10.menerimanya

69 7 1
                                    

Gue merenung seharian dikamar gue,dan menolak keluar kamar untuk makan. Gue melihat kearah luar jendela dengan tatapan kosong. Kenyataan bahwa ian tau masa lalu gue masih menohok hati gue sampai sekarang. Gue gak tau apakah setelah ini semuanya akan sama lagi seperti dulu.

Kayaknya gak mungkin.

Kayaknya semuanya  bakal berubah. Berbagai kenyataan yg akan muncul setelah ini bahwa ian mungkin akan menjauhi gue,menghindari gue,atau mungkin...

Meninggalkan gue.

Itu adalah kenyataan terburuk dikehidupan gue. Mengingat gue gak punya siapapun selain ian. Orangtua gue? Gak mungkin banget. Temen-temen gue? Itu kalau mereka belum tau segalanya. Iya kan? Gue gak punya siapapun disini yg tulus sama gue. Kecuali kalau ian memang benar-benar tulus dan menerima kenyataan aib terbesar gue dari masa lalu.

Ya,aib terbesar gue.

Gue menghembuskan nafas gue dengan berat. Udah tiga hari gue gak masuk sekolah. Makan juga gue gak teratur. Palingan kalau gue laper malem-malem gue bakal mengendap-endap kayak maling,dan kedapur untuk mengambil beberapa makanan ringan atau memasak mie.

Gue berdiri dari kasur gue,lalu beranjak menuju cermin disamping kasur gue. Gue melihat bayangan gue dicermin tersebut. Gue bener-bener kayak mayat hidup. Mata coklat gue yg biasanya berbinar indah,sekarang terlihat sangat sayu dan ditambah lingkaran hitam dibawahnya. Rambut coklat sepunggung gue yg biasanya tersisir rapi dengan gelombang halus dibawahnya,kini terlihat awut-awutan dan sangat kusut. Bibir gue yg biasanya tampak merah ranum dan berkilau karena memakai lipgloss,kini tampak berwarna putih dan sangat pucat. Gue bergidik ngeri melihat penampilan gue sekarang.

Ini bukan angel.

Yap,ini bukan gue yg sebenarnya. Gue selalu memperhatikan penampilan gue setiap saat dan dimanapun. Gue yg acak-acakan seperti ini tidak terlihat seperti gue yg biasanya. Ck! Gue gak bisa terus kayak gini,kalo gue kayak gini. Itu sama saja gue mengaku kalah dari gina. Dan gue gak akan pernah mau kalah dari gina.

Gue langsung beranjak kekamar mandi. Gue merendam diri gue dengan air hangat,untuk menghilangkan rasa pegal gue. Setelah merasa lebih segar,gue keluar dari kamar mandi lalu berjalan ke walk'in closet dikamar gue. Gue memakai piyama gue,lalu gue segera menaiki kasur gue dan berbaring disana. Gue melihat langit-langit kamar gue,lalu tersenyum.

Gue gak sabar buat nunggu hari esok.
____________________________________

Gue mematut penampilan gue sekali lagi dicermin. Seperti biasa,gue sudah me- roll bagian bawah rambut coklat gue agar tampak terlihat gelombang-gelombang halus disana. Lalu,gue juga sudah menyemprotkan hairspray dibagian gelombang itu supaya bertahan lama.

Gue mengoleskan bibir gue dengan lipgloss. Tak lupa gue memakai softlens berwarna hitam gue,menutupi bola mata gue yg berwarna coklat. Terakhir,gue memoleskan bedak tipis diwajah gue.

Finish! Tampak seperti angel yg biasanya. Untungnya gue bisa menutupi lingkaran hitam dibawah gue dengan memoleskan bedak.

Gue berjalan menuruni tangga. Pembantu gue,bi irma. Melihat gue dengan wajah cerah sambil tersenyum. Gue menyapanya dan membalas senyumannya. Bi irma memang pembantu yg paling dekat dengan gue dirumah ini.

"Non udah mau berangkat kesekolah ya non?." Tanya nya.

Gue tersenyum lalu menjawab.

"Iya nih,bibi udah masak sarapan belum?." Tanya gue.

Bi irma menunduk cepat.

"Ayo non... silahkan,makanannya sudah disiapkan dimeja makan."

Gue berjalan menuju meja makan dan melihat bokap gue tengah membaca koran sambil meminum kopi.

Lonely AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang