_Episode - 04_
..
.
Raisa keluar dari pintu pegadaian dengan wajah lesu. Dia memandangi amplop coklat di tangannya dan menghela nafas panjang. Pagi ini dia memutuskan untuk pergi ke pegadaian dengan membawa kalung dan beberapa perhiasan lainnya. Berharap benda-benda itu bisa diubah menjadi uang.
Dan uang yang berhasil dihasilkan Raisa hanya sebesar sepuluh juta rupiah. Masih sangat jauh dari jangkuan tiga puluh juta rupiah yang harus dia dapatkan. Raisa kembali menghela nafas panjang sembari menyimpan amplop coklat itu rapat-rapat di tasnya.
Raisa meninggalkan pegadaian dengan langkah lamat-lamat. Kedua matanya menatap sekeliling mencari kendaraan umum apa yang bisa membawanya ke tempat kerja. Raisa melirik jam tangannya sekilas, jika begini dia akan benar-benar terlambat sampai di kantor. Apalagi kondisi perutnya yang aneh sejak semalam membuat langkahnya nyaris limbung.
Sebuah hyundai berwarna silver berjalan mendekati Raisa membuat gadis itu tersentak kaget saat suara klakson berbunyi di sampingnya. Dia menoleh menatap sedan itu dengan seksama dan meyipitkan mata melihat siapa pengemudinya.
"Dokter Tirta," gumamnya pelan.
Sosok Tirta keluar dari pintu mobil sembari melambaikan tangan ke arahnya. Laki-laki berkacamata itu tersenyum lebar meski gurat wajahnya yang terlihat lelah tak bisa ditutupi.
"Hai, saya kira tadi saya salah melihat orang. Ternyata memang benar kamu, Raisa." sapanya. "Sedang apa kamu di tempat ini?"
Raisa tersenyum sembari berfikir jawaban untuk pertanyaan Tirta. "Saya—saya baru selesai cari sarapan, Dok. Dokter sendiri, mau ke rumah sakit?"
"Ah, enggak. Saya habis jaga malam dan sekarang mau pulang ke rumah." jawabnya. "Kamu mau ke kantor kan, Sa?"
Raisa memutar bola matanya dan mengangguk pelan. "Iya."
"Kalau gitu, bareng saya aja!"
Raisa sudah menduga tawaran itu akan datang kepadanya. Dan sekarang dia bingung bagaimana cara menolaknya. Dia tak ingin menolak tawaran baik itu. Tapi Raisa juga tak mau menyinggung perasaan dokter yang sudah baik padanya.
"Ehm nggak usah, Dok. Saya berangkat naik kendaraan umum aja."
"Nggak apa-apa, Sa. Enggak usah merasa nggak enak. Lagipula saya nggak ada acara lain kok pagi ini. Kamu bisa telat lho, kalau nungguin kendaraan umum."
"Baiklah, kalau dokter nggak keberatan."
Wangi mint yang sangat kuat menguar bebas ketika Raisa memasuki hyundai silver itu. Membuat perasaan rileks dan tenang menghampirinya. Raisa menghempaskan punggungnya pada jok mobil. Tangannya terangkat memegang perutnya yang sejak tadi menjadi semakin sakit. Rasanya perih dan melilit seperti diremas-remas.
"Raisa, kamu nggak apa-apa?" Tirta mengernyit menatap Raisa yang sejak tadi memegang perutnya seperti menahan sakit. "Muka kamu kok pucat?"
Raisa buru-buru tersenyum. "Nggak apa-apa kok, Dok. Mungkin perut saya cuma perih aja. Saya belum makan soalnya."
"Kalau gitu apa kita perlu sarapan dulu?" tawar Tirta.
Raisa buru-buru menggeleng. "Nggak perlu, Dok. Saya udah beli makanan tadi." lirihnya. "Kita langsung berangkat aja."
"Oke," Tirta tersenyum dan buru-buru menyalakan mesin mobil.
---()---
Jam makan siang tidak membuat kondisi Raisa membaik. Perutnya masih terasa sakit. Apalagi jika dia bergerak, rasanya seperti ditusuk seribu jarum. Sakit sekali. Dia bahkan nyaris tertatih mangikuti langkah kedua temannya, Kania dan Mawar menuju restoran dekat kantor.
![](https://img.wattpad.com/cover/331381886-288-k122907.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Deeper Love
RomanceNasib apes sedang menaungi Raisa Della Anugrahita, sudah lebih dari 10 hari ibunya dirawat di rumah sakit. Dan berbagai masalah timbul karenanya. Salah satunya adalah bagaimana cara Raisa membayar biaya perawatan rumah sakit yang berkali-kali lipat...