04.

32 3 0
                                    

ㅤㅤGema lonceng menyapa indra pendengaran lagi. Liburan telah usai, begitu juga hubungan pertemanan pemeran utama kita. Seperti biasa, Angel masuk pagi-pagi karena mengejar bus. Duduk di tepi kelas sambil memeluk kakinya; Ia masih memikirkan perkataan pemuda dengan kuncir menjulang ke-atas itu. Lamunannya sangat dalam, begitu dalam tenggelam di lautan pertanyaan. “Kenapa? Kenapa dia harus menyukaiku? Maksudku, bukan berarti aku juga tidak menyukainya. Tapi aku berharap dia normal, aku terlalu buruk untuknya yang sempurna.”
ㅤㅤRasanya seperti terbentur ribuan baja, Angel sangat menderita karena harus menerima kenyataan ini. Tanpa dia sadari, gumamannya itu sampai pada telinga Aki yang berada di balik tembok tempat Angel bersandar. Aki menahan gumpalan air yang ingin terjun dari pelipis matanya, meremas keras batang rokok yang tengah Ia genggam hingga ’tak berbentuk lagi. Ia beranjak pergi meninggalkan tempat yang Ia singgahi, kini berada di lantai dua, tepatnya di balkon dekat laboratorium biologi.
ㅤㅤAki mengambil batang rokok lainnya, dan menyalakannya. Menyesap rokok itu tanpa peduli dengan siapapun yang melihatnya sekarang; pikirannya kacau. Seharusnya dia tidak mengatakