Celah pintu memberi kesempatan bagi Irene mendengar pertikaian sepasang lelaki dan perempuan dalam ruangan. Sejujurnya, dadanya masih terasa mengembang setelah beberapa saat yang lalu Mr. Park, produser sekaligus pendiri agensi menyebutkan namanya masuk dalam daftar gadis-gadis yang akan debut pada paruh pertama tahun depan.
"Kau mempermainkanku, hah?" Terdengar erangan si perempuan.
Meskipun hanya bisa melihat punggung ramping yang setengahnya tertutupi rambut berkilauan, Irene tahu itu Kim Sowon, sahabat seperjuangannya menjalani pelatihan untuk menjadi seorang bintang Kpop.
"Aku sudah memberikan segalanya padamu, tapi kenapa Irene yang terpilih? Kau bilang aku yang akan debut!" Sowon sekonyong-konyong mencengkeram kerah baju lelaki jangkung di hadapannya.
"Aku sudah memastikan itu. Para eksekutif memilihmu, tapi line up debutnya tiba-tiba berubah. Sesuatu pasti telah terjadi di belakang kita."
Irene meringis. Ingin sekali menampakkan wujud di hadapan mereka dengan seringaian lebar. Tidak peduli Park Chanyeol, lelaki yang bersama Sowon, merupakan putra bungsu pemilik agensi. Mereka salah telah menganggap remeh dirinya.
"Semuanya sudah berakhir, sudah tidak ada harapan. Aku gagal," ratap Sowon, terkulai ke lantai persis setangkai bunga layu.
"Bertahanlah! Kau berbakat. Kau pasti debut." Chanyeol meyakinkan.
"Sampai kapan? Dua tahun? Lima tahun lagi?" rintih Sowon. "Usiaku semakin tua, sementara trainee yang lebih muda dan berbakat terus berdatangan. Ini kesempatan terakhirku dan kau mengacaukannya!"
Hanya isak tangis yang kini terdengar, berhasil menyelundupkan sesak ke rongga dada Irene. Sambil menarik napas panjang, ia menepis segala rasa yang mengusik nuraninya. Dia hampir sampai di gerbang impiannya. Menyingkirkan hal-hal yang menghalau tak ada apa-apanya dibanding lima tahun masa pelatihan yang ia jalani seperti anjing gila.
Langkahnya segera menjauh dari sana. Tidak ada yang patut disesali, tidak ada yang mesti ditengok lagi ke belakang. Hari demi hari pun dilalui dengan cucuran keringat berlatih siang dan malam demi mempersiapkan debutnya hingga tibalah waktu ketika ia melangkah ke atas panggung bersama empat anggotanya.
Musik dimainkan dan cahaya menyorot kelima gadis berambut pirang kekuning-kuningan. Dengan sweter crop yang memamerkan lekuk pinggang mereka yang mungil berpadu dengan rok pendek warna-warni, mereka mulai menari dan bernyanyi menghidupkan panggung. Sepanjang membawakan lagu, senyum tak pernah meninggalkan wajah mereka yang berseri-seri.
Di penghujung penampilan mereka berhasil mendapat sorakan meriah dari para penonton. Peluh yang membanjiri kening dan napas yang naik turun seketika menghadirkan perasaan bangga yang meledak-ledak dalam diri Irene.
Debut adalah mimpi semua trainee dan Irene berhasil mewujudkannya. Di sinilah ia, berdiri di atas panggung dengan bergelimang cahaya dan tepuk tangan. Kini, sebagai idol ia bertekad menjadi bintang Kpop paling bersinar di masa depan.
Red Velvet
.
.
.
Author's note (tolong dibaca, ya!)
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Knows
FanficSURENE FAN FICTION Irene Bae debut bersama empat gadis lain dalam sebuah grup musik bernama Red Velvet. Kecantikannya yang luar biasa tak hanya menjadi ikon grup, tapi juga sukses menjelma sebagai persona hiburan Korea Selatan. Karirnya penuh dengan...