Bab 31. Sepasang Sepatu

180 34 19
                                    

Bab 31| Sepasang Sepatu.

Vote dan Komentarnya jangan ketinggalan.

📖📖📖

Akhir-akhir ini hujan lebih sering datang dari hari biasanya. Menepis kemarau panjang dari keringnya pepohonan yang merindukan setiap tetes jatuhnya air hujan. Sintia masih mengingat kapan terang yang menyenangkan, cerah dari gelapnya mendung dan kelam itu, saat ia memutus hubungan dengan Gaksan. Itu adalah hari di mana ia terakhir menikmati senja juga terakhir kalinya menghabiskan hari bersama Gaksan. Semua kenangan bersama Gaksan terlalu singkat untuk di ingat. Kini waktu berjalan terasa lebih lambat untuk merasakan nestapa yang berkepanjangan.

Sintia mengingat-ingat kembali bagaimana awal pertemuan Gaksan dan bagaimana laki-laki itu berinteraksi dengan dirinya untuk pertama kalinya. Rasanya masih mendebarkan dan kembali merasakan getaran-getaran candu kala itu.

"Mbak, situ cewek?"

Pertanyaan itu jelas membuat Sintia bingung. Ia menoleh ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa cowok jangkung yang ada di depannya itu sedang berbicara padanya.

Sintia menunjuk dirinya sendiri sambil bertanya, "gue?"

Cowok itu mengangguk, sedangkan Sintia memandangnya dengan tatapan aneh.

"Prik lo!" seru salah satu gerombolan di belakangnya lalu disusul gelak tawa memenuhi kantin.

"NGGAK ASIK! BUKAN TEMEN GUE PARAH LO!" seruan itu masih terdengar, tapi Gaksan mengabaikannya.

"Eh, serius. Temen gue ada yang naksir, tuh. Namanya Jeje."

"Oh," respon Sintia melihat ke arah mana cowok itu menunjuk orang yang baru saja dia sebutkan.

"Oh doang lagi. Btw, nama lo siapa?"

"Jadi yang mau kenalan siapa? Dia atau lo?" Sintia balik bertanya dan sukses mengundang seruan heboh dari gerombolan cowok itu. Mungkin teman-temannya.

"GAKSAN TUH YANG MAU KENALAN! KATANYA NAKSIR!"

"CEMEN NGGAK BERANI DEKETIN!"

"MALU TUH SAMA TITIT DI CELANA LO!"

Gaksan hanya tersenyum lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kembali ke arah gerombolannya dan tak mengindahkan Sintia lagi. Tapi, Sintia masih dengar ucapan Gaksan sebelum berlalu dari hadapannya.

"Gimana, sih? Caranya kenalan sama cewek?"

Sintia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Kemudian di hari-hari berikutnya semua seolah berjalan mudah untuk Gaksan. Dengan sejuta caranya Gaksan bisa mengenal Sintia lebih dekat.

"Kemarin gue lihat lo dianter pulang cowok. Itu pacar lo?" tanya Gaksan mendekati Sintia saat jam pelajaran olahraga. Sintia tampak kelelahan duduk di tepi lapangan.

"Bukan." Sintia menggeleng.

"Tapi pacar lo sekolah di sini juga?"

Sintia menggeleng lagi. "Nggak ada pacar."

"Yang deketin banyak?"

Lost Interest (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang