pecat

1.3K 127 4
                                    

=GIGOLO=

Jeno berdiri di belakang Jaehyun, menatap punggung yang bergetar itu, tak bisa menyentuh apalagi mengusap, Jeno tidak mau membuat Jaehyun marah karena hal itu.

"masih mual?" tanya Jeno.

Jaehyun menggeleng, sembari memijat pelipisnya, pria itu lebih memilih berjongkok dan menetralkan dirinya dengan nafas yang memberat.

"nanti saya panggilin dokter ya, tapi sebelum itu kamu makan dulu, kamu mau makan apa?" Jeno kembali bertanya,

hanya ingin membantu Jaehyun, "dibilang gue gamau makan" lirihnya. mengusap peluh yang membanjiri kening, tidak mampu menjawab Jeno dengan nada ketus seperti biasa.

"biarin gue mati aja, kalo kayak gini" imbuhnya.

Jeno memilih tidak merespon, lelaki tampan itu menggeluarkan ponselnya untuk menghubungi seorang dokter, mengecek keadaan Jaehyun sekarang, sepertinya mual mual Jaehyun benar benar membuat sang empunya tubuh benar benar tersiksa.

"ayo, ke kasur saya bantu" Jeno hendak membantu namun uluran tangannya di tepis kasar, "gue bisa sendiri" tolak Jaehyun mentah mentah, Jeno memperhatikan dari tempatnya, pria Februari yang berjalan keluar dengan bahu turun, terlihat lemas dan mulai membaringkan dirinya kembali di kasir.

=GIGOLO=


Jeno keluar dari ruangannya, memeriksa ruang makan, hanya terdapat piring berisikan nasi dan telur disana, sementara seseorang yang menginginkan telur hilang entah kemana,

"dimana, Jaehyun?" tanya Jeno, menatap para pelayan yang berada disini, pria itu  menelisik kearah manapun, mencari keberadaan Jaehyun namun nihil disini tidak ada Jaehyun ternyata.

mereka membungkam mulut dan menundukkan kepala,

seorang pelayan berjalan menunduk mendekati sang tuan, hendak memberitahu "tuan, maaf. tuan Jaehyun mual sehabis makan telurnya" cicit sang pelayan dengan suara parau dan kerutan ketakutan yang tersirat di wajahnya, meremas pakaian yang di kenakan menunggu jawaban dari Jeno.

Jeno mengalihkan pandangan, melihat Jaehyun berjalan kearahnya dengan messy hair yang benar benar membuat pria itu seperti tidak peduli lagi dengan penampilan.

kulitnya yang sudah seputih salju semakin pucat, bibir nya tidak lagi berwarna merah pekat.

"mual lagi?" Jeno menghiraukan wanita yang sedari tadi menunduk, menunggu jawaban dari sang tuan, pria itu lebih memilih menghampiri Jaehyun dan tak membalas apapun,

Jaehyun menatap Jeno dengan kerutan wajah kesal, pria itu melemparkan bekas tisu yang ia gunakan untuk mengusap bibirnya tepat di wajah Jeno, tidak peduli jika sang empu marah akibat perilakunya.

tidak tau kah pria itu, siapa yang membuat nafsu makannya menjadi anjlok, mual yang awalnya sudah mereda kini kembali, malah bertambah semakin parah, entah apa yang akan di keluarkan dari dalam perutnya, makanan sudah terkuras habis, ia hanya memuntahkan cairan putih saja.

"emang anak lo sialan. capek gua! gugurin aja, gua udah gak kuat kalo kayak gini terus" ketusnya, frustasi.

seperti biasa Jeno tidak pernah mau menjawab "kamu gak cocok sama makanannya?" tanya Jeno, Jaehyun berdecak "lo denger gak sih, gua mau nya gugurin anak ini. capek lo gak tau rasanya! gila lama lama gua" ungkapnya.

"jangan ngalihin pembicaraan!" tegas Jaehyun.

manik nya beralih pada juru masak Jeno yang berdiri dengan wajah pucat pasi, lelaki Februari itu menunjuk kearah juru masak Jeno yang sudah paruh tersebut, "lo tau, gara gara dia, gue mual!" Jaehyun berujar dengan emosi, dia ingat dengan telur yang ternyata masih setengah matang itu, rasa amisnya masih mencekam di lidah.

membayangkannya membuat Jaehyun mual.

tekstur dan aroma yang pekat, membuat Jaehyun semakin sensitif. Jeno menoleh pada bibi Kang yang menjadi Juru masak disini, wanita paruh baya itu hanya diam saja namun rautnya merasa bersalah,

Jeno menatap dari ekor matanya, Jaehyun terlihat begitu kesal dengan bibi Kang.

"stop, kamu sabar. kalau kayak gitu, atas nama bibi Kang saya minta maaf, kalau ada kesalahan yang bikin kamu ga nyaman" Jaehyun mendecih, mengangkat alisnya "kenapa harus lo yang minta maaf, kan dia yang salah. bawahan ceroboh ga ada kalimat maaf dari mulut dia langsung" ketus nya.

wanita paruh itu tersentak, dan segera mendekati Jaehyun, bersimpuh di kaki Jaehyun hendak menyentuh kaki nya, namun sang empu malah menghindar "tuan, maafin saya. saya kurang teliti, maaf sudah membuat tuan tidak nyaman" paraunya, Jeno menatap Jaehyun dan bibi Kang secara bergantian.

pria tampan itu berjongkok, dan meminta bibi Kang untuk berdiri, "bibi, sudah bangun saja. tidak apa apa" ujar Jeno, namun bibi Kang masih tetap bertahan, meminta maaf dari Jaehyun.

"lo apaansi! lo masih mau baik sama orang ini, gue hampir gila gara gara mual, karna telur mentah buatan dia! mending pecat aja cari yang baru!" ujar Jaehyun marah.

entah karna emosionalnya yang tinggi atau karena perasaanya sangat sensitif, Jaehyun benar benar tidak ada hati untuk memaafkan, bibi Kang mengigit bibirnya dan menangis "tuan, maafin saya. jangan pecat saya tuan, maaf" lirihnya, memohon pada Jeno.

"jaga bicara kamu ya. kamu gak ada hak nyuruh saya pecat beliau" mata tajam Jeno kini mengarah pada Jaehyun, ekspresi datar itu tersimpan di dalam memori yang lebih tua, Jeno membantu bibi Kang berdiri, namun Jaehyun justru meninggalkan ruang makan dengan perasaan marah setelah mendapati perlakuan Jeno yang ternyata mampu mengatakan hal seperti itu padanya.

rasanya Jaehyun ingin menghujani pukulan keras di wajah Jeno, melihat kekuasaan Jeno yang mampu menundukkannya.

"maaf tuan, tolong jangan pecat saya" wanita itu hendak bersimpuh kembali, Jeno menahan nya pria muda itu, menatap sang juru masak yang benar benar tidak ingin di pecat "saya gak akan mecat bibi, tapi maaf bibi gak perlu lagi bekerja dirumah ini" bibi Kang menangis tersedu, suara tangisnya tertahan.

"saya gak pecat bibi, tapi bibi akan bekerja di apartemen saya saja. jadi bibi jangan khawatir" Jeno tersenyum,

=GIGOLO=




GIGOLO [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang