20. Besok Adalah Hari Itu

209 33 14
                                    


Ray duduk di atas hamparan pasir membiarkan Bunyi deburan ombak mengisi pendengarannya.

Sinar mentari senja memancarkan bias kemerahan di langit biru, menambah kesan tenang dan damai dari waktu yang akan segera membawa mentari tenggelam dan di gantikan malam yang gelap gulita. Tanpa bintang, tanpa bulan. Ray menatap bias kemerahan itu dalam diam, menikmati setiap detiknya tanpa bersuara.

Menikmati pemandangan langit yang begitu luas tanpa batas, bukannya membuat ray lebih tenang, justru membuat gejolak di dalam hatinya justru lebih berantakan. Selalu ada tanggal khusus di kalender seorang ray, dimana dia akan duduk di pantai itu sekedar menatap langit selama berjam-jam.

Setiap mendekati tanggal 11 februari, ray akan mengalami waktu dimana dia suka menyendiri tanpa siapapun di sekitarnya. Dan seperti yang telah terjadi selama 3 tahun lebih ini.Namun apapun yang di lakukan ray di tanggal-tanggal ini, tidak ada satu pun yang tau.

Sepulang sekolah, ray tidak pergi ke kafe maupun pulang ke rumahnya. Tubuhnya masih berbalut seragam putih abu-abu dan jas almamaternya, dan membiarkan tas sekolahnya terletak begitu saja di samping kakinya. Pantai ini sangat sepi, tanpa satu pun pengunjung. Lagi pula tidak ada yang akan datang ke pantai di jam 5 sore karna langit akan segera gelap.

Seorang pemuda dengan penampilan kurang lebih sama dengan ray duduk mengamati ray dari jauh. Bibirnya mengulum dengan sedikit rasa penasaran akan tujuan ray cowo misterius itu, yang telah duduk di sana selama 1 jam lebih tanpa bergerak.

"ngapain sih? Kok aneh banget?"gumam pemuda itu.

Ray ngga terusik sedikit pun, dan masih tetap mandangin langit. Berjam-jam ray duduk di sana dan cowo itu masih merhatiin dari jauh. waktu berlalu cepat, hingga matahari terbenam menyisakan kegelapan malam. Ngga ada bintang di langit. Pantai itu cuman disinari sedikit cahaya bulan yang sebagian di tutupin awan hitam.

Pemuda yang mengamati itu membuka layar kunci hpnya, melihat jam menunjukkan pukul 19:15 malam. Hampir 5 jam dia duduk dan berdiri kemudian dusuk lagi sekedar merhatiin ray yang duduk di sana tanpa ngubah posisi maupun bergerak. Rasanya Punggung dan pantatnya sudah pegal dan sakit karna duduk terlalu lama, membuatnya ingin segera pulang saat itu juga.

Beda sama ray. Tuh bocah udah kaya patung aja, bikin cowo itu jadi curiga apa tuh orang robot kali ya? Ngga pegel apa kaya gitu terus posisinya?Cowo itu ngangkat kepala ngeliat ray yang masih dalam posisi duduk yang sama, tanpa pergerakan sama sekali.

Cowo itu ngerutin kening heran. "ray ngapain sih sebenarnya? Kok duduk di situ dari sore sampe sekarang ngga capek? Nih anak ngga mau pulang apa gimana?"

Cowo itu masih merhatiin ray dari kejauhan. Beberapa menit kemudian, dia masih ngeliat ray di posisi itu, ngebuat cowo itu jadi agak ragu.

"yang gua liat itu bener ray kan ya? Bukan patung atau hantu kan ya? Kok ngga gerak-gerak sih?"

Cowo itu sudah tak tahan lagi, dan akhir dengan agak ragu berdiri sebelum akhirnya memutuskan menghampiri ray yang duduk di atas pasir pantai.

Dia jalan dan langsung duduk dan mandangin ray. Ray yang dari tadi mandangin langit narik senyum kecil di sudut bibirnya, tapi masih ngga ngucap apapun.

Cowo itu jadi greget, dan akhirnya mutusin buat ngomong duluan. "Ray, lo.. Ngapain disini?"

Ray ngga ngejawab pertanyaan cowo itu, sebagai gantinya ray malah noleh ke arah jay dengan ekspresi tak terbaca. Mulutnya bergerak pelan, dan cowo itu ngedengar suara ray yang serak dan dalam.

"Jay."

Jay ngangkat dua alisnya agak kaget, pertama kalinya sejak pertemuan mereka, baru kali ini ray nyebut namanya secara langsung. Ngebuat jay tanpa sadar senyum dan nyahut agak canggung. "ya?"

SINGING ON THE SCHOOL ROOFSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang