Bab 10. Sebuah Kesalahan

455 85 16
                                    

Bab 10| Sebuah Kesalahan.

"Aku diam bukan berarti menerima
Hanya saja aku tidak ingin dikendalikan oleh egoku sendiri—" Sintia Kezia Putri.

***

Cowok yang baru saja menabrak seseorang yang hendak menyeberang jalan turun dari motornya. Seketika orang-orang yang ada di sekitarnya berkerumun mengecek keadaan orang yang baru saja ditabrak.

"Lo nggak pa-pa?" tanya Yuda berjongkok lalu membantu Nada berdiri.

"Nggak pa-pa," jawab Nada singkat. Jelas itu bukan jawaban sebenarnya karena cewek itu terluka di bagian lututnya.

"Lutut lo luka, biar gue yang obati ya?" tawar cowok itu meraih tangan Nada agar cewek itu berdiri dengan benar. Nada meringis pelan saat merasakan perih di bagian lututnya yang kini sudah berdarah. Ia mendongak menatap Yuda.

"Sakit ya? Sorry gue tadi nggak sengaja nyerempet lo," kata Yuda penuh rasa bersalah kepada Nada.

"Nggak pa-pa. Gue yang salah nyeberang jalan nggak liat-liat," jawab Nada.

"Mau ke rumah sakit?"

Nada menggeleng pelan "Nggak usah, lagian ini cuma luka kecil."

"Gue anterin pulang ya? Sekalian gue obati luka lo," kata Yuda lagi. Cowok itu merasa tidak enak hati kepada Nada. Cewek itu mengangguk mengiyakan membuat Yuda tersenyum.

"Nama lo siapa?"

"Nada," jawabnya singkat.

"Oke, Nada. Lo naik motor gue ya."

Nada mengangguk, baru saja ia akan menaiki motor Hogi tiba-tiba ada suara yang menginterupsi mereka membuat Nada menoleh dan menemukan Gaksan ada di depan matanya.

"Nada pulang sama gue," kata Gaksan dingin dengan raut wajah datar. Nada berdiri kaku di tempatnya. Seolah semua syaraf yang ada di tubuhnya tidak dapat berfungsi dengan baik. Ia hanya mampu terdiam, membeku. Kenapa tiba-tiba ada Gaksan?

"Lo pulang sama gue denger nggak?" tanya Gaksan kepada Nada karena tidak direspon. Masih bersikap dingin seperti sebelumnya. Cowok itu kemudian menatap Yuda yang sudah duduk di atas motornya. "Dan lo, sebaiknya lo pergi karena Nada pulang bareng gue."

Yuda menatap Nada membuat cewek itu mengangguk. Nada membenarkan apa yang dikatakan Gaksan kepadanya. Yuda mengerti, cowok itu memakai helmnya lalu pamit pulang sekaligus meminta maaf kepada Nada sebelum cowok itu pergi dari hadapan Nada.

"Gue pulang duluan ya, sekali lagi gue minta maaf," ucapannya lagi. Nada mengangguk.

Setelah Yuda pergi Nada mengarahkan pandangannya ke samping di mana Gaksan berada. Tanpa izin, cewek itu duduk di atas motor Gaksan membuat cowok itu menghidupkan mesin motornya dan melenggang pergi membelah jalanan ibu kota Jakarta yang mulai ramai diisi lalu lalang kendaraan.

Setibanya di rumah Nada. Gaksan mengambil kotak P3K yang tersedia di rumah Nada. Cowok itu dengan sabar mengobati luka di lutut Nada dengan hati-hati. Beberapa kali Nada meringis perih membuat Gaksan menatapnya.

"Sakit ya?" tanya Gaksan. Nada hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tahan dulu sebentar lagi kelar," kata Gaksan menempel band-aid kemudian menutup kembali kotak P3K yang ada di pangkuannya. "Udah selesai," ucapnya.

"Makasih ya," ucap Nada lalu tersenyum tulus.

Gaksan mengangguk sebagai jawaban. "Bunda lo mana?" tanya Gaksan melongok ke dalam. Mencari sosoknya.

Lost Interest (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang