Bab 19. Words of Affirmation

200 63 11
                                    

Bab 19|Words of Affirmation.

📖📖📖

Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Gaksan bersembunyi di belakang gedung sekolah-menghindari ajakan Genta untuk bertanding futsal dengan seniornya. Gaksan menginjak puntung rokok setelah hisapan terakhir lalu pergi dari tempatnya berdiri.

Sejak tadi Gaksan sudah mencurigai salah satu adik kelasnya yang tampak gelisah dan beberapa kali bersembunyi dengan alasan yang tidak Gaksan tau.

"Aman kok, Bang. Gue langsung ke sana," ucap Gavin melalui sambungan telepon. Kepalanya menoleh ke sekeliling lagi untuk memastikan kembali.

Gaksan terus mengikuti langkah Gavin dengan sembunyi-sembunyi. Penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh adik kelasnya itu. Gaksan bersembunyi di balik tembok saat melihat Gavin bertemu dua orang berpenampilan berandal. Salah satu dari orang itu memberi sebungkus rokok kepada Gavin dengan cara merangkul Gavin dan satu tangannya langsung memasukkan barang itu ke saku celana Gavin.

"Uangnya udah gue transfer, makasih ya Bang," ucap Gavin kembali masuk ke gedung sekolah.

"Bawa apa lo?!" cegat Gaksan saat Gavin melewati belakang gedung sekolah. Dua orang berpenampilan berandal itu sudah pergi.

"Nggak ada Bang."

"Nggak usah bohong!" tekan Gaksan.

"Bener Bang," jawab Gavin mulai menciut.

Katanya, Gaksan bukan orang menyeramkan untuk ditakuti meski ia ketua Geng Si. Namun Gavin salah. Berhadapan dengan Gaksan seperti ini bukan bagian dari keinginannya. Tatapan matanya benar-benar bisa membunuhnya meski Gaksan hanya diam tanpa menyentuhnya.

"Serahin ke gue."

"Apa Bang? Gue nggak bawa apa-apa."

"GUE BILANG NGGAK USAH BOHONG!" bentak Gaksan mulai emosi lalu mengambil paksa barang itu dari saku celana Gavin.

"Ampun Bang, gue lagi butuh."

"Nggak peduli gue."

Gaksan memeriksa barang tersebut dan ternyata dugaannya benar seperti apa yang Gaksa pikiran, yaitu narkoba. Gaksan menatap Gavin lalu mengantongi barang tersebut, sedangkan Gavin hanya diam dan pasrah tak berani melawan.

"Rusak lo!" Gaksan menatap Gavin dengan tatapan ancaman. "Jangan main-main di lingkungan ini selama ada gue. Ngerti?!"

"I-iya, Bang," jawab Gavin ketakutan.

"SAN! NGAPAIN LO DI SITU?" teriak Genta menginterupsi diikuti Jeje di sebelahnya. Setelah kedua cowok itu pusing berputar-putar mencari keberadaan Gaksan akhirnya ketemu juga di belakang gedung sekolah.

"Sial," decak Gaksan menatap Genta. Hampir ketahuan. "NYARI BEBEK!" jawab Gaksan lempeng lalu berjalan menghampiri Genta dan Jeje.

"Bebek?! Ngelawak lo? Buruan dicariin mangsa lo, bangsat!" maki Genta kepada Gaksa

"BANGSAT LO NGOMONG? Mau kenalan sama malaikat Izrail lo?!" ancam Gaksan tidak terima lalu menyusul langkah Genta yang sudah berlari kocar-kacir.

"Ahahaha.... Ampun Bang jago!" seru Genta berlari ketakutan.

"Nggak usah lari, biarin aja!" seru Jeje menahan langkah Gaksan.

"Kenapa lo?" tanya Gaksan kepada Jeje yang hanya dibalas gelengan kepala. Gaksan tersenyum sinis lalu mengambil langkah lebih cepat.

"Sial!" desis Gavin menendang kakinya di udara setelah melihat Gaksan pergi dan tak terlihat lagi keberadaannya.

📖📖📖

Lost Interest (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang