Bab 7. Renggang

521 95 31
                                    

Bab 7| Renggang

"Aku pikir kita masih berjalan baik-baik saja seperti biasanya. Tapi aku salah, sikapmu berhasil membuatku mundur satu langkah"—Sintia Kezia Putri.

10 vote dan komen oke?

*****

"Wih...! Orang ganteng mah beda ya San, gandeng cewek lain ke mana-mana aja tetep keliatan cocok," komentar Garda saat melihat Gaksan masuk ke warung Mang Ipin yang letaknya tidak jauh dari gedung sekolah bersama Nada di belakangnya.

Warung Mang Ipin adalah tempat favorit anak-anak Teladan, khususnya menjadi tempat tongkrongan anak laki-laki kelas dua belas. Kini tempat ini dikuasai Geng Si karena anak-anak kelas dua belas mulai sibuk mengikuti pelajaran tambahan untuk persiapan ujian nanti.

"Tau nih anak ngekorin gue mulu," kesal Gaksan menoleh ke arah Nada.

Namun, bukannya marah atau apa Nada malah nyengir lebar. Cewek itu melambaikan tangan ragu-ragu ke arah teman-teman Gaksan yang sedang duduk santai dan saling melemparkan candaan. Gaksan tidak mempedulikan Nada lagi lalu duduk di samping Garda melepas jaket parasitnya.

"Hai!" sapa Nada tersenyum ceria.

"Sini nona cantik, duduk di sebelah Abang aja!" Jeje langsung menyambut kedatangan Nada dan menyuruh Nada duduk di sebelahnya. Nada mengangguk tanpa pikir panjang langsung duduk di sebelah Jeje dengan gerakan lamban membuat Gaksan melengos.

"Jeje, Jeje. Kapan tobatnya lo? Habis diputus cinta aja kagak ada kapok-kapoknya lo!" Genta yang baru saja memesan mie goreng menggeser duduk Jeje sampai berdekatan dengan Nada. Mereka duduk di kursi panjang berbahan kayu yang dapat memuat empat orang.

"Apaan sih lo!? Sensi mulu kalau ada gue, kasian ini ceweknya nanti jatuh," omel Jeje kembali menggeser duduk Genta.

"Cewek! Cewek! Kayak Nada mau aja sama lo." Garda ikut menyahut.

"Jangan lupa kalau Jeje itu ganteng," cetus Yosa yang sedang memainkan game Worm Zone ikut bersuara membela Jeje.

Merasa mendapat dukungan Jeje tersenyum penuh kemenangan. Cowok itu membenarkan posisi duduknya lalu menoleh ke samping di mana Nada sedang sibuk membaca novel yang tadi dikeluarkan dari tas berwarna biru dongker miliknya.

"Nada," panggil Jeje. Nada menoleh ke samping sambil bergumam sebagai jawaban.

"Lo tau judul lagunya Stephanie Poetri yang lagi nge-hits itu nggak?" tanya Jeje membuat Nada berpikir sebentar untuk mengingat-ingat. Sementara Gaksan dan yang lainnya ikut menyimak. Mereka sangat mengenal gerak-gerik teman satunya itu, pasti Jeje akan melancarkan aksinya.

"I Love You 3000?" balik tanya Nada tidak yakin. Suaranya terdengar ragu-ragu jika tebakannya salah.

"Nah, iya! Sebanyak itu juga aku cinta kamu... banyak kan? Banyak banget lah," kekeh Jeje yang langsung mendapat sorakan dari teman-temannya.

"Wuuu... dasar, Jeje! Makan masih numpang orang tua aja belagu lo!" Garda melempar gumpalan tisu bekasnya di kepala Jeje membuat cowok itu meringis, padahal sih nggak sakit. Jeje-nya aja yang lebay. Sementara Yosa berlagak muntah mendengar penuturan Jeje.

"Kalau Moxa denger lo nggak jadi balikan, Je. Mau lo?" ancam Gaksan bertanya. Ikut terusik karena mengganggu Nada.

"Ampun San... tega bener lo bawa-bawa Moxa segala. Seneng ya kalau liat gue sengsara?" Jeje pura-pura ngambek. Tidak terima akan pernyataan Gaksan kepadanya.

"Jeje parah kalau udah nyangkut Moxa, lama-lama lo bisa wafat tertimbun masalalu Je." Garda menyahut kembali.

"Jadi hantu korupsi," tambah Yosa menakut-nakuti.

Lost Interest (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang