Segerombolan pemuda datang dari pintu lain. Mereka langsung memencarkan diri menjadi masing-masing dua orang. Ada yang pergi menuju sudut mall, mencari disana. Ada yang mencari ke beberapa restaurant dan café, ada pula yang pergi menuju toilet wanita. Mereka melakukannya dengan cepat dan saksama, sambil menghubungi satu sama lain.
Sudah satu setengah jam, dan matahari makin tinggi, memasuki tengah hari. Jam dua belas. Miley dan Stefana sudah mendapatkan beberapa barang belanjaan mereka. Ada dress, casual shirt, hot pants, dan kacamata hitam baru. Mereka sudah membuat rencana untuk acara mereka. Sisi feminine Miley keluar juga akhirnya. Dan yang sekarang mereka butuhkan adalah tas, wedges atau heels, dan bikini dengan semua koleksi terbaru. Tidak perlu repot darimana mereka punya banyak uang, karena Miley tentu saja memiliki uang yang banyak dari hasil kerjanya. Stefana sendiri, orang tuanya membebaskan gadis itu belanja karena memang satu tahun ini mereka tidak memperbolehkan gadis itu menyentuh mall sedikit pun. Jadi, sebagai gantinya, mereka memberikan Stefana credit card. Dan ini, cara Stefana balas dendam atas satu tahun pengurungannya. Belanja sepuasnya, memborong, membeli apa saja yang dia inginkan. Sebelum dia menjadi seorang kudet lagi.
"Kupikir kita butuh sesuatu." Stefana mengujar dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya. Matanya menelisik mencari dimana ada konter penjual minuman gelas.
"Apa?" Miley mengernyit sambil mengikuti gerak pandang teman di sebelahnya.
"Minum. Kita sudah satu jam lebih berbelanja. Itu tidak baik jika kita tidak memiliki pasokan air. Bisa dehidrasi."
Miley manggut-manggut mengerti. "Kalau begitu, sekalian saja kita makan siang."
"Saran diterima." Stefana nyengir. "Kau tahu tempat makan yang enak?" Kaki keduanya masih terus melangkah menyusuri sisi mall, mencari restaurant atau café yang sekiranya tidak begitu penuh. Mereka masih sama sekali belum menyadari kehadiaran sekelompok pemuda yang mengikuti langkah mereka dari kejauhan. Ya. Para pemuda itu berhasil mendapatkan jejak Miley dan Stefana, dengan lelaki yang pertama kali melihat merekalah yang menjadi kapten dalam misi kali ini.
Miley sebenarnya sedari tadi merasa sedikit aneh. Tengkuknya terasa sedikit meremang. Ada rasa janggal yang mendadak muncul, seperti jerawat. Begitu mengganggu Miley. Namun gadis itu berusaha mengabaikan feeling dan insting aneh tak berperasangka seperti itu.
"Ingat. Jangan sampai ketahuan. Jangan mencolok. Jangan sekali-kali keluarkan senjata kalian, atau kita habis sekarang!" Lelaki berambut ikal itu memperingatkan anggotanya. Mereka seperti mata-mata yang sedang melakukan pengintaian. Agak aneh sebenarnya, mengingat yang mereka intai adalah musuh mereka sendiri. Namun, inilah cara menghancurkan kubu Chase. Secara perlahan-lahan, mereka mengobrak-abrik anggota Chase tanpa harus menyentuh wilayah atau markas mereka. Bukankah itu menghemat banyak nyawa mengingat insiden di persimpangan dulu?
Miley lalu masuk ke dalam sebuah café, bersama dengan temannya. Mereka berjalan menuju kasir, dan memesan makanan mereka. Pemuda itu hanya memperhatikan mereka dari restaurant di depan café itu.
"Kau pesan apa?" Miley mengalihkan pandangannya pada Stefana sebentar, lalu menoleh ke belakang, memastikan isntingnya yang seolah mengingatkannya untuk waspada. Arah pandangnya lalu kembali mendarat pada daftar menu yang dia pegang.
"Aku pesan satu spaghetti dan cappuccino." Stefana menjelaskan pesanannya pada petugas kasir yang langsung dicatatnya.
"Aku juga sama." Sambung Miley. Gadis di kasir tersebut mengangguk, lalu mentotal pesanan mereka. Miley yang membayar. Gadis itu ingin mentraktir Stefana, katanya. Mereka disuruh menunggu sambil membawa nomor sebagai tanda pesanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Street Fighter [Justin Bieber]
FanfictionStory between a graduated high school girl with a criminal. This story has a many dirty content (violence, murder, harsh words, the criminal world, and sex). Be wise. No judge. It's better if you're above 18. Repost from facebook. Street Fighter ©...