Aku menutup mataku sejenak mendengar ucapan pacarku itu.
'Si Kampungan, mulai lagi body shaming-nya.'
Yoga menjuluki Rama dengan nama Ramdut, karena tubuh Rama yang terlihat gempal di mata kebanyakan orang, meski sebenarnya tak terlalu nampak karena tinggi badan Rama yang lumayan.
Hanya saja, seperti kebanyakan orang yang akan panik sendiri jika melihat kekasihnya lebih memperhatikan orang lain ketimbang dirinya.
Aku paham yang Yoga rasakan.
Aku menghela nafas.
"Kayaknya aku gaperlu jelasin lagi ya? kamu tahu kan? ini Rama, sahabat aku dari kecil dan..." omonganku terpatah karena Yoga yang kini menatapku sinis,
"...Sahabat yang sangat-sangat dekat dengan kamu?" timpal Yoga,
Aku menganggukan kepala, Aku selalu berharap siapapun yang jadi kekasihku akan paham, bahwa Rama adalah bagian dari hidupku, bagian yang cukup punya nilai besar, meski aku tak tahu mengapa bisa seperti ini.
"Yaudah kalo gitu, kamu pilih dia atau aku? Aku tuh udah cape banget, hidup kamu kayaknya ramdut mulu, cewek secantik kamu temenan sama manusia gak penting, gendut dan jelek gitu, kenapa sih bi?" tanya Yoga tiba-tiba,
Aku menahan tawa mendengar pertanyaan kekanak-kanakan itu.
"Seriously?" ketusku,
Yoga terdiam dengan tatapan sinisnya, anak laki-laki yang memang tampan tapi sungguh arogan.
Aku tak banyak berkata dan akhirnya berbalik badan, lalu meraih tangan Rama.
"Cabut Ram." ucapku seraya menarik Rama,
"KEIRA! SERIOUSLY? KAMU BENERAN MAU UDAHAN SAMA AKU? GARA-GARA BELAIN SI RAMDUT?!" teriak Yoga mengambil semua perhatian,
Aku berbalik kearah Yoga seraya mengangkat tangan kananku dan mengacungkan jari tengah,
"Shut up your freaking mouth, childish! Liat aja dua sampe tiga tahun ke-depan si Rama bisa lebih cakep dari lo! jangan so ganteng lo!" tuturku seraya kembali berbalik dan mengacungkan jari tengah,
Rama menatap kearahku,
"Bukannya kalian pacaran?" tanya Rama dalam setiap langkah kami,
"Putus." singkatku,
"Kok kamu bisa percaya diri banget aku bakal lebih cakep dari Yoga? dia tuh body goal dan ideal banget lagi buat ukuran cowok." jelas Rama dengan suara pelan,
Aku menengok kearah Rama seraya memutar mata.
"Kamu tuh cakep Rama, cuma keburu bucin dan jarang ngaca aja, fokus mengaggumi kecantikan si Raisa, sampe lupa di umur segini bukan dia aja yang harus Glow up, tapi kamu juga." tuturku seraya masih memasang wajah kesal,
Rama menganggukan kepala dan menarik senyuman untuk sesaat.
Inti dari semuanya adalah Kisah cinta pertamaku di SMA tidak rampung dengan indah.
Rasanya emosiku meluap dengan cepat ketika mendengar seseorang mengatakan pandangan buruk tentang Rama.
'Bahkan Body Shaming, kampungan!'
Rama memang tak sempurna tapi, aku kenal Rama lebih dari siapapun di sekolah ini.
"Balik Ram." ucapku,
Rama membelalakan matanya,
"Tapi masih jam segini, Kei." tutur Rama,
Aku menengok kearahnya seraya menyernyit dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIALOG DALAM JIWA
Historia CortaKumpulan cerita Pendek, hasil dialektika bersama jiwa.