cctv

2.2K 121 5
                                    

=GIGOLO=

"permisi" seorang perempuan, masuk dan mendorong pintu ruangan perlahan, menampilkan sosok cantik yang tengah membawa beberapa map di tangannya.

perempuan itu meletakkan map yang ia bawa diatas meja kerja sang atasan yang tampaknya terlihat sedang banyak pikiran.

bisa di lihat bahwa atasannya ini sedang tidak bisa di ganggu, tubuh besar itu bersandar pada kursi sembari memjiat pelipisnya yang berdenyut "pak, ini map yang harus di tanda tangani. setelah selesai saya bakal kembali kesini lagi" ujar wanita itu, yang berstatus sebagai sekretaris pribadi.

membantu pekerjaan atasannya, dengan menjalankan tugasnya sebaik mungkin, pria itu membuka matanya, melirik sekilas Adira yang mengantarkan berkas map kepadanya "makasih, nanti saya tanda tangani" perempuan itu mengangguk dan tersenyum tipis "kalau begitu, saya permisi keluar."

setelah kepergian sekretarisnya, tidak ada tanda tanda membaiknya mood lelaki yang sedari tadi menghela nafas berat, hari ini cukup melelahkan padahal masih berjalan setengah hari namun tampaknya, istirahat pun tidak cukup untuk membuat penatnya hilang.

masalah besar yang entah akan melandanya, membuat pikirannya berkecamuk, papan nama yang terletak diatas meja itu memberi identitas sang pemilik perusahaan yang kini tengah di buat pening—Lee Jeno.

putra bungsu, dari keluarga Lee yang cukup terpandang, harta, jabatan, dan status mereka membuat keluarga Lee menjadi salah satu keluarga yang di hormati dan di segani, kerap kali keluarga terhormat itu tengah berkumpul untuk pesta minum teh layaknya seorang bangsawan.

menjadi seorang pengusaha muda untuk melanjutkan pekerjaan sang Ayah, menuntut Jeno menjadi pria yang harus menghargai waktu, disiplin, dan cekatan.

kadang kali, banyak pekerjaan menumpuk membuat pria itu seperti di tumpuk banyak sekali beban di pundaknya, memikul tanggung jawab besar, bukan mudah menjadi dirinya.

jika dikatakan, ia lebih memilih untuk hidup sederhana asal berkecukupan, di banding terus mengejar uang, uang dan uang tanpa kenal waktu, demi kehidupan mereka, bergelimang harta dan bergaya foya foya.

DRRTTT DRRTTT DRRTTT

ponselnya bergetar, membuyarkan lamunannya seketika, Jeno menatap layar ponselnya yang terpampang panggilan dari salah satu orang kepercayaan.

— Galen.

"hallo"

"hallo, pak Jeno"

"gimana? udah ada informasi yang kamu dapet"

"sudah pak, sebelumnya pihak apartemen tidak langsung memberi tahu identitas pemilik unit yang saya maksud, tapi tadi saya melihat seorang laki laki berbicara tentang keluhan kartu unitnya yang hilang—

ternyata, kartu unit yang laki laki itu maksud kartu yang di temukan di unit bapak"

lelaki yang Jeno maksud adalah orang kepercayaan nya tadi, menjelaskan bahwa dia hampir menyelesaikan tugas yang Jeno berikan untuk menyelidiki siapa orang yang ada di dalam unitnya semalam.

Jeno tak akan tinggal diam jika, hal ini belum menemukan titik terang, setidaknya dia bertanggung jawab dan tidak lari begitu saja bagaikan pecundang.

"oke— sekarang kamu tau, lelaki itu siapa namanya?"

Galen belum merespon, ada di jeda di sebrang sana. tetapi tak lama Galen kembali bersuara.

"eu, setau saya namanya Taeyong."

Taeyong?

Jeno berujar dalam hati, dia tak pernah mengenal lelaki bernama Taeyong, nama itu begitu asing, Jeno baru mendengarnya, apa Taeyong, Taeyong ini yang ada bersamanya semalam.

Jeno mengabaikan ucapan Galen, pria itu masih bergelut dengan masalahnya sendiri, tenggelam dalam pikiran, dan tidak mendengarkan ocehan Galen.

Galen di sebrang sana merasa jika atasannya ini tidak mendengarkan, pasalnya Jeno hanya diam tidak bersuara sama sekali, sekian panjang rentetan kalimat namun tiada respon membuat Galen menghela nafas panjang.

"pak!"

Jeno terperanjat pelan, suara Galen di seberang sana mengejutkannya, ia baru saja melamun, pantas saja Galen protes.

"bapak denger gak? saya kayak angin kalo bapak ga dengerin" Jeno berdecak, mulai sudah. lelaki yang lebih muda dari Jeno itu sering pundung akibat masalah sepele.

mau tidak mau Jeno merespon seadanya.

"ya, saya denger" bohong.

"denger apa, tadi saya bicara apa??" tanyanya, Jeno menggaruk tengkuknya, dia tidak tau harus menjawab apa, pasalnya memang Jeno tidak mendengarkan Galen sedari tadi.

"tuhkan, bapak ga denger!" protesnya.

"maaf, tadi saya lagi melamun" jawabnya jujur, dibanding Galen mencecarnya terus menerus "jadi kamu ngomong apa aja?" Galen menarik nafasnya, dan membuangnya kasar, pria itu meremat ponselnya dan menginjak injak tanah kasar.

dengan nada di tekankan Galen menjawab "oke 'jadi', setelah saya coba buat cek cctv yang ada di lorong. ternyata bukan Taeyong itu yang masuk ke dalem unit bapak" Galen mengulangi kembali penjelasannya, dan Jeno justru kebingungan.

sial.

bagaimana maksudnya, Jeno bingung,  kartu apartemen itu katanya milik pria bernama Taeyong, tetapi yang masuk kedalam unit apartnya bukanlah Taeyong melainkan lelaki lain.

"kamu punya rekamannya, kamu ambil ga?"

"enggak. petugasnya bilang, kalo bapak mau lihat, datang langsung ke sini. soalnya petugasnya gak mau takut di buat aneh aneh" Jeno berdecak kesal, terlalu ketat. sampai sampai ia merasa muak karena masalah ini belum juga kelar.

=GIGOLO=







GIGOLO [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang