twenty three

8K 654 7
                                    

Theresa Patricia

Aku melihat kak joy yang sumringah di balik meja kerjanya. Setelah bingung dengan kondisi perusahaanya, kini ia bisa bernapas lega. Produk yang bekerja sama denganku mendapat respon positif di pasaran.

"Halo mom,.. hmm... tesa is here, humm ok, ok mom.. bye"

Kak joy menatapku. Ia mendekatiku dan duduk di depanku

"Mami besok kesini" ucapnya, aku hanya menghela napas berat.

"Kamu belum ada telpon mami?" Kak joy menatapku. Aku menggeleng

"Mami pendengar terbaik yang kita punya, kamu harus sampaikan ke mami situasi kamu sa, mami gak akan ngerti kalau kami diam. You know mommy right?, she love us" ucap kak joy.

Yeah,. Mami adalah wanita hebat buatku. Aku tak habis pikir kenapa mami bisa menikahi pria seperti papi. Kalau dipikir, mami seharusnya bisa mendapatkan yang lebih baik.

Papi baik, baik sebagai ayah buat aku dan kak joy. Jelas dia bertanggung jawab, ia juga pekerja keras seperti mami. Tapi papi tidak bisa lepas dari wanita, padahal ia punya mami.

Pertengkaran selalu terjadi karena wanita. Aku heran mami tetap bertahan sampai saat ini. Aku tidak suka melihat kelakuan papi, kadang ketika melihat mereka bertengkar aku tak segan mengatakan brengsek padanya.

"Aku mau bilang dari awal ovi ketemu mami, tapi ovi gak mau"

"Why?, dia takut?" Tanya kak joy. Aku menggigit bibirku dan mengangguk.

"Kenapa memulai kalau takut?, atau ini cuma main-main?"

"No, I'm serious" jawabku cepat.

"Lalu?, semakin lama kamu bilang, ini akan semakin gak bagus. Mami, devan, keluarga devan"

Aku kembali menarik napas dalam dan menghembuskannya. Kak joy menepuk bahuku untuk memberiku kekuatan.

*****
"Non, ibu ada di taman" ucap buk asih ketika aku baru masuk rumah. Aku mengangguk dan berbalik ke arah taman.

Aku melihat mami yang duduk, ada beer dan rokok di tangannya. Aku mendekati mami dan duduk disampingnya.

"Kenapa pakai baju setipis ini?, mami gak dingin sama cuaca malam begini?"

"Ah, ini hangat sa. Kanada lebih dingin" ucap mami, ia menghisap dalam rokoknya. Asap rokok mami mengepul di udara, mataku memperhatikan asap itu.

"Wanita mana lagi yang dikencani papi?" Tanyaku. Mami menghela napas beratnya, ia meneguk beernya.

"Sekretaris barunya"

"Lalu, mami kesini melarikan diri?" Tanyaku.

"Menenangkan diri" mami membenarkan kataku

"Mau sampai kapan mi?" Tanyaku. Mami menatap ke depan, mulutnya tak berhenti menghisap rokok.

"Mami sama papi masih sama sa, we have each other. Gak ada yang bisa nemenin papi kalau mami pergi. Papi cuma punya mami, begitu pun mami"

"Mami punya aku, kak joy" ucapku. Mami menggeleng dan menoleh padaku.

"Kalian akan punya keluarga sendiri, mereka lah yang akan menemani sampai akhir"

Aku menatap lirih mami. Aku kasihan padanya, namun tak bisa berbuat banyak. Aku mengambil beer dimeja ini dan membukanya, aku mengikuti mami yang mendesah berat. Kami pun menikmati malam bersama dengan beer di tangan kami.

*****
"Sa, besok mami devan undang kita dinner. Kamu luangin waktu ya"

Aku menatap mami yang sedang memakan sarapannya. Mami dan mami devan berteman baik, tentu saja karena aku dan devan yang dekat sejak kuliah.

I Get Tachycardia When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang