12

2 1 0
                                    


POV Shafira

Aku menggerutu dengan perkataan ku tadi, kenapa aku berkata seperti tadi ya, seharusnya Ira yang berhak berkata demikian, ya sebenarnya ada perasaan lega dan bahagia, tapi aku sadar diri juga, aku hanyalah anak baru yang sebulan lalu masuk, tapi dengan berani nya aku mendahului Ira. Pokoknya aku harus minta maaf di sekolah nanti.

Aku dan teman teman ku sekarang sudah pulang menuju sekolah, setelah pamitan dengan kang Adnan. Kami mengejar rombongan kami, karena takutnya Kang Fadly nanti mencari kami, dan benar saja ketika kami berhasil mengejar mereka, mereka tampak kebingungan dan panik terlihat dari raut wajah mereka.

"Astaghfirullah Sasa, Vania, Ira, Lia, Rahma, Dina, Putri, dan ini siapa ini satu lagi? Fira ya, kalian dari mana saja, kami mencari kalian, tiba tiba nggak ada pas kita mau pulang, kan akang udah bilang, jangan memisahkan diri, kalo misalnya mau kemana mana konfirmasi dulu, bukan nya tiba tiba nggak ada gini" suara Kang Fadly sudah terdengar memarahi kami, kami hanya menunduk, dan kami menerima kesalahan kami yang memang tidak konfirmasi terlebih dahulu kepada beliau

" Iya betul, kalian dari mana, Bapak sama yang lainnya sampai panik mencari kalian" Pak Haji Olih menambahi

"Mohon maaf kang teh, Ibu Bapak, kami tertinggal di Pesantren, tadi ada sedikit kendala terlebih dahulu" kepalaku mendongak melihat siapa yang berbicara, Ira ternyata

"Iya kang teh, Ibu Bapak, kami meminta maaf atas kesalahan kami" Vania juga mulai meminta maaf

Sepertinya aku harus meminta maaf dan menjelaskan semuanya, karena awal nya ini adalah rencanaku

"Maaf sebelumnya Kang, teh, Ibu Bapak, saya Fira mewakili yang lainnya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan kami yang tidak konfirmasi terlebih dahulu untuk meminta izin, tadi ada urusan terlebih dahulu dengan Kang Adnan nya, ada beberapa yang kami sampaikan kepada beliau, awalnya ini rencana Fira kang teh, jadi Fira mengajak yang lainnya, sekali lagi Fira memohon maaf " Aku sepertinya tidak berlebihan kan dalam perkataan ku kali ini, semoga tidak.

"Yasudah tidak papa, kami maafkan lain kali jangan diulangi, karena masalah nya adalah ini masih jam sekolah, kalian izin bersama kami, kalo ada apa apa terjadi pada kalian, kami selaku pengurus yang harus bertanggung jawab" ucap Kang Fadly

"Baik kang" kompak kami

Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang tinggal beberapa menit lagi menuju sekolah.

Tapi ada yang terlihat aneh dari sikap nya Ira, aku tidak mengerti, kenapa tiba tiba dia berjalan mendahului kami, tidak seperti biasanya, aku mencoba untuk berpikir positif, mungkin ada urusan lain.

Aku, Vania, Sasa dan Ira sekarang sudah di dalam kelas. Sekarang mata pelajaran terakhir di hari ini yaitu pelajaran Ekonomi, mata pelajaran kesukaanku tentunya. Guru ekonomi di kelasku bernama Pak Utsmuni, biasa dipanggil Pak Muni

"Seperti yang sudah dijelaskan minggu kemarin mengenai pembahasan Ekonomi Makro, yaitu Kebijakan Fiskal dan kebijakan Moneter, ada yang masih ingat apa itu kebijakan Fiskal, coba acungkan tangan" Pak Muni memulai pembelajarannya, aku sangat antusias sekali ingin menjawab, ketika hendak mengacungkan tangan, Ira sudah terlebih dahulu mengacungkan tangan

"Saya pak, jadi kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan cara meningkatkan atau menurunkan pendapatan dan anggaran belanja negara." Ira menjelaskan dengan singkat padat dan jelas, padahal awalnya aku ingin menjelaskan itu

"Betul sekali Ira, oke bapak kasih nilai plus untuk kamu" bapak berjalan menuju daftar nilai yang ada di atas meja guru, lalu terlihat seperti menandai absenan, ya itu pasti menandai nama Ira

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kekuatan DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang