15. SECOND CASE

73 5 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 🔥

-

-

-

Menikmati masa libur yang diberikan pihak sekolah karena kasus pembunuhan yang belum kunjung menemukan titik terang, saat ini Nathan tengah duduk bersantai di depan rumahnya.

Menikmati secangkir teh hangat ditemani beberapa buku tebal yang menyuguhkan ratusan kata setiap halaman.

Kemarin, ia bersama ketiga sahabatnya dan Razella baru saja menyelesaikan seleksi OSN tahap dua. Namun, pengumuman tentang siapa yang akan tereliminasi belum diumumkan.

"Protista mirip tumbuhan, protista mirip jamur, hewan. Ini pelajaran kelas sepuluh," gumamnya membolak-balik halaman buku yang saat ini ia baca.

Beberapa kali matanya melirik kearah handphone yang sedari tadi menyala lalu kemudian mati kembali, getaran yang ditimbulkan handphone tersebut sangat terasa, dan mengganggu fokusnya.

Berusaha fokus pada bahan bacaannya, bola mata coklat Nathan menatap buku dan handphonenya secara bergantian, namun kemudian ia menyerah karena penasaran, mengapa handphonenya terdengar ramai?

Ternyata sudah banyak pesan yang ia terima dari beberapa grup. Dibacanya beberapa pesan yang dirasa penting, hingga akhirnya dua garis alisnya berkerut.

"Sekolah liburin semua siswa-siswi sampai waktu yang belum ditentukan, pembelajaran dari rumah?"

Apakah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang murid SMA, memang sebegitu sulit dipecahkan? Padahal anak muda sepantaran dirinya, biasanya memiliki pemikiran yang masih dangkal.

Termasuk ia dan tiga anggota Einstein's gang lain, yang membuat keempatnya pintar hanyalah tingkat kecerdasan dan daya tangkap yang cepat dalam memahami sebuah materi yang disampaikan oleh guru.

IQ tinggi yang dimiliki hanyalah angka yang bisa berubah kapan saja, bahkan ada beberapa orang yang memiliki IQ tinggi namun tidak begitu menonjol karena cenderung lebih memilih diam.

"Nath! Nathan!"

"Buka pintunya, woy!"

"Nathan! Ini gue Razella sama Finn!"

Keributan yang didengarnya dari luar pagar rumah, membuat Nathan tergesa-gesa untuk segera membuka pintu pagar.

Setelah menggeser slot yang mengunci pagar, Nathan menggeser pagar hitam yang menutupi bagian dalam rumahnya, menampakkan dua orang yang sangat ia kenal dengan penampilan berbeda. Terutama Razella.

"Ngapain kalian berdua pagi-pagi ke sini?" tanya Nathan mengerutkan alisnya, pandangan pria itu terkunci pada Razella yang belum melepas helm fullface nya.

"Ada sesuatu yang mau kita omongin, tapi nggak di sini." Finn menarik Nathan masuk, sedangkan Razella meminta satpam untuk memasukkan motor, dan  tak lupa mengunci semula pintu pagar.

Finn mendudukkan Nathan secara paksa di kursi depan rumah, ia menyingkirkan buku-buku tebal yang menghalangi meja. Kemudian mengeluarkan sebuah map dan buku bersampul hitam kecoklatan yang sudah terlihat lapuk.

"Ada apa sih sebenernya? Lo tumbenan banget dateng berdua sama Zella," tanya Nathan penuh tanya.

Tingkah kedua orang yang ada di depannya ini terkesan sangat aneh. Seperti tengah waspada karena diawasi seseorang.

"Lo udah denger kasus pembunuhan kedua yang baru aja terjadi tadi dini hari?"

Nathan terlihat menggeleng.

Razella menghela nafas. "Haduhh, gimana sih. Kasus pembunuhan itu berhubungan sama seleksi OSN tau! Ada salah satu siswa yang bikin rencana kotor demi bisa lolos tahap dua seleksi OSN tahun ini!"

"Seleksi OSN tahap dua?" Suara melengking yang berasal dari pintu rumah mengalihkan pandangan ketiganya.

"Mamah?" beo Nathan tanpa mengeluarkan suara, Razella yang mengamati gerak mulut pria itu paham.

Di sana berdiri seorang wanita yang umurnya diperkirakan antara angka tiga puluh, dia adalah Ibu dari Nathan.

