku akan hidup jauh dari keluarga. Ayah ibu meyakinkanku bahwa aku bisa, mereka ingin aku punya pengalaman lebih. Apalagi aku berada di tempat yang mereka kenal. Namun aku tak punya gambaran apa-apa bagaimana aku disana nanti. Walau orang tuaku mengenal owner, namun aku kan tidak.

*****

Tiba hari aku berangkat. Ibu sudah menyiapkan semua keperluanku dikoper. Bapak juga sudah menyiapkan segela keperluan akomodasiku, pesawat, bahkan sedikit uang saku di rekeningku.

Aku memeluk bapak ibuku bergantian. Air mataku tentu saja tumpah, aku sedih sekali meninggalkan mereka. Geo pun tak kalah sedih, aku baru kali ini melihatnya nangis karena aku pergi. Aku melambaikan tanganku, menoleh ke belakang sesekali sambil mendorong koperku.

Barang bawaanku tak banyak, ibu kalau tidak di stop pasti akan banyak membawa semua hal. Tapi aku berhasil yakini ibu, jika ada perlu aku bisa membeli disana. Apalagi kota besar begitu, pasti semua yang aku butuh akan ada disana.

Aku duduk di dekat jendela. Mataku memandang keluar jendela pesawat. Suara musik ditelingaku menambah rasa sedihku hari ini. Aku mencoba tidur dengan memejamkan kedua mataku.

*****
Aku sudah sampai di bandara soekarno hatta. Aku mendorong koperku keluar terminal 3. Aku ingat ibu bilang aku tak perlu mencari taxi setibanya disini, karena ternyata akan ada yang jemput aku. Baik sekali pikirku ketika ibu bilang begitu, diperlakukan seistimewa ini, berarti ibu sangat dekat dengan owner tempat kerjaku.

Aku memperhatikan dengan seksama. Dimana orang yang akan menjemputku. Aku celingak celinguk, aku pun merogoh sakuku mencari hp berniat menelpon ibu.

"Ailovi" belum saja kunyalakan hp, suara lembut memanggil namaku. Aku melihat sepasang sepatu sneaker putih di depanku, celana hitam gombyor, tanktop putih yang menampakkan sedikit kulit perutnya, dibalut dengan sweater hitam.

Deg... wajahnya. Cantik sekali. Siapa dia, matanya menatapku. Mata itu, indah sekali. Aku terpaku menatap matanya.

"Ailovi" ucapnya lagi membuyarkanku.

"Ah.. iya aku lovi" ucapku mengulurkan tanganku.

"Ayo" katanya membalikkan badan berjalan menjauh. Aku mengerutkan keningku, menatap uluran tanganku yang tak terbalas, kasihan sekali kamu wahai tangan. Aku bergegas sedikit lari untuk mengejar langkah wanita itu.

I Get Tachycardia When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang