Chapter 38: Sebuah Imbalan

13 5 0
                                    

Siang harinya, cuaca terlihat mulai gelap dan ingin hujan deras. Shigeharu hanya menatap sebuah dendam dan kesedihan.
Yoshinaka ingin mengajaknya pergi ke Ryuko.

"Hei, Shige. Ikutlah bersama kami dulu. Setelah itu, aku akan membantumu."
Katanya. Ia melihat Shigeharu dan merasa kasihan padanya.
Begitu juga dengan Mio dan Hibari. Mereka tak tega melihatnya terpuruk rasa sedih

Shigeharu menatap Yoshinaka. Ia menerima uluran tangannya dan meninggalkannya
"Tinggalkan aku.... dulu...."
"Aku... ingin.... menyelesaikan.... masalahku.... dengan..... diriku sendiri....."

Setelah itu, ia berlari menuju Ryoki, tempat Hidemitsu berada. Yoshinaka ingin mengejarnya tetapi, dicegah oleh Mio. Ia hanya menggeleng saja

"Yoshinaka-kun, kita biarkan Shigeharu-san menyelesaikan masalahnya sendiri."

Yoshinaka sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi karena kesadaran Shigeharu sudah hilang. Ia tampak seperti iblis.
Mio menenangkannya dengan merapikan rambut Yoshinaka

"Kita tak bisa ikut menyelesaikan masalah itu juga. Aku tahu kau khawatir dengannya, tetapi itulah jiwa seorang pemimpin yg sebenarnya. Tidak ingin melibatkan orang lain, dan rela bertaruh nyawa demi orang yg dilindungi nya walaupun orang itu masih hidup atau sudah mati."

Kemudian, Mio melihat Hibari yg mulai terlihat sedih. Ia juga berusaha menenangkannya dengan memeluknya

"Hibari-chan, sudah tak apa. Shigeharu-san akan kembali dengan selamat, aku yakin itu. Jika terjadi hal yg tak diinginkan padanya, pedangku ini akan bersinar."

Hibari sudah tak bisa menahan tangisnya itu. Ia pun memeluk kembali Mio dan mengungkapkan apa yg ia rasakan itu.
"Mio-san!!! A-aku..... merasa tak..... berguna sekali menjadi pengawalnya!!!! Seharusnya.... aku..... ikut dengannya!!!!!"

Ia menangis dipelukan Mio.
Yoshinaka mendengar apa yg dikatakan Hibari tadi. Ia juga merasakan hal yg sama dengannya.
"Mio-chan, kita harus cepat menemui pemimpin mu. Dan.... aku harus ikut bersama dengan Shigeharu..."

Mio mengangguk dan mulai berjalan lagi menuju ke tempat pemimpinnya berada.

.....
........

*tes* *tes*
*drrrssssssss*

Hujan mulai turun dengan deras. Shigeharu sudah sampai ke Ryoki setelah 5 menit berlalu. Ia melihat Hidemitsu sudah ada di gerbang kastil. Ia sedang melihat kastilnya yg sudah hancur.
Hidemitsu membalikkan badan dan melihatnya

"Wah, wah.. sudah lama tak bertemu denganmu, Shigeharu-dono."
Ia sedikit meremehkannya sambil menepuk kan tangan. Lalu, Hidemitsu mulai tertawa dan berjalan ke arahnya.

"Bagaimana??? Apakah kau sudah lihat Shisi-dono yg sudah terbunuh? Bagaimana rasanya??"
Kemudian, ia menutup matanya. Terlihat matanya akan mengeluarkan tenaga iblis. Dan, ia membukanya. Warna mata itu berubah menjadi kuning.

"Shigeharu-dono!!! Bagaimana rasanya???!!! Seperti itulah rasanya kehilangan seseorang yg disayang!!!!"

"Sebelumnya, kau telah merebut Tsuzu!!! Dia adalah satu-satunya orang yg peduli sekali denganku. Dia juga yg mengajakku untuk menjadi pengawalmu!!!"
Shigeharu tak meresponnya. Ia tak peduli dengan apa yg dikatakannya itu. Ia juga tak peduli lagi dengan Tsuzu yg sudah mengkhianati nya

"Dia adalah satu-satunya orang yg aku sukai!!! Tapi, kenapa malah kau merebutnya dariku, Shigeharu-dono???!!!!"
Kata Hidemitsu. Ia mulai tertawa dan tak bisa menahan lagi amarahnya itu.
Ia mengangkat pedangnya dan memperlihatkan kekuatan iblisnya yg kuat

"Lebih baik kau mati saja!!!"

*whuuuzzzzzz*
*weeeerrrrrrr!!!*
Hidemitsu menghunuskan pedangnya dan pedang itu mengeluarkan api hitam. Shigeharu memasang kuda-kuda tekniknya. Seketika, aura iblisnya mulai keluar dan api ungu yg ada di pedangnya langsung menyebar kemana-mana.

FOUR GODS SAMURAI/CULTIVATION(Shishin Bushi/Saibai) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang