GIGOLO [Nohyun]

first time

=GIGOLO=

Galen memasuki ruangan pribadi Jeno, disana Jeno tengah bersandar pada kursi kerjanya, dengan mata yang tertutup, Galen yang melihat bahwa ia datang disaat yang tidak tepat membuat pria itu menggurungkan niatnya.

mendengar pintu ruangan yang tadi sudah tertutup dan kini di buka kembali, membuat sang empunya ruangan membuka kedua matanya dan melihat Galen yang mengintip di balik pintu saat atasannya berdeham "sini"

"kayaknya, bapak lagi capek. nanti saya balik lagi deh" ujar Galen.

"kesini, ada apa?" Galen menggaruk pipi kanannya dan kembali masuk kedalam ruangan, pria itu berdiri di hadapan Jeno sekarang dengan wajah tak enak hati.

Jeno menatap pria yang lebih muda darinya itu, dengan pandangan lelah "kenapa? ada sesuatu?"

Galen terdiam, lalu pria itu mengambil nafas dan membuangnya perlahan, dengan satu map di tangannya, Jeno mengangkat sebelah alisnya, melihat Galen memberikan sebuah map kepadanya "ada berkas apa?" tanya Jeno, sembari membolak balik map di tangannya tanpa membuka isi di dalamnya terlebih dahulu.

pria dengan luka gores di pelipisnya itu mempersilahkan Jeno untuk membacanya terlebih dahulu"bapak baca saja, saya gabisa jelasin. biar bapak langsung tau data diri laki laki itu" Jeno keheranan, Jeno lantas membuka map yang berisi dua lembar kertas, yang tertera seperti identitas diri seseorang.

"Jaehyun" gumamnya, membaca nama dari biodata yang telah di ambil oleh Galen. berarti hal ini terkait pada Jaehyun.

Jeno menatap Galen, pria itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis atas pekerjaan yang Galen selesaikan "terimakasih, saya permisi dulu" pria April itu melewati Galen, meninggalkan ruang kerjanya dengan map yang sudah berada di tangannya ini.

=GIGOLO=

Jaehyun membuka pintu kamar dengan susah payah, pria itu berniat untuk pergi dari sini, setelah dirasa dirinya sudah cukup pulih, tidak ada keharusan ia harus disini berlama lama.

namun kedatangan Jeno yang tiba tiba ada di depan pintu saat ia membukanya, membuat Jaehyun terkejut setengah mati.

Jeno menatapnya dengan intens,

pria itu berjalan maju ke arah Jaehyun, mau tidak mau Jaehyun melangkahkan kakinya mundur ke belakang perlahan lahan, menjauh dari Jeno yang terus mendekatinya, hingga mereka masuk kedalam kamar lagi.

Jaehyun terhenti, merasakan dirinya terjebak. pria berahang tegas itu tak kunjung berhenti dan malah semakin mendekatinya, hingga jarak diantara mereka terkikis sedikit demi sedikit.

"kamu mau pergi kemana?" suara Jeno membuyarkan sedikit lamunannya.

Jaehyun tak menjawab, pria itu menatap sengit Jeno, ia menganggap Jeno adalah musuh terbesarnya saat ini.

Jeno mendecakkan lidah, menatap pria di depannya ini enggan untuk mengeluarkan suara, terlihat jelas raut tak suka Jaehyun yang di tunjukan untuknya "kalau saya nanya, di jawab. kamu masih bisa ngomong kan" ujar Jeno.

namun hal tersebut tidak berpengaruh apapun, Jaehyun masih setia dengan diamnya, memilih untuk tetap bungkam, tetapi sorot matanya tak lepas dan masih menatap kearah Jeno dengan tatapan bosan.

"kamu hamil-, manik kelam itu seakan membulat dan terkejut mendengar penuturan laki laki di hadapannya. jari jemarinya mengerat kuat meremas remas dengan perasaan marah dan tidak terima.

"kamu pasti udah tau kan, gak mungkin kamu gak tau hal ini" simpul Jeno, sembari bersidekap dada.

Jaehyun mendorong bahu Jeno dengan kasar, dengan rahang yang mengeras "gak penting juga kan, kalo lu tau" balas Jaehyun, setelah beberapa lamanya Jaehyun diam seribu bahasa, kini lelaki kelahiran Februari buka suara.

tak membalas kasar, Jeno justru hanya menahan senyuman di bibirnya "itu- milik saya kan" alis Jaehyun terangkat sebelah, memahami maksud dari perkataan Jeno, setelah pria itu terus memandang kearah perutnya yang masih rata.

milik saya? apa apaan dengan kalimat itu, sangat tidak tahu diri jika pria tersebut mengklaim sebagai milik nya.

"bukan."

senyuman Jeno luntur, tapi tidak sampai disitu, Jeno mencoba untuk mendesak Jaehyun agar berbicara jelas dan jujur, instingnya kuat untuk saat ini, Jeno yakin jika itu adalah hasil dari peristiwa buruk malam itu.

ralat, peristiwa yang terlalu mendadak.

"jawab yang jujur, saya masih baik mau tanggung jawab, coba kalau kamu terjebak sama pria lain di luar sana, kamu gak akan pernah dapat apa apa."

"hanya rugi yang ada di kamu" tandas Jeno.

merasa jika harga dirinya terlalu rendah di mata pria itu, Jaehyun tak segan melayangkan tinjuan di wajah sengak tersebut, "tolong pehatiin kata kata lo" tegas Jaehyun.

Jeno mendesis, memegangi sisi wajahnya yang terkena imbas bogem mentah yang tak siap untuk di hindari. Jaehyun sendiri kini terlihat tak takut walaupun ia telah menyakiti sang pemilik rumah yang tengah ia pijakkan ini.

pria April itu mengangkat sebelah alisnya sambil menghembuskan nafas pelan, "jadi- alasan apalagi yang bakal kamu kasih ke saya, cuma ada kebohongan di mata kamu, kamu itu- Jeno mendekatkan bibirnya tepat di telinga Jaehyun.

hembusan nafas hangat itu, menciptakan sensasi tidak nyaman ,-licik" bisik Jeno menekankan kalimatnya.

mata Jaehyun menatap lurus ke depan, kedua tangannya terkepal menahan gejolak emosi yang sudah hampir puncaknya"sekarang kamu harus jawab jujur, itu milik saya kan?" sekali lagi, Jeno bertanya pada Jaehyun. posisinya sudah di tempatnya seperti tadi.

yang di tanya tidak langsung menjawab, Jeno masih sabar menunggu sebuah kalimat keluar dari bibir itu.

"bukan."

shit.

dia kira jawaban yang akan keluar dari bibir pucat itu, seperti yang di harapakan, jawaban memuaskan yang membuat Jeno tidak perlu bersusah payah untuk terus mendesak. namun Jaehyun benar benar bermain dengan kesabarannya.

"gue udah tegasin, dia bukan milik lo. berharap banget lo."

"kamu mau jawab apa? kalau dia bukan bayi saya, terus bayi siapa? jangan kamu kira saya gak tau latar belakang kamu- kamu Gigolo, bener?" Jeno tersenyum culas, melihat keterkejutan yang tak dia sangka.

"kamu udah banyak main di luar sana, tapi saya jadi orang yang pertama kali bisa nguasain seluruh tubuh kamu, kamu gak akan bisa lagi membual sama saya" ujar Jeno, menyudutkan Jaehyun.

=GIGOLO=