Sejak kejadian itu kini Zeanna harus benar benar waspada. Bagaimana tidak, lelaki itu terus mengawasinya setiap saat. Bahkan lelaki itu mulai berani mengantar jemput dia layaknya seorang sopir hingga kedua orang tuanya tahu dan mengira mereka berpacaran. Gadis itu selalu meminta Gilbert untuk berhenti ditempat yang tidak terlalu dekat dengan sekokahnya, sebuah permintaan yang akhirnya diterima oleh lelaki itu setelah sekian permintaan yang ditolak olehnya
Kini ia merasa hidupnya terancam. Takut bila salah melangkah, lelaki itu akan membunuhnya.
Kini gadis itu tengah berada di kelasnya sendirian. Belum ada datang, jelas, gadis itu selalu meminta Gilbert untuk berangkat awal dengan alasan tidak ingin ada yang melihatnya bersama lelaki itu. Jika ada yang tahu bisa bisa siksaannya semakin parah
Lita belum datang juga. Semenjak bertemu pacarnya, gadis itu mulai berangkat serta pulang sekokah bersama lelaki itu
Menurut Zeanna, El tidak seperti Gilbert. El terkesan cuek seperti Gilbert namun lelaki itu tidak sekejam Gilbert, El terlihat cuek namun ramah tidak seperti Gilbert yang benar benar terlihat acuh tak acuh. Sedangkan Garren, lelaki itu sama saja seperti El hanya saja dia selalu tersenyum. Entahlah mengapa hari demi hari ia selalu suka membeda bedakan ketiga sepupu itu
"Sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Nadine yang baru saja tiba bersamaan dengan Cath
"Nothing, just thinking about Lita" Bohong Zeanna
"Dia terlalu dibutakan oleh cinta"
"Biarkan saja" Ucap Cath menghentikan topik lalu mengeluarkan hp dari saku celananya
"Well, sepertinya aku harus menemui Garren" Lanjutnya
"Fine, sekarang teman temanku berurusan dengan anak baru" Ucap Nadine
"Apa kau ada masalah dengan lelaki itu?" Tanya Zeanna
"Ayahku memintaku untuk memberikan amplop ini kepada lelaki itu" Cath menunjukkan sebuah amplop coklat
"Ah masalah bisnis petinggi"
"Ok pergilah"
Cath beranjak keluar dari kelas bertepatan dengan Falix, Ray, dan Yael yang ingin memasuki kelas
"OH NADINEEE!!" Teriak Falix sembari beranjak menuju sahabat kecilnya
Nadine hanya bisa menatap kesal Falix. Sedangkan Ray dan Yael hanya diam sembari mengikuti Falix
"Apa lagi!?" Kesal Nadine
"Kau berhutang kepadaku"
"Aku akan membayarnya dirumah"
"Ayolah, jarak kantin tidak terlalu jauh"
Nadine menghela nafasnya berat lalu menatap Falix dengan kesal. Tidak ada hari tanpa sahabat kecilnya terutama Falix
Zeanna menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Para siswa mulai berdatangan dan inilah saatnya ia bersembunyi dari trio ciwi itu. Ia bergegas keluar dari kelas menuju kantin. Ketika hendak memasuki area kantin tiba tiba tak sengaja ia melihat mereka
'Sial! Apakah ini hari burukku?' Batinnya lalu segera berlari ketika Angela mulai menatapnya dengan smirknya
"Slave woman in here guys so let's catch her!" Seru Angela lalu beranjak mengejar Zeanna diikuti oleh teman temannya
Zeanna mulai panik dan tanpa berpikit panjang gadis itu berlari sekencang mungkin tanpa arah dan hanya mengikuti instingnya. Entah mengapa kini ia hanya percaya kepada instingnya. Ia terus menaiki tangga hingga tibalah ia di rooftop. Ia memasuki area tersebut lalu menutupnya dengan kencang. Deru napas seakan ia habis mengikuti lomba lari, lomba lari menjauh dari ketiga gadis itu. Jantungnya berdetak seirama dengan napasnya, ia sungguh lelah dengan ketiga gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Hell
RomanceKehidupan menyedihkan gadis Zeanna Bravery perlahan memudar setelah dirinya bertemu sosok lelaki yang merupakan kakak kelas baru disekolahnya. Gilbert Smith, sosok lelaki keturunan bangsawan Viscount Smith, bangsawan Eropa pertama. Namun siapa sangk...