BAB 26| LOST INTEREST.
📖📖📖
Untuk mempercayai sesuatu pasti butuh pembuktian. Seseorang tidak akan mudah percaya hanya dengan mendengar. Simpel, seperti yang Sintia inginkan saat ini. Sintia akan mempercayai Gaksan sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun kalau saja laki-laki itu mau berusaha sedikit lebih keras untuk merealisasikan apa yang diucapkan kepadanya.
Kalau mau percaya saja dan hanya mendengar tanpa ada pembuktian, Sintia pasti percaya kalau Naga bisa terbang. Dia mungkin percaya dengan adanya alien atau mayat hidup yang dikenal dengan Zombie. Hal tidak masuk akal apapun pasti bisa Sintia percaya. Hanya saja Sintia hidup dengan hati dan pikiran di mana logikanya perlu dicukupi.
"Sintia, apa aku lupa pernah bilang? Kalo ada apa-apa kita omongin baik-baik, kalo kamu mulai nggak nyaman sama sikap aku, ngomong sama aku."
"Bagian mana yang menurut kamu salah, San? Pertanyaan aku juga termasuk dari yang kamu sebutin itu," ucap Sintia.
"Hubungan kita nggak ada sangkut pautnya sama Nada," tekan Gaksan.
"Kok, sekarang malah kamu yang berlebihan. Aku kan cuma nanya, Nada baik nggak?"
Gaksan diam tidak menjawab. Padahal apa susahnya sih, tinggal jawab iya atau tidak, kenapa Gaksan malah memperumit seperti ini? Selama ini Sintia tidak bertanya juga tidak mempermasalahkan kedekatan Gaksan dan Nada yang sering orang-orang bicarakan. Sintia hanya terus memaklumi dan percaya bahwa dia tetap satu-satunya untuk Gaksan. Namun, tetap saja. Lama kelamaan Sintia merasa risih dan sedikit merasa posisinya terancam serta tergantikan.
"Gaksan, aku tanya. Nada baik nggak?" Nada bicara Sintia berubah lebih lembut sehingga tidak ada kesan menuntut.
Kali ini Gaksan mengangguk.
"Aku cuma pengen denger jawaban kamu," ucap Sintia ingin lebih jelas.
"Nada baik, Sin. Kenapa kamu nanya gitu?"
Sintia menggelengkan kepalanya. "Nggak papa, 'kan tadi aku udah bilang aku cuma nanya."
Gaksan memandangi wajah Sintia lebih lekat. Mencari apa saja yang mungkin perempuan itu coba sembunyikan darinya. Jam seakan berputar lebih lambat. Waktu seakan menahan Gaksan untuk terus berotasi pada keindahan yang Tuhan titipkan kepadanya. Seperti halnya indah yang harus tetap terjaga, indah yang menawan, indah yang tak akan pernah tergantikan oleh keindahan-keindahan yang lain. Keindahan itu harus tetap menjadi miliknya.
"Kalo aku minta kamu buat nggak sebangku sama Nada, gimana?" tanya Sintia sedikit ragu. Bukannya Gaksan langsung menjawab, laki-laki itu tersenyum lebar.
"Kamu cemburu?" balik tanya Gaksan menaikkan alisnya. Ia terkekeh geli saat melihat Sintia malah menunduk tidak menjawab pertanyaannya.
Dibelainya rambut Sintia dengan lembut membuat perempuan itu mendongak. Jujur, Sintia merindukan Gaksan. Merindukan dia yang selalu ada untuk Sintia. Merindukan Gaksan yang tidak mungkin membiarkan Sintia merasa jadi pacar yang gagal dan nggak berguna seperti yang ia rasakan saat ini.
Gaksan-nya yang sekarang tertutup. Ia selalu dibuat sendiri saat tau jarak dekatnya-kini terasa begitu jauh. Banyak hal yang berubah, begitupun dengan perasaan seseorang. Masih banyak hari, masih banyak kesempatan untuk dia berubah lagi. Gaksan masih jadi satu-satunya orang yang Sintia yakini menjadi tempat pulang yang menenangkan. Ia masih berharap perasaan Gaksan sama besarnya seperti yang ia yakini sampai detik ini.
"Jadi gimana? Mau bolos sekolah aja?" tawar Gaksan saat Sintia tak kunjung berbicara.
Sintia menggeleng.
![](https://img.wattpad.com/cover/223229376-288-k617064.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Interest (END)
Novela Juvenil"Aku sayang kamu Sintia, tak menjadi masih, tapi akan selalu. Apapun keadaan kita nanti."- GAKSAN ADELIO ________________________________ "Gaksan? Aku nyakitin kamu, ya?" "Enggak, Sintia. Kamu cuma berhenti nyakitin diri sendiri dan itu nggak akan p...