"Eh, tante. Udah lama nggak ketemu, iya betul. Aku Finn, temen sekelasnya Nathan." Finn segera menghampiri wanita itu dan mencium punggung tangannya.

"Udah lama nggak ketemu ya sama anak basket ini, makin tinggi juga," balasnya tersenyum ramah. "Kamu siapa?" Ia beralih pada Razella, gadis itu masuk betah menggunakan helm fullface nya.

"Buka helm lo," bisik Nathan.

Tak ingin ada drama panjang, akhirnya Razella membuka helmnya. Ia  merapihkan anak rambut yang berantakan.

"Aku Razella, Tan. Aku juga temennya Nathan, murid baru di SMANTERA." Mengikuti Finn, Razella mencium punggung tangan wanita tersebut.

"Owalahh, cantik banget, toh. Tante sering denger cerita kamu dari Nathan, katanya kamu pinter banget." Mendengar respon dari wanita tersebut, Razella tersenyum kecil, ia merasa sedikit malu. "Kalian ada perlu apa sama Nathan? Tadi denger-denger lagi ngomongin seleksi OSN, ya? Pasti lancar 'kan, yah?"

"Banyak banget pesertanya, Mah. Proses eliminasi terus berlanjut, peserta yang lolos harus diuji lagi sama soal-soal sampai tersisa satu buat perwakilan," jawab Nathan menuntun Mamanya duduk di kursi.

Terdengar hembusan nafas pelan dari wanita lansia tersebut. "Tante harap kalian semua bisa lolos dengan baik, ya. Kalaupun jadi perwakilan sekolah, semoga kalian menang dengan cara yang bersih dan hasil yang membanggakan." Mama Nathan memberikan nasihat singkat.

"Oh iya, Tante lupa mau bikinin kalian minuman. Mau minuman apa? Bikinan Tante selalu enak," ucapnya setelah suasana hening beberapa saat.

"Apa aja deh, Tan. Kita nggak mau ngerepotin, kalo perlu nggak usah dibikinin apapun," sahut Finn namun ditanggapi gelengan kepala.

"Masa ada tamu Tante nggak ngasih apa-apa? Ngaco kamu, Tante ke dalem dulu, ya, buat ambil cemilan."

Setelah kepergiannya, Razella kembali menatap Nathan. "Sampe mana tadi?"

"Soal rencana kotor yang digunain si pelaku pembunuhan supaya lolos seleksi OSN," jawab Finn mengingat Razella.

"Oh iya, bener. Jadi tujuan kita ke sini mau kasih tau itu, dan buku-buku sama map yang ada di atas meja. Itu adalah barang bukti, ada surat yang keselip diantara halaman-halaman buku, dan itu bukti yang cukup kuat."

"Jadi ... rencana kalian sekarang apa?" tanya Nathan terlihat masih bingung setelah menerima fakta bahwa dibalik sistem eliminasi yang terjadi, ada beberapa rencana kotor yang dilakukan para peserta agar bisa lolos tahap seleksi. "Kita selidikin?"

Razella dan Finn mengangguk bersamaan.

"Kita bakal ungkap siapa dalang dibalik kasus pembunuhan ini, gue males kalo harus belajar dari rumah secara online, apalagi sampai batas waktu yang belum ditentukan," ucap Finn mantap.

°°°

Setelah memberitahu Nathan soal rencana dilakukannya penyelidikan, Adnan dan Zayn turut menyetujui dan ikut turun tangan.

"Rencana hari ini gimana?"

"Kita harus bisa bikin hipotesis dan list tersangka, kira-kira siapa aja yang kelihatan bakal ngelakuin cara kotor demi lolos seleksi," jawab Finn.

"Hari ini seleksi OSN tahap tiga, peserta yang ikut semakin sedikit. Kita bisa ambil kesempatan," ucap Razella.

Sekarang kelimanya tengah berkumpul di sebuah ruang tunggu, di tempat yang sama yaitu di sebuah SMP. Belum ada peserta lain yang datang dikarenakan waktu dimulainya seleksi masih beberapa jam lagi.

Drtt drtt

"Eh, bentar. Gue dapet telepon, izin bentar ya." Razella segera beranjak keluar ruangan.

"Gue ngerasa ada yang nggak beres."

-

-

-

See you again 💗

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now