Gema yang sebelumnya sempat di tawari kerjaan oleh ray, dan kemudian memikirkannya selama beberapa hari akhirnya memutuskan untuk mendatangi alamat yang diberikan oleh ray sebelum keduanya berpisah di halte hari itu.
Gema turun dari angkot dan membayar uang kepada supir angkot, lalu pemuda itu berjalan ke sebuah indomey yang tidak terlalu jauh dari kafe. Dari teras indomey ini, gema bisa melihat apa yang ada di dalam kafe yang memang berdindingkan kaca transparan itu.
Lalu lalang pelayan kafe yang mengantar pesanan terlihat, dan gema mengamati dengan seksama. Seolah-olah tengah belajar bagaimana cara melakukan pekerjaan disana.
Sebuah Angkot berhenti di halte yang tidak jauh dari kafe, terlihat ray segera turun dengan qiara yang terus mengikutinya. Ray membayar biaya angkot dan qiara masih mengikuti dirinya dan membayar uang angkot.
Setelahnya, ray berbalik dan berjalan menuju kafe tanpa menunggu qiara. Keduanya berjalan dalam diam, kemudian tiba-tiba ray memelankan langkahnya ketika melihat sosok punggung seorang pemuda yang berdiri di teras indomey sambil memperhatikan sesuatu. Ray menoleh kearah yang dilihat oleh pemuda itu, dan mendapati pemuda itu tengah memperhatikan pelayan yang kesana kemari di dalam kafe.
Ray berjalan mendekat, dan berdiri disamping pemuda itu yang masih belum sadar dengan kehadiran ray dan qiara.
"jadi lo udah mutusin buat kerja?"
Pemuda itu tersentak dan menoleh ke arah samping. Dia melihat ray memandanginya tanpa ekspresi. Gema tanpa sadar mengangguk, tapi sedetik kemudian menggeleng.
"tapi sejujurnya gua agak ragu. Karna gua sedikit ceroboh dan kadang secara ngga sengaja ngerusakin barang."
"ya udah, tunggu apa lagi? Ayo masuk."
Gema diam sejenak, melihat ray memimpin berjalan menuju kafe dengan qiara yang tidak di kenalnya mengekori di belakang.
Pemuda itu agak bingung, tapi akhirnya menggelengkan pelan kepalanya, dan mengikuti ray ke kafe.
.
.
"jadi gimana, bang."Bang irwan yang duduk dikursi tunggal sofa di dalam ruangannya pun melirik ray. Pemuda itu bertanya-tanya di dalam hatinya kenapa tiba-tiba ray kembali berinisiatif mengambil alih tugasnya untuk merekrut pelayan yang tampan.
"ya udah bisa. Kamu langsung suruh dia kerja aja besok. Hari ini training dulu."
Ray mengangguk. "oke"
Setelah itu ray bangkit dan merjalan menuju pintu ruangan, tangannya menarik gagang pintu dan membuka pintu.
"eh, ray." bang irwan tiba-tiba memanggil Ketika ray hendak berjalan keluar.
Ray menoleh dan menatap bang irwan. Alisnya naik sebelah, seolah bertanya ada apa.
"itu siapa?"
Ray mengerutkan kening." kan udah gua bilang, namanya gema."
Bang irwan menunduk menahan tawa, membuat ray makin heran. "kalau itu gua tau, kan lo udah bilang namanya dia gema. Dia temen lo."
Ray menggelengkan kepala cepat."bukan teman, cuman kenalan doang."
Bang irwan menghela nafas dan mengangguk dengan senyum mengiyakan dibibirnya. "iya, bukan temen cuman kenalan doang. Tapi yang gua maksud itu yang cewe. Jadi dia nggak mungkin kenalan lo juga, kan?".
Ray terkesiap, kemudian baru sadar kalau bang irwan sebenarnya sedang menanyakan qiara. Akhirnya pemuda itu melotot kesal.
"apa sih bang?". Ucap ray kemudian keluar dari ruangan bang irwan. Membuat bang irwan tertawa lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGING ON THE SCHOOL ROOFS
Teen FictionKisah Hidup Para remaja yang Penuh lika liku kehidupan. Hidup remaja yang penuh petualangan dan mengenal berbagai macam sisi gelap Kehidupan sosial. Mereka berusaha sekuat tenaga menekan hati dan pikiran mereka demi nemenuhi ekspetasi keluarga dan o...