2. Welcome to NYC

21 1 0
                                    

"Oi!! sudah siap?" Tanya El yang kini telah siap dengan tas ransel yang ia rangkul

Sedari tadi Gilbert tengah bersandar di sofa seakan dirinya tidak mempersiapkan apapun. Tidak, lelaki itu hanya butuh dompet dan pisau kesayangannya. Toh juga disana ia bisa membeli keperluan. Orang kaya mah bebas

"No necesito cargar tantas cosas como tú"

(Aku tidak perlu membawa banyak barang sepertimu)

Ejeknya lalu terkekeh dengan smirknya yang menyebalkan

"Que desperdicio!"

(dasar boros!)

Ucap El sembari menatap sinis Gilbert. Jelas, barang kesayangan kembarannya itu hanya pisau. Sedangkan dirinya memiliki seorang kekasih yang setiap ulang tahunnya mengirimkan barang. Untung hanya setiap tahun sekali tidak seperti dirinya yang memberinya hadiah hampir setiap hari. Entah ditaruh kekasihnya kemana hadiah itu yang El pikirkan hanyalah senyum kekasihnya yang tidak pernah memudar dipikirannya

"Esclavo de amor"

(Budak cinta)

Ejek Gilbert yang mengetahui isi pikiran El lalu beranjak menuju mobil sportnya. Lekaki itu paling tidak suka bila perjalanannya didampingi oleh siapapun terkecuali asisten pribadinya yang kini tengah mencari identitas yang sempat Gilbert mimpikan

Keduanya sama saja terkena budak cinta namun Gilbert lebih ke obsesi. Ia diam diam terobsesi kepada gadis yang sempat lewat dimimpinya. Hanya karena waktu dipenjara ia bermimpi seorang gadis yang tak ia kenal, hingga kini ia sekuat tenaga mencari gadis itu. Di daerahnya, Spanyol, tidak ada yang mirip dengan gadis yang sempat singgah dimimpinya. Yang lelaki itu harapkan saat ini ia dapat menemukan gadis itu di New York

El hendak memasuki mobil yang diarahkan oleh ayahnya namun tiba tiba dari garasi muncul mobil sport yang melaju dengan kecepatan tinggi

"Hey ayah menyuruh kita menaiki mobil ini!!!!" Protes El tapi apa daya, Gilbert telah menjauh bersama mobil sport kesayangannya

"Molestar!"

(Merepotkan!)

Gumam El lalu menyuruh sopir untuk melajukan mobilnya

Gilbert telah tiba di bandara international Barcelona El Prat. Disana terdapat Rowan yang kini berjalan kearahnya

"Bukankah sudah kubilang untuk menaiki mobil pribadiku?" Tanya Rowan dengan tegas namun lelaki itu seakan tidak peduli dan memilih berjalan melewati ayahnya itu.

Sang empu hanya bisa menghela nafas. 'Ternyata kau sama saja sepertiku' batin Rowan sembari menggelengkan kepalanya

'Te encontraré pronto, querida'

(Aku akan segera menemukanmu sayangku)

batin Gilbert lalu segera beranjak memasuki jet pribadi

"Tuan, sepertinya saya menemukan identitas yang anda maksud"

"Sebutkan saja namanya dan sekolahnya"

"Namanya hampir mirip dengan yang ada dalam mimpi anda tuan dan saat ini ia bersekolah di The Dalton School"

"Finalmente..."

(Akhirnya)

Gumam Gilbert setelah mematikan panggilan lalu bersandar sembari menatap El yang baru tiba di bandara

"Lambat!" Hardik Gilbert saat El hendak duduk disebelahnya

"Kau yang mendahuluiku dasar sialan!" Protes El namun tidak ditanggapi oleh sang empu

Sedangkan disisi lain Zeanna tiba tiba merasakan pusing teramat sangat dikepalanya. Lita yang menyadari keadaan Zeanna sontak membawa gadis itu ke uks tanpa persetujuan sang empu

"Jangan membawaku kesini, aku tidak apa tenang aja" Ucap Zeanna dan saat hendak berdiri tiba tiba ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh

"Jingin mimbiwiki kisini, iki tidik ipi tining iji" Ejek Lita lalu meletakkan Zeanna kembali ke kasur uks

"Iya aku salah" Lirih Zeanna lalu menunduk

"Pilih istirahat disini atau dirumah?" Tanya Lita dan tanpa berpikir panjang gadis tomboy itu menelepon ayah Zeanna

"Hey, aku tidak memintamu untuk menelpon ayah!!" Protes Zeanna namun siapa peduli, yang Lita takutkan hanyalah bayangan jika para sialan itu menyiksa gadis rapuh itu saat tidak ada dia.

Tak lama kemudian Adrian datang lalu segera membawa Zeanna pulang. Sebelum ke uks, pria itu sempat meminta izin atasan untuk membawa Zeanna pulang.

"Terima kasih" Ucap Adrian sebelum meninggalkan Lita di uks

...

"FINALMENTE!!" Teriak El ketika hendak turun dari jet pribadi milik ayahnya sedangkan Gabriel masih berada didalam jet

"Can u get out from that plane!?" Tanya El. Tidak. Lelaki itu teriak lebih ke memaksa karena sedari tadi lelaki itu terus menatap ke jendela, tak seperti biasanya.

Lelaki itu keluar dari pesawat sembari menghirup udara New York

"por fin respiramos el mismo aire, baby"

(Akhirnya kita menghirup udara yang sama, sayang)

"Welcome to NYC " Gumam Gilbert lalu segera menyusul El yang tengah menatapnya heran

"Well well hello my cousin!" Ucap sosok lelaki yang dari tadi sudah menunggunya di bandara, Garren Smith

Garren melangkah menuju Gilbert kemudian memeluknya erat. "Long time no see u" Ucap Garren yang hanya dibalas helaan nafas

"Seperti biasanya, kau menyebalkan" Ucap Garren sebelum memukul punggung lelaki itu hingga lelaki itu meronta kesakitan. Gilbert ternyata bisa merasa kesakitan juga.

Bonus pic 🎉

Anggap aja Gilbert ada di bandara wkwk 😅🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggap aja Gilbert ada di bandara wkwk 😅🙏

Living HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang