five

11.4K 885 23
                                    

Aku mengalungkan id card di leherku. Aku tersenyum senang. Id card yang tesa kasih akhirnya bisa aku pakai. Aku kembali merapikan pakaianku. Aku menyambar tasku di kasur dan bersenandung turun melalu tangga. Seperti biasa tesa sudah duduk manis disana dengan ipad ditangannya.

Mataku berbinar melihat menu diatas meja. Nasi goreng putih dengan banyak cabai, telur dadar, irisan tomat. Ah ini sarapan favorite buatan ibuku. Bentukannya mirip sekali. Aku memeluk buk asih yang sedang meletakkan teh hangatku.

"Ibuk, makasih. Cantik deh" pujiku.

"Eh, eh, kenapa neng" ucap buk asih khawatir aku menumpahkan teh.

"Ibu tumben masakin aku nasi goreng, aku terharu" ucapku

"Oh, kata non tesa ini kesukaan neng ovi. Jadi ibu masakin" jelas buk asih. Aku melirik ke tesa yang selalu tak berekspresi.

"Ah pokoknya terima kasih banyak ibu"

"Sama-sama neng, sok dimakan. Ntar telat"

Aku duduk dan melahap nasiku. Ku tatap tesa yang meminum kopinya.

"Mau?" Tanyaku, tesa menggeleng cepat. Aku tersenyum jahil. Aku menyendokkan nasi dan mengarahkan ke mulutnya.

"Aa...." aku membuka mulutku mengarahkan sendok ku mulut tesa

"Ih bayik banget" ketusnya menjauhkan wajahnya. Aku merengek

"Sekali aja" pintaku, tesa tetap menolak. Aku pun menggerutu dan memasukkan kemulutku. Ketika sendokan terakhir aku coba meminta tesa membuka mulut tesa.

"Ayolah, suapan terakhir ni. Kamu gak mau coba seenak apa masakan kesukaan aku?" Tanyaku. Tesa berpikir. Ia membuka mulutnya perlahan. Yess. Nasi itu mendarat dimulut tesa.

"Enak kan?" Tanyaku. Tesa hanya mengangguk.

*****
Mulai hari ini aku jadi karyawan tetap disini. Aku sudah memamerkan foto pertamaku sebagai karyawan tetap di chat grup keluarga. Ayah dan ibu menyemangatiku, sedangkan geo. Dia malah menagih saweran saat gajian nanti, dasar anak nakal.

Aku memulai hariku dengan semangat. Aku juga sudah punya teman baru disini. Senior, teman setara semuanya baik. Bahkan aku pun berteman dengan tukang bersih dan satpam. Maklum ya aku segampang itu emang akrabnya, kecuali sama satu manusia. Ya tesa, siapalagi.

"Ovi kamu dipanggil ibu ke atas" mbak reyna berbisik. Aku nyipitkan mataku. Aku masih sibuk dengan pasien, belum sempat ku bertanya kapan tepatnya aku harus kesana, mbak reyna malah melengos pergi.

Aku bertanya ke teman yang di depan. Ternyata sedang tidak ada pasien yang antri. Aku pun melepas hazmatku dan gerak ke lantai 3. Aku sedikit ngos-ngosan, nampak banget aku jarang olahraga.

Aku mengetuk sebelum masuk. Aku melihat tesa dan seorang pria muda mungkin seumuran tesa.

"Kamu siap-siap dulu deh" tesa berbicara pada lelaki itu. Aku terkejut melihat mbak reyna dipojokan. Aku berjalan ke arahnya dan bertanya ada apa.

"Kamu asistenin ibu. Soalnya yang biasa asistenin ibu lagi cuti melahirkan" mbak reyna jelasin. Aku mengangguk. Aku melihat tesa beranjak bersiap untuk tindakan. Mbak reyna bergerak menuntun pria ini untuk masuk ke ruangan vip.

"Kakak yakin aku yang asistenin?" Tanyaku berbisik. Aku tak mendapat jawaban, hanya mendapat lirikan tajam. Aku gugup saat ini. Aku memperhatikan tesa mengikat rambutnya kebelakang, merapikan poninya, memakai apronnya, masker dan kaca matanya. Aku mengikuti tesa ke ruangan vip.

Aku terpana ketika tesa menghidupkan lampu di atas wajah pasien, cahaya lampu juga menerpa wajahnya. Cantik sekali. Matanya yang fokus, astaga ini ciptaanmu sempurna sekali. Aku berusaha fokus menjadi asisten tesa, tangan tesa sangat terampil dan cekatan. Matanya sama sekali tak teralihkan dari wajah pasien.

*****

Karena shift kerjaku hari ini pagi, maka aku bisa pulang bareng tesa. Seperti biasa, tesa tak langsung pulang. Ia memarkirkan mobilnya ke coffe shop terkenal dikalangan anak muda hingga tua. Aku duduk menunggu tesa datang membawa 2 kopi dan 2 cake.

"Terima kasih" ucapku. Aku memukul bahuku. Hari ini lelah sekali, setelah pegang 3 pasien dibawah, ternyata pasien vip lebih rame. Tesa melirikku.

"Masi muda udah jompo" celetuknya.

"Gak kebiasa kak, baru juga hari ini kerja. Pegel tau" cibirku

"Besok kamu shift pagi"

"Siang kak"

"Pagi"

"Ih siang kok" ujarku membuka hp, melihat ulang jadwal. Aku menunjukkan hp ku padanya.

"Tanya mbak reyna"ucapnya. Aku mengerutkan keningku, tanpa protes segera chat mbak reyna

"Kok bisa pagi sih, kakak ni pasti"

"Ada pasien vip 5 besok"

Arrgghhh... aku kesal. Padahal aku udah berharap bangun siang. Pasien vip emang jadi penyumbang terbesar di klinik. Tapi duh servicenya juga harus oke. Salut sih dengan tesa yang sabar dengerin curhatan mereka. Aku aja pegel.

Tesa mengajakku pulang usai menghabiskan kopinya. Sesampainya dirumah tesa langsung naik. Begitu pun aku. Aku selalu penasaran letak kamar tesa, apakah dilantai 2?. Karna aku tidak pernah melihatnya naik lift.

Usai mandi aku turun untuk makan malam. Tesa sejauh ini belum pernah makan malam diluar. Ia menikmati makan malamnya dengan tenang di rumah, perlahan sambil fokus ke ipadnya. Aku penasaran apa yang sedang ia perhatikan disana. Apakah ia bekerja?, kapan istirahatnya anda wahai bos cantik.

Usai makan tesa kembali naik, namun dipertengahan tangga tesa berbalik memanggilku yang masih makan.

"Ya" sahutku.

"Kalau udah selesai, ke atas" ucapnya

"Ke atas mana?" Tanyaku. Tak ada jawaban. Aku bergerak ke arah tangga, manusianya sudah tak ada. Ck, nyebelin banget. Aku bertanya pada buk asih letak kamar tesa. Yah benar sesuai dugaanku, lantai 2.

Aku melihat pintu yg paling bersinar dilantai ini. Ada lonceng kecil dan penangkal mimpi buruk disana. Aku mengetuk pelan pintunya. Pintu terbuka, tesa berdiri disana. Mataku terpaku pada belahan dadanya, ia melepas luaran piyamanya, hanya tersisa bagian dalam yg tipis dan berenda disekitran dada. Mata ku turun ke bawah melihat celana minimnya yang memamerkan kulit putih dan mulus. Tentu saja yang ia kenakan sekarang berwarna hitam.

"Masuk" ucapnya. Aku pun masuk dan menutup pintu kamarnya. Aku melihat ke sekeliling, warna kamarnya sangat jauh dari girly. Hitam, abu, putih. Hanya 3 warna itu, begitupun kasur dan selimutnya.

Aku berjalan mengikuti tesa memasuki ruangan lain dalam kamarnya. Aku terkejut melihat banyak sekali pakaian tergantung disana, berbagai macam bentuk tas, serta sepatu, sendal, aksesoris. Ini toko?. Lengkap banget.

"Kamu pilih baju yang sesuai sama kamu, aku bosen liat baju kamu itu-itu aja" ucapnya sembari bersender di dinding dan meilipat kedua tangannya di dada. Anjir, ini sedang berbaik hati. Atau sedang menghinaku?.

Aku memilih beberapa baju. Tesa menyuruhku untuk mencobanya dulu. Aku tentu saja menurut. Karena tesa lebih tinggi dariku, berat badan kami hanya beda 2 kg. Namun tinggi kami lumayan bedanya. Aihh kok nyangkut sih, aku berusaha melepas kaitan yang nyangkut di belakang. Tesa membantu tanpa ku minta. Tapi...

Tangan tesa menyentuh punggungku. Bukan tersentuh, ia sengaja menyentuh dan membelai disana. Aku merinding. Aku menoleh ke samping. Tesa yang berdiri dibelakangku ternyata sudah memposisikan wajahnya disampingku. Hampir saja aku menabrak wajahnya dengan wajahku.

Deg..deg.. aduh jantungku. Wajah kami dekat sekali. Ini cuma 5 senti jaraknya hey. Kenapa aku gak buang muka sih, kaku leher lu vi?. Aku berbicara dengan diriku. Mataku terperangkap dalam tatapan tesa. Aku menyadari bahwa wajah tesa bergerak semakin dekat ke wajahku, napasnya terasa hangat diwajahku. Aku menutup mata. Hah kenapa aku menutup mataku. Hidung kami bertemu. Jantungku semakin berdegup, tuhan jangan sampai tesa dengar.

"Udah kebuka" bisik tesa. Aku membuka mataku. Aku melihat tesa tersenyum manis. Ia mundur menjauhkan wajahnya, sejenak ia mengacak rambutku lalu keluar ruangan. Aku masih terpaku di tempatku. Apa itu tadi?, ah aku menatap wajahku di cermin. Aku merona. Ah jantungku tolong stay calm. Tolog kerja samanya wahai tubuhku.

I Get Tachycardia When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang