Justin POV
Ini sudah siang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu lebih sepuluh menit saat aku melirik ke arah jam yang digantung di salah satu sisi dinding. Dan aku hanya terdiam memperhatikan Stefana yang menggulirkan air matanya karena mimpi buruknya. Sebenarnya aku agak curiga, mengingat ini masih siang. Tidakkah aneh seseorang bermimpi buruk di siang bolong? Tapi, sepertinya mimpi itu begitu menyiksa Stefana karena gadis itu menangis begitu deras dan sedari tadi dia selalu mengusap air matanya yang turun ke pipinya. Aku bangkit berdiri, dan berpindah ke sebelahnya. Begitu di sebelahnya, aku langsung menempelkan salah satu tanganku pada pipinya, dan mengusap tiap cairan yang keluar dari matanya, lalu turun ke sekitar pipinya. Aku tidak tahu seberapa buruk mimpinya, tapi sepertinya itu begitu menyakitkan Stefana. Aku tidak berniat menanyakan soal mimpinya karena takut akan membuatnya makin menangis.
Dalam gerakan cepat, kurasakan kedua tangannya melingkar di tubuhku. Dia memelukku dari samping, dan dia meletakkan kepalanya di dadaku. Dia masih menangis seperti tadi tanpa perubahan sedikit pun. Dan ... sial. Aku sekarang sama sekali tidak tahu harus seperti apa dan bagaimana. "Hei, bisakah kau berhenti menangis? Seburuk apa pun mimpimu, itu hanya mimpi, Stef." Aku akhirnya bersuara setelah sedari tadi hanya ada suara isak tangis Stefana yang jadi terdengar samar karena televisinya belum aku matikan. "Sebaiknya kau lupakan mimpi itu." Aku menyahut lagi karena dia tidak menjawab apapun. Urgh. Dasar gadis manja.
Ada suara ketukan pintu yang masuk ke dalam telingaku, dan pasti Stefana juga mendengarnya. "Bisa kau berhenti, Stef? Ada yang akan masuk." Stefana akhirnya melepaskan pelukannya dariku, dan dia kembali mengusap air matanya untuk yang entah keberapa puluh kali, dan perlahan berusaha meredakan sendiri tangisnya. Bagus. Sekarang lebih baik.
"Masuk." Aku berseru sedikit keras.
Pintu menguak, dan Niall-lah yang muncul. Huh. Untunglah. Setidaknya itu bukan Miley atau Chase. Niall menutup pintu dan kemudian menghampiri aku dan Stefana. Rambutnya terlihat basah, dan ada wangi sabun yang samar yang tertutup oleh wangi parfumnya. Sepertinya dia baru selesai mandi. Hell. Apa dia baru saja bangun? Tapi, darimana dia tahu ada Stef disini? "Apa semuanya baik-baik saja? Aku mendengar ada suara tangisan dari luar." Dia melirikku dan Stefana bergantian. "Hei. Ada apa denganmu, Stef?"
"Mimpi buruk." Jawabnya serak. Ini bagus. Setidaknya dia sudah mulai membuka suaranya sekarang. Jauh lebih baik ketimbang hanya diam dan menangis seperti tadi.
Niall mengangkat sebelah alisnya, membuat sekitar keningnya mengerut. "Kau yakin? Agak aneh sebenarnya, Stef." Niall bertanya lagi dengan seraut ekspresi tidak yakin.
"Setuju." Aku melontarkan pesetujuanku kepada pertanyaan Niall tadi.
"Aku serius!" Hell. Ada apa dengannya? Stefana menjawab dengan berseru kesal dan menatapku dan Niall bergantian dengan tajam.
Niall sedikit tersentak, begitu juga aku yang di sebelahnya. "Sepertinya kau akan mengalami periodemu. Kau begitu sensitif, Stef." Aku mendesis dingin.
Niall mengalihkan arah pembicaraan. "Bagaimana jika kita pergi makan?" Niall terdengar antusias dan girang sekarang. Nah. Sekarang muncul kelakuan aslinya yang suka makan itu. Aku mengangguk setuju. Aku memang kelaparan sekarang, karena tadi pagi aku tidak sarapan apa pun.
"Kau sebaiknya juga makan, Stef. Obatmu harus diminum." Aku menimpali.
"Obat?" Niall mengernyit.
Aku menggeleng. "Bukan apa-apa. Ayo." Niall menarik diri dari kamar tamu. Dia keluar terlebih dulu setelah aku berkata 'ayo'. Aku masih menunggu Stefana yang tetap bertahan dengan posisinya. Dia terlihat lemas. Ditambah lagi dengan matanya yang merah dan juga sembab. Hidungnya juga sudah sedikit memerah. "Perlu bantuan?" Tawarku. Stefana menggeleng, dan perlahan beranjak turun lalu kembali memakai sendalnya. Sebenarnya aku merasa sedikit aneh, karena Stefana terlihat berbeda dan tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Street Fighter [Justin Bieber]
FanfictionStory between a graduated high school girl with a criminal. This story has a many dirty content (violence, murder, harsh words, the criminal world, and sex). Be wise. No judge. It's better if you're above 18. Repost from facebook. Street Fighter ©...