12. Penyelidikan

7 2 2
                                    

Seperti yang di janjikan renjun ia akan menemani sheila pergi ke makam mendiang ayahnya hari ini.

Setelah mendoakan beliau, renjun setia menunggu sheila yang masih menceritakan keseharian dia sambil mengelus batu nisan dengan tangis yang terisak.

Benar kata mark jika dia mengatakan hal yang sejujurnya pasti sheila akan kembali terpuruk.

"sheila langit semakin gelap sebentar lagi hujan akan turun lebih baik kembali ke mobil dan pulang, jika masih rindu besok aku antar kesini lagi" ajak renjun mengusap pipi sheila yang basah.

Perempuan itu bangkit dan berjalan mendahului renjun.

"sheila"

Langkah nya terhenti dan menoleh ke sumbar suara, renjun merentangkan tangannya.

"mau peluk?" tawar renjun dan sedetik kemudian sheila menubrukan badannya kedalam dakapan renjun. Rasanya benar benar sangat nyaman.

"Biarkan seperti ini dulu" sheila menumpahkan semua isi hatinya dalam pelukan hangat renjun.

Ohh bagaimana ini, sheila rasa ia sudah salah, ia nyaman dan bahagia jika berada di dekat renjun, nyaman bukan dalam artian teman maupun bos dengan bodyguard-nya.

Ia mulai menaruh perasaan kepada renjun, tidak tidak. Dia tidak boleh seperti ini, walau bagaimanapun sheila tetaplah kekasih mark, ia tidak boleh menaruh rasa sukanya terhadap pria lain.

Benar, sheila memang harus menghapus perasaannya terhadap renjun sebelum semuanya terlambat.

"heyy, kenapa melamun terus, sudah jangan di fikirkankan aku sudah berjanji akan mengantarkanmu lagi kesini besok" ucap renjun membuyarkan lamunan sheila.

Diluar hujan deras, mereka berdua memilih di untuk pulang.

"ren, berhenti dulu"

Renjun menepikan mobilnya di sisi jalan yang sepi, menoleh ke sheila yang ternyata dia sedang melangkah menuju jok depan.

"ren, aku rasa kau harus tau sesuatu" ucap sheila, ia sudah memikirkan ini sejak semalam dan ia yakin renjun orang yang dapat di percaya.

"tahu sesuatu, tentang apa?"

"tentang ayahku"

Renjun memajukan badannya dan siap mendengarkan perkataan sheila.

"kau sudah tahu kan kalau ayahku meninggal karena bunuh diri akibat depresinya dengan suatu penyakit, aku sedikit tidak yakin dengan vonis itu. Sebelumnya ayah terlihat baik baik saja tidak ada gejala kalau ia sedang depresi. Lagipula aku sangat mengenal ayahku, dia tidak mungkin akan melakukan hal seceroboh itu hingga merengut nyawanya sendiri apalagi alasannya yang tidak logis"

"iyaa kamu benar, sebenarnya aku juga sering kefikiran, ayahmu menderita penyakit purpura dermatitis bukan? setauku penyakit itu bisa di sembuhkan, tapi kenapa ayahmu lebih memilih mengakhiri hidupnya dari pada berjuang melawan penyakitnya" timpal renjun.

"sheila, ini benar benar tidak masuk akal, yang ku dengar ayahmu terlihat baik baik saja sebelumnya dan tidak mengonsumi obat apapun, seharusnya kalau dia depresi setidaknya ayahmu pernah melakukan operasi atau mengonsumi obat dan berkonsultasi ke dokter. Dan kau ingat saat kejadian itu menimpa ayahmu dia di temukan di ruangannya dengan posisi pada saat Cctv di ruangan itu mati. Tentu ini bukan sebuah kebetulan. Apa ayahmu punya musuh? Musuh dalam hal bisnis misalnya" tanya renjun panjang lebar.

Benar dugaan sheila, renjun sangat peduli kepadanya, buktinya ia mengaku kalau kefikiran terhadap ayahnya, renjun memang orang yang tepat untuk di ajak menyelidiki kasus kematian ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKIENTME || RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang