9. KEBENCIAN

117 3 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 🔥

-

-

-

"Lo nggak salah ngomong, kan?"

"Terus gue bohong sama kalian gitu? Lo pikir gue berani bohong sama orang asing yang baru kenalan tadi siang?"

Razella mendelik tajam.

"Nggak percaya aja karena sikap lo nggak mencerminkan kayak orang pintar, nilai lo mendekati rekor nilai tertinggi di SMA kita," jelas Nathan. Pria disampingnya itu berbicara tanpa meliriknya sama sekali.

"SMA kita? Maksud lo, jadi gue bukan bagian dari sekolah ini, gitu? Lo mau ngeremehin gue juga sekalian?" Razella mulai tak nyaman dengan suasana di sini, butiran kebencian yang ada dalam dirinya untuk keempat pria Einstein's gang ini, terasa terguncang untuk memperbesar butiran dan rasa bencinya.

Bukan masalah soal ucapan yang menyinggung sikapnya, namun tidak adakah bahasa yang lebih sopan? Mereka punya otak yang digunakan untuk berfikir, kan? Manusia pintar mana yang akan mengatakan hal seperti itu, tanpa memikirkan arti dan penyebabnya. Orang yang benar-benar pintar akan selalu menjaga lisannya.

Walaupun dirinya terbilang pintar di pandangan orang lain, namun ia tak pernah menganggap dirinya pintar. Pesan yang dikatakan Kakaknya selalu ia pegang.

"Orang yang memang benar-benar pintar, akan selalu menjaga ucapannya. Mereka jarang terlibat dalam obrolan gosip dan tidak tertarik pada hal-hal yang sekiranya membuang waktu."

Berhubung dengan sikap dan ucapannya yang selalu tidak baik, itu artinya ia belum menjadi manusia pintar yang sempurna, kepintarannya hanya terlihat pada sebuah angka bertinta hitam dalam sebuah map, yang tak ada artinya sama sekali bagi Razella.

"Gue salah ngomong atau lo yang salah paham?"

Bukannya menjelaskan, justru Nathan malah bertanya, membuat jari-jari tangan Razella gatal dan mengepal. Apa pria itu tidak tau jika pertanyaan yang ia tanyakan pada Razella cukup menggoreskan luka di hati gadis tersebut?

"Gue cuman ngomong menurut apa yang gue lihat, dan gue yakin lo sadar sama sikap lo selama ini," sambung Nathan kini melirik Razella.

"Lo nggak usah ngasih gue pertanyaan, cukup jawab dan pikirin sikap lo sebagai manusia pinter yang udah sempurna!" sentaknya sukses membuat ketegangan tercipta.

"Nathan cuma sampein argumen menurut dia, kenapa lo bertingkah nggak terima sama apa yang dia sampein?" Finn menatap tajam mata Razella, yang langsung dibalas dengan tatapan yang lebih tajam.

Hening.

"Intinya gini, kita cuman mau tanya tentang lo doang. Kenapa mau pindah ke sini, dan siapa tau lo mau kasih alasannya," ucap Zayn.

"Sekalian ngerendahin gue juga, gitu? Karena nilai rata-rata gue menurut kalian besar tapi sikap yang gue tunjukin seakan nggak pantes masuk ke sekolah ini. Jadi kalian mau ngerendahin gue? Gue bukan cewek bego yang bakal iya-iya aja denger ucapan kalian. Apalagi setelah tau maksudnya."

"Kita-"

"Apa?! Mau cari alasan supaya maksud kalian tertutupi?" Razella benar-benar terlihat sangat kesal, hembusan nafas gadis itu terdengar.

"Kita cuman pengen tanya secara baik-baik, nilai rata-rata lo gede. Tapi kenapa mau temenan sama si Jessica? Ada anak lain yang kelihatan lebih cer-?"

Brak!

"Bajingan!" maki Razella kasar memotong ucapan pria didepannya, ia menggebrak meja sembari bangkit dari kursi. "Kalian manusia iblis kedua yang gue temuin, bangsat!" Dengan segera ia mengambil alih buku-bukunya dan pergi dengan penuh gemuruh amarah dalam hati.

"Gue bersumpah nggak bakal pernah biarin hidup lo pada tenang!"

Dalam perjalanan menuju parkiran sekolah, Razella mengumpat tak jelas, keuntungan karena tidak ada siapapun yang berada di kooridor. Semua amarahnya ia lampiaskan dengan mudah.

Sumpah yang baru saja ia ucapkan akan benar-benar ia lakukan, apa yang dikatakan Jessica benar. Mereka bukan manusia pintar yang patut ditiru, mereka manusia angkuh jelmaan iblis yang seharusnya tidak dilahirkan ke dunia.

Prang!

"Gue tandain lo berempat!"

"Lo pikir bisa nilai gue berdasarkan penampilan luar? Gue bakal bikin kalian bungkam suatu saat nanti, gue janji!"

Tak memperdulikan tangan kirinya yang berdarah karena memecahkan salah satu jendela kaca kelas. Langkah kakinya terus berjalan menuju parkiran. Lihat saja, akan ada drama yang tercipta untuk menjatuhkan manusia-manusia angkuh itu.

°°°

Hari libur yang biasa dinikmati para murid sekolah setiap minggu telah tiba, hari Sabtu malam yang menjadi malam paling menyenangkan di mana setiap cafe akan dipenuhi gerombolan anak muda.

Namun tidak semua remaja berkumpul, ada yang memilih diam di rumah dan begadang untuk menghabiskan sebuah buku tebal. Itulah yang saat ini Razella rasakan, ditemani segelas coklat hangat, selama weekend berlangsung ia bertekad untuk menghabiskan empat buku pinjaman dari perpustakaan.

Drtt drtt

Sebuah gelembung pesan muncul di handphonenya yang menyala. Membuat fokusnya mau tak mau harus teralihkan.

Jessica
: Malmingan keluar, yuk?

You
Nggak, gue nggak doyan + g biasa :

Jessica
: Kenapa? Banyak cogan lou biasanya di cafe, gue traktir pokonya.

You
Ga :

Jessica
: Lagi badmood, ya? Oke deh, lain waktu aja. Nanti jangan lupa cerita sama gue.

Razella tersenyum membaca pesan yang baru saja dikirimkan Jessica, ia kembali mengalihkan fokus ke buku-bukunya yang berisi ribuan rangkaian kata-kata indah.

"Kita cuman pengen tanya secara baik-baik, nilai rata-rata lo gede. Tapi kenapa mau temenan sama si Jessica? Ada anak lain yang kelihatan lebih cer-?"

"Cerdas?" lanjutnya saat tiba-tiba ucapan yang keluar dari mulut Adnan memutari memori. Wajah Jessica langsung terbayang di pikirannya, selama berteman Jessica adalah teman terbaiknya, setelah satu tahun tak bertemu sikap gadis itu masih sama.

Apa yang membuat teman dekatnya itu begitu sangat tidak disukai para pria Einstein's gang? Apa ada hal yang terjadi selama satu tahun itu?

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenaknya benar-benar sulit untuk dijawab, ia perlu mencari jawabannya sendiri. Selama mencari jawaban, ia juga tak boleh lupa dengan janji dan sumpahnya kemarin.

Dengan senyuman miring, Razella berubah pikiran. Ia menutup buku bacaannya dan meraih handphone, jarinya mengetik sesuatu berupa kata-kata.

You
Jes, gue  berubah pikiran. Ayo : malmingan, gue jemput.


Sembari menunggu jawaban, Razella memilih untuk mempersiapkan diri. Ia memakai pakaian simple, kaos putih polos oversize dan celana jeans yang tidak ketat. Sebuah topi hitam bertengger di kepalanya, dengan rambut yang terurai dan beberapa semprotan farpum dan olesan lipcream sebagai sentuhan terakhir.

Drtt drtt

Jessica
: Serius? Gue tungguin ya, cantik.

Setelah mendapatkan balasan, bergegas Razella mengantongi handphonenya di sebuah tas selempang kecil. Ia beralih keluar kamar lalu ke garasi dan memanaskan sebuah mobil pajero sport hitam untuk ia pakai malam ini.

Drtt

Unknown
: Segara kami kirim setelah anda pulang kembali ke rumah, Nona.

-

-

-

See you 💗

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now