POV Adnan
Alarm berdering cukup keras hingga membangun kan tidur ku. Aku lihat jam menunjukkan pukul 02.45, aku bergegas mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat sunah malam, tahajud dan teman temannya. Prinsip ku tidak perlu banyak rakaat yang ku dirikan yang penting konsisten dalam menjalankan nya setiap malam. Setelah selesai aku mengambil Al Qur'an, kitab yang menjadi pedoman umat muslim, aku bertadarus selagi menunggu adzan subuh. Ketika adzan subuh berkumandang, aku menghentikan tadarus ku dan menyimpan Al Qur'an di atas rak. Aku bersiap siap untuk pergi ke Mesjid yang dekat dengan rumahku. Sesusah apapun keadaanku, apapun rintangan nya shalat subuh berjamaah harus tetap dijalankan. Diriwayatkan dalam hadist
"Barang siapa yang shalat subuh berjamaah kemudian dia duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lantas shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah, Rasulullah bersabda, yang sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi).
Jadi sebagai seorang muslim yang baik, terutama bagi kaum pria jika memang tidak ada halangan sudah sebaiknya untuk shalat subuh berjamaah, pergi haji belum tentu bisa sekarang sekarang, tapi setidaknya kita telah mendapatkan pahala yang setara dengan pergi haji dan umrah sekarang, MasyaAlloh.
Setelah beres shalat subuh, aku pulang ke rumah dan bersiap siap untuk berangkat sekolah. Aku memasak nasi goreng untuk sarapan ku dan tentunya untuk ibu. Telur mata sapi dengan ditaburi bawang goreng menggunggah selera makan pagi ku. Aku segera memanggil ibu untuk sarapan bersama.
Setelah semuanya siap, aku pun berpamitan kepada Ibu untuk berangkat sekolah. Aku pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum. Jaraknya hanya 15 menit dari rumah ku.
POV Fira
"Hallo umma, selamat pagi" aku menghampiri umma yang sedang berkutat dengan bahan masakan.
"Astaghfirullah Fira, ngagetin umma aja" ucap umma yang tengah mengelus dada.
"Hehehe maafin umma, umma lagi masak apa? Mau Fira bantuin?" Aku menawarkan bantuan kepada umma,
"Nggak usah sayang, cepet kamu siap siap aja buat sekolah, takut kesiangan" titah umma kepada ku
"Fira udah siap umma, tinggal nunggu sarapan aja" jawab ku yang memang aku sudah siap dengan semuanya, tinggal menunggu sarapan.
"Ini sarapan nya bentar lagi, Umma bikin nasi goreng pluss telor mata sapi kesukaan mu"
"Aaaaa makasihhh umma ku" aku memeluk umma dan umma tampak terkejut hehe...
"Cepet kamu panggilan Ayah sama Teh Mia" aku langsung pergi ke kamar ayah yang berada tepat di bawah tangga dan memanggil nya. Aku pun naik ke lantai dua lebih tepat nya ke kamar teh Mia,
" Teh Mia, kata Umma hayu kita sarapan" teriak ku di depan pintu kamar nya teh Mia"Okeee" sahut teh Mia
Setelah sarapan aku dan ayah pun bersiap siap untuk berangkat. Seperti biasa aku bersama ayah berangkat bareng. Gerbang sekolah ditutup tepat jam 7, jadi aku memutuskan untuk berangkat jam 6.
POV Author.
Bel masuk berbunyi, saatnya pelajaran pertama dimulai, semua siswa masuk kelas masing masing. Sama hal nya dengan kelas XI IPS 1 saat ini, sebelum pelajaran dimulai ketua murid memimpin untuk berdoa terlebih dahulu dan membaca Asmaul Husna bersama sama. Jam pertama ini mereka belajar Bahasa Arab dengan Pak Laksana.
Waktu istirahat tiba, seperti biasa rata rata murid pergi ke kantin, tak terkecuali empat siswi ini, yaitu Fira, Ira, Sasa, dan Vania, mereka memutuskan untuk pergi ke kantin juga, dan memilih tempat duduk di paling pojok dekat dengan ruang kesenian.
"Aku mau pesen cireng mang ujang, kalian mau pesen apa biar aku pesenin sekalian" tanya Sasa.
" Aku tadi belum sarapan, jadi aku mau pesen nasi kuning aja" jawab Ira dengan mengeluarkan uang 5000 an
"Aku mau siomay pedes nya sedeng" lanjut Vania
"Kalo aku mau makaroni basah aja, tapi yg pedes sama teh manis nya 4, sekalian buat kalian, kali kali ngejajanin hehehe" lanjut Fira dengan mengeluarkan uang 20 ribuan.
"Aaaa makasihhh Firaa ku" gemas Sasa, dengan diiringi tawa ketiganya temannya
"Makasihh Fira, yaudah sama aku aja bareng Sa, kesian kamu sendiri" tutur Ira
" Yaudah ayukkk" Ira dan Sasa pergi memesan.
Sekitar 10 menitan, akhirnya Ira dan Sasa datang dengan membawa makanan yg dibeli nya.
"Eh tau gk, tadi kita ketemu kang Adnan coba, udah masuk sekolah lagi, makin MasyaAlloh ajaa" Bisik Sasa, yang diakhiri dengan senyuman.
"Iya, tadi juga kita sempet ngobrol" lanjut Ira
"Bukan kita sih, tapi kamu aja, aku mah malu kalo ngobrol sama Kang Adnan teh" ucap Sasa
"Kang Adnan itu yang ketua Eskul Keagamaan? Yang waktu itu kenalan di grup?" Tanya Fira, karena dia bingung.
"Iya Fira, kamu belum ketemu ya? Kalo kamu ketemu kamu bakal kelepek kelepek deh, gk kuat liat auranya beuhh, berwibawa" tutur Sasa, sambil melahap cireng mang Ujang
"Mana ada sampe kelepek kelepek, emang aku ikan apa" ujar Ira,
"Kang Adnan itu sama kayak aku sekolah sambil Pesantren di Pesantren Al Uswah, dia udah lama pesantren nya, udah jadi senior, bisa dibilang kaki tangan nya Buya Ja'far juga. Katanya Kang Adnan udh pesantren dari umur 10 tahun, sejak ia SD. " Jelas Ira
"Tuh kan MasyaAlloh pisan lah si Kang Adnan mah" lanjut Sasa yang membuat dia keselek.
"Nah nah kan, nih teh manis nya, jangan terlalu berlebihan kalo bicara" titah Vania membuat dua teman lainnya Fira dan Ira tertawa.
"Kang Adnan itu idaman para akhwat, gak di sekolah gak di pesantren. Tapi kalo di Pesantren itu selain Kang Adnan ada juga putranya Buya, namanya Gus Zafran, beliau anak tunggal dari Buya, Umi Gus Zafran meninggal saat melahirkan beliau. Umur nya paling beda 3 tahunan sama kita, tapi ia udh lulus S1, kuliah nya juga di Al Azhar Kairo, bayangin coba gimana gak gereget nya kita para santri putri" jelas Ira panjang lebar. Ketiga temannya hanya menyimak dengan terkagum kagum
"Wah masyaAllah ya Gus Gus itu, kayak di cerita cerita WP yang suka aku baca" timpal Fira
"Kamu suka baca WP juga fir? Aaaa akhirnya ada temen buat ngegibah para pemeran di WP" Sasa lagi lagi sontak berteriak, membuat para siswa lainnya menoleh ke mereka.
"Huss jangan kenceng kenceng Sasa, gak baik perempuan" Vania menasehati, membuat Fira dan Ira tertawa
"Hehe iya maaf, terus terus gimana lagi Gus Zafran itu"
" Emm, ya gitu, pokoknya baik banget, ramah ke semua santri nya, beda sama Kang Adnan, Kang Adnan menurut aku mempunyai dua kepribadian deh, di sekolah itu kan keliatannya ramah ya sama kita, nah kalo di pesantren itu Ya Allah dingin nya, jutek sama santri yang lainnya, gk pernah ngobrol sama santri putri, kalo sama akupun bertegur sapa jarang banget." Lanjut Ira membuat ketiga temannya keheranan
" Hah, kok bisa gitu? Kang Adnan mah keliatannya baik banget deh kayaknya, ramah juga" bantah Sasa
"Disini mah emang gitu, tapi entahlah gak tau beda banget sama di pesantren, eh tapi ya kayaknya bukan perasaan aku aja, santri yg lain juga sempet ngomong in ini, Kang Adnan lumayan mirip sama Buya loh, lumayan mirip juga sama Gus Zafran, mirip wajah nya terus ada aja sesuatu mirip gitu, gak heran kalo ada santri baru itu sering ngiranya kang Adnan putranya Buya." Lanjut Ira
"Em mungkin karena udah lama kali kang Adnan tinggal di pesantren jadi lumayan banyak kemiripan sama Buya" ujar Vania
"Mungkin kali ya"
Tidak terasa bel masuk pun berbunyi, keempat siswi ini pun kembali ke kelas nya, menghentikan perbincangan nya dan melanjutkan pembelajaran nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekuatan Doa
Teen Fiction"Tidak semua yang kita inginkan harus terpenuhi bukan?, Allah lebih mengetahui yang terbaik buat kita. Dan jika kita ditakdirkan untuk berpisah, pasti itu juga yang terbaik bagi kita " lanjut Fira dengan air mata yang sudah turun "Maafkan saya, saya...