Pagi yang suram. Gadis malang itu terbangun dengan rasa sakit yang teramat. Bagaimana tidak, tubuhnya penuh dengan lebam apalagi bagian punggungnya. Namun semua itu ia simpan rasa ini hanya untuk dirinya seorang. Selepas menjalankan ritual, segera ia menyusul orang tuanya di dapur.
"Ada apa denganmu?" Tanya Adrian, ayah dari seorang Zeanna yang menyadari akan kemurungan anaknya
Ia lupa. Senyuman yang ia tunjukkan kepada orang tuanya dipagi hari sebelum berangkat sekolah. Senyuman palsu yang ia tunjukkan, semua itu demi menutupi segala masalahnya. Perlahan senyuman itu mengembang, senyuman palsu yang tidak diketahui oleh mereka dan ia sangat membencinya
"Nasi goreng siap! " Seru Yolanda sembari meletakkan hidangan keatas meja
Segera gadis itu menduduki kursi meja makan dan mengambil nasi goreng sesuai porsinya. Selesai makan, ia mencuci piringnya lalu meraih tasnya dan berangkat ke sekolah.
"Ibu, ayah, aku berangkat" Ucap Zeanna sembari memeluk kedua orang tuanya lalu beranjak keluar dari rumah. Ia tidak menyadari bila diluar rumahnya terdapat kedua pria penagih hutang ayahnya. Saat membuka pintu sontak ia dikejutkan oleh kehadiran mereka. Tanpa menunggu lama ia memanggil Adrian lalu segera menghindar dari mereka.
Sekolah yang amat megah namun tak sebanding dengan dirinya yang bernotabene murid beasiswa. Ia berjalan memasuki pekarangan sekolah dengan tas ransel hitam yang sedari tadi ia rangkul.
"Hey bro!" Panggil Nadine kemudian beranjak menghampiri gadis itu
Nadine Anastasya. Sosok gadis tomboy yang merupakan sahabat Zeanna. Tidak ada yang berani menatap mereka dan jelas Nadine pelakunya. Disana juga terdapat Lolita Gabby dan juga Catherine El De Louisa. Bila tak ada mereka, sudah pasti Zeanna mendapatkan tatapan jijik disetiap langkahnya
"Lagi lagi kau tidak mau menerima ajakanku" Kesal Lita
"Aku ingin hidup sehat, maka dari itu aku menolak ajakanmu"
"Tumben" Sindir Cath
"Kabar kabarnya ada dua kakak kelas baru asal Spanyol. Ahh aku tak sabar melihatnya, barangkali ada yang tampan, benarkan Cath?" Ucap Lita senang sedangkan Cath hanya menatap gadis itu sembari menganggukam kepalanya malas
Ketika hendak memasuki kelas tiba tiba mereka dihadang oleh ketiga gadis yang paling ditakuti oleh para siswi namun tidak dengan Nadine, justru malah sebaliknya, mereka yang takut kepada gadis tomboy itu. Mereka terdiri dari Angela, Meika, dan Gisel. Angela, gadis itu sempat menjadi sahabat Lita dan Zeanna. Bangkrutnya perusahaan orang tua Zeanna membuat Angela enggan berteman lagi dan malah membully gadis itu. Zeanna, gadis yang malang
"Lihatlah, our slave woman dan si tomboy Nadine. Oh jangan lupakan si buta dan si bisu" Ucap Angela merendahkan
"Oh and how about really thick make up!" Ucap Lita membuat Cath berdeham menahan tawanya
"Watch your mouth or i will slap your fucking mouth" Geram Angela yang kini menatap nyalang Lita
(Jaga ucapanmu atau aku akan menampar mulut sialanmu)
"I should be the one to say that, you bitch!" Ucap Nadine, mengetuk dahi gadis itu hingga membuat gadis itu kesakitan
"Mulut busuk!" Cath menatap nyalang Angela lalu berlalu dari hadapan gadis itu
Dengan senyum merendahkan Nadine pergi meninggalkan ketiga gadis itu sembari merangkul Zeanna dan Lita. Zeanna hanya tertunduk sembari menahan amarahnya. Percuma saja jika marahnya tidak dapat membuatnya kuat
"Nggak perlu ditanggapi, Angela memang sudah gila dari awal kita berteman dengannya" Ucap Lita menenangkan gadis itu lalu mengajaknya duduk
"Aku hanya penasaran kenapa mereka selalu memanggilku dengan kalimat merendahkan. Aku tidak seperti ang mereka kira. Memang keluargaku mengalami penurunan saham tapi tidak sampai menjadi budak" Zeanna menangis sesenggukan sembari menutup mukanya dengan kedua tangannya
Nadine, Cath, dan Lita merasa iba. Mereka serentak memeluk gadis itu erat sembari mengelus rambut kepala gadis itu supaya tenang. Tanpa mereka sadari dibalik jendela kelas terdapat sosok wanita paruh baya dengan setelan jas tengah mengawasi mereka
Angela
Meika
Gisella
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Hell
RomanceKehidupan menyedihkan gadis Zeanna Bravery perlahan memudar setelah dirinya bertemu sosok lelaki yang merupakan kakak kelas baru disekolahnya. Gilbert Smith, sosok lelaki keturunan bangsawan Viscount Smith, bangsawan Eropa pertama. Namun siapa sangk...