E P I S O D E - 13

119 8 2
                                    

_Episode 13_
.

.

.

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk bersantai. Bersantai dan beristirahat adalah sesuatu yang harus dilakukan Raisa agar kondisinya cepat pulih seperti sedia kala.

Namun lagi-lagi Arka terus berbuat ulah yang membuatnya kesal. Laki-laki itu sejak tadi terus saja mengusik Raisa di tempat tidur. Tidak cukup hanya dengan berbaring di tempat tidur Raisa. Dia juga tak bisa berhenti menggoda perempuan itu.

Sesekali Arka akan membelai wajah membuat Raisa risih. Dia juga suka sekali memainkan rambut panjang Raisa. Arka akan mengucir rambut perempuan itu lalu beberapa saat kemudian dia akan menarik ikat rambutnya membuat Raisa berteriak kesal.

"Bisa nggak sih lo berhenti mainin rambut gue?" Raisa menoleh dengan raut jengkel.

Arka tersenyum lebar menurunkan kedua tangannya. "Kamu tahu, dari dulu aku selalu suka sama cewek yang rambutnya panjang." Tangannya kembali bergerak membelai rambut panjang Raisa. "Supaya aku bisa nyisirin rambutnya kayak gini."

Raisa mengedikkan bahunya. "Lo bencong ya hobinya mainin rambut?"

"What?"

Arka menatap tak percaya pada Raisa. Bencong? Raisa menyamakannya dengan laki-laki tidak waras seperti mereka. Laki-laki yang mengaku perempuan sama dengan gila.

"Kamu itu selalu ya, selalu mematahkan momen romantis kita dengan kata-kata tajem kamu." Arka hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo tahu, gue paling membenci hal-hal romantis. Menurut gue itu hal yang paling konyol dalam film ataupun drama."

"Tapi gimana kalau kamu sendiri yang ngalamin momen romantis seperti di film atau drama? Apa kamu bakal berubah fikiran?"

Raisa mengerjap tak mengerti. Dia hanya bisa terdiam saat Arka meraih kedua bahunya hingga berhadapan dengan laki-laki itu. Arka tersenyum dan mengambil sebuah karet gelang dari atas nakas. Kedua tangannya bergerak mengikat rambut panjang Raisa dengan karet gelang berwarna pink. Dia tersenyum senang menatap Raisa. Membuat Raisa tertunduk malu karena ditatap dengan jarak begitu dekat.

"Kenapa kamu terlahir begitu cantik? Membuat aku nggak bisa berpaling."

Raisa tersenyum kecil. Tangannya terangkat melingkari leher Arka. "Apa gue harus berterima kasih—karena lo udah muji gue?"

"Aku nggak ingin ucapan terima kasih dari kamu. Yang aku mau—"

Arka terkekeh sekilas. Tangannya terangkat membelai wajah perempuan itu. Lalu merapikan anak rambut Raisa yang berhamburan.

Raisa terus menatap laki-laki di hadapannya. Entah kenapa dia dapat merasakan kelembutan dalam setiap sentuhan yang Arka berikan. Membuatnya dadanya langsung berdesir hebat.

Arka tak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Dia juga tak mengerti dengan perempuan ini. Dengan Raisa dia seperti ingin menyerahkan segala miliknya. Ah, dia tidak pernah seperti ini pada perempuan. Bahkan belum cukup lama dia mengenal Raisa. Tapi Arka seperti sudah sangat mengenal sosok perempuan itu.

Arka bergerak pelan mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Raisa. Bola mata Raisa berputar pelan mewaspadai apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Hingga jarak mereka hanya tinggal sejengkal Raisa masih memandang Arka penuh rasa curiga. Dia memundurkan kepalanya saat wajah tampan Arka kian mendekat.

Arka tersenyum tipis melihat raut wajah penuh curiga dari perempuan di hadapannya. Raisa sungguh lucu di matanya. Apalagi mata lebarnya serta raut jutek yang otomatis terpatri di wajahnya membuatnya semakin gemas pada Raisa.

One Deeper LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang