16. COMPLICATED

73 3 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 🔥

-

-

-

Tatapan tajam Razella terus mengarah ke arah seorang siswa yang sedang duduk di kursi paling ujung, sama-sama mengerjakan soal seleksi seperti dirinya dan Zayn. Sesekali mencuri pandang ke arah Zayn yang terus memberinya kode.

Setelah pagi tadi mendapatkan telepon, ia juga mendapatkan kabar bahwa ternyata dua siswa yang menjadi korban pembunuhan adalah murid dari jurusan IPA.

Logikanya pasti si pelaku juga merupakan murid jurusan IPA, dan sebuah keberuntungan disetiap kelas yang melombakan mata pelajaran IPA. Kelimanya ada untuk mengamati pergerakan-pergerakan yang sekiranya mencurigakan.

"Waktu sepuluh menit lagi, kalian bertiga bisa cek kembali kertas jawaban. Apakah sudah terisi semua atau belum." Panitia yang menjaga ruangan berkeliling kelas.

Tak mau kalah hanya dengan satu kesalahan kecil pada lembar jawaban, Razella memutuskan untuk memeriksa jawabannya.

Sebelum itu, matanya mencuri pandang ke arah Zayn yang terus memperhatikan siswa yang duduk diujung kelas. Apa pria itu yakin seratus persen jawabannya betul-betul benar? Pikir Razella, walaupun ia berbaikan dengan Zayn, dan berjanji untuk tidak lagi melakukan perdebatan dengannya ataupun tiga anggota Einstein's gang lain. Namun perkataan Nathan membuatnya berpikir lebih jauh, bahwa mengalah dalam kompetisi adalah hal paling bodoh, dan Razella membernarkan itu.

"Nomer tiga belas jawabannya dua belas meter per second, empat belas jawabannya tujuh meter per second ..."

"Nomor lima belas jawabannya 720 meter per second, nom-"

"Nomor lima belas jawabannya 720 meter per second, nom-"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Waktu habis, silahkan bereskan meja. Pastikan hanya ada lembar soal, kertas corat-coret dan lembar jawaban. Kalian boleh keluar."

Dalam hatinya Razella berdecak, baru saja ia ingin menyebutkan jawaban nomor enam belas, namun panitia penjaga lebih dulu merampas kertas soal yang ada di mejanya, membuat dirinya terkejut. Waktu sepuluh menit rasanya hampir sama dengan satu menit.

Setelah membereskan mejanya, Razella diam beberapa saat, membiarkan siswa yang duduk di meja pojok itu keluar dari kelas terlebih dahulu. Ia berniat mengikuti siswa itu hingga keluar dari area SMP.

"Gimana soal lo, Astatine?"

"Lumayan," jawab Razella seadanya. Percayalah, ada beberapa soal yang sukses membuatnya hampir putus asa, pantas saja tak sedikit orang yang membenci mata pelajaran fisika.

Zayn terlihat mengangguki ucapan Razella. Pria itu menuntun jalan menuju parkiran untuk berkumpul kembali dengan yang lainnya, "menurut lo cowok yang tadi itu mencurigakan dan memungkinkan buat jadi tersangka nggak?" tanya Zayn.

Razella menggeleng.

"Nggak, dia kayak anak cupu menurut gue."

"Jangan ngeremehin orang, siapa tau dia lolos seleksi tahap ini dan lo gagal," celetuk Zayn.

"Enak aja, gue yakin seleksi kali ini gue bakal lolos lagi, dan semoga sekarang giliran lo yang nggak lolos," sahut Razella tertawa renyah, Zayn yang kini ada disampingnya memasang wajah meremehkan.

"Lo pikir bakal semudah itu bikin gue tereliminasi? Gue bakal bikin lo tereliminasi di seleksi tahap akhir," ucap Zayn mantap menepuk beberapa kali pundaknya.

"Terserah lo, deh."

Percakapan keduanya usai setelah sampai di parkiran yang tak terlalu luas karena keterbatasan. Di sana sudah ada Finn dan Adnan, dan ketidakhadiran Nathan menjadi pertanyaan pertama yang akan ditanyakan Razella.

"Nathan di mana?" Secara bersamaan tanpa disengaja Razella dan Zayn melemparkan pertanyaan yang serupa. Sontak keduanya langsung saling menatap penuh tanya.

"Jiahhk, udah fiks jodoh ini mah. Nazira dikemana-in kalo ada Razella, Zayn?" Adnan langsung maju paling depan untuk menggoda sahabatnya, "Nazira adik Nathan loh, masa berani kasih harapan palsu sedangkan lo deket sama kakaknya?"

"Bisa nggak sih jangan goda gue mulu? Gue sama dia cum-"

Duk!

"Aw!'

"Udahlah diem lo, Nazira-Nazira itu yang mana sih?" tanya Razella tanpa dosa setelah puas membuat Zayn terkulai lemas di tanah. Dengan sengaja tangannya itu menyiku perut Zayn, dan berakhir membuat pria malang itu berdesis.

"Kenapa lo tiba-tiba nanyain dia?" Tidak menjawab pertanyaan Razella, Adnan berbalik bertanya dengan nada yang kurang bersahabat.

Razella tertawa hambar. "Pengen tau doang emang nggak boleh? Lagian gue nggak ada niatan nikung. Gue udah punya pasangan." tekannya. "Dan gue bukan orang yang suka merusak hubungan orang lain."

"Kok lo jawabnya gitu? Gue ada salah ngomong, ya?"

Mendengar ucapan Adnan, Razella tersenyum. "Gue cuman meluruskan sesuatu yang mungkin aja bakal berefek samping besar, gue nggak mau terlibat drama cinta segitiga, segilima atau yang serupanya. Because, gue udah, aw!"

Pekikan Razella sukses membuat perhatian mereka yang ada di sana tertuju pada Nathan, pria itu berdiri di belakang Razella dengan tangan kanan yang memegang telinga Razella.

"Aw, aw, aw! Nath, ampun-ampun dong ... lepasin. Lepasin, ya?" pinta Razella tersenyum kikuk saat sadar tingkahnya hampir saja melewati batas. Nathan menatap Razella dengan raut wajah datar, gadis di depannya ini sulit mengontrol emosi, dan selalu keras kepala.

"Apa imbalannya?"

Mendengar jawaban Nathan, Razella yang awalnya berdesis sakit karena telinganya dijepit oleh dua jari, kini terlihat berpikir dan menimang-nimang suatu hal. "Gue kasih sesuatu yang special, nanti. Tau 'lah pasti," ucap Razella.

"Oke." Setelah kalimat singkat itu, Nathan menjauhkan tangannya dari telinga Razella.

"Lo oke, Zayn?" Ia beralih pada Zayn yang masih terduduk di tanah.

"Gue ke toilet bentar, ya."

°°°

Langkah kaki yang perlahan, membawa dirinya semakin masuk ke dalam sebuah gang gelap sekaligus lembab. Terletak di sisi jalan raya dan terhimpit dua gedung tinggi yang menjulang ke atas. Firasatnya kurang baik, ia pergi tanpa memberitahu tujuannya pada siapapun, ada rasa khawatir yang bersarang dihatinya.

Saat melihat sosok orang yang dicurigainya, ia langsung berniat membuntuti. Hal ini membuatnya takut jika keputusan yang diambil berujung memunculkan resiko yang tidak sedikit.

Krkk

Payah.

"Ada orang di sana?" Dengan segera ia menghimpitkan badannya pada sebuah tong sampah besar yang berbentuk persegi panjang. Karena kecerobohannya, ia hampir kehilangan nyawa.

"Ada orang di sana?!" Suara orang yang diikutinya semakin keras, Razella berusaha menetralkan degup jantungnya agar bisa kembali tenang.

Dirasa bahwa keadaan aman, dan seseorang yang saat ini sedang ia ikuti kembali melanjutkan langkah. Razella keluar dari persembunyiannya, punggung pria dengan seragam putih SMA masih menjadi tujuannya.

Belokan demi belokan yang ada dalam gang terus Razella lalui, langkahnya berirama dengan orang yang ada didepannya.

"Ini orang mau ke mana, sih? Daritadi nggak sampai-sampai." Batin Razella yang sudah merasakan pegal di kaki karena berjalan mengendap-endap selama hampir dua puluh menit.

"Kosong enam."

Mendengar bisikan tersebut, sontak langkahnya tertahan. Dengan segera Razella menyembunyikan diri di balik dinding.

"Arah jarum jam kosong sembilan."

-

-

-

See you again 💗

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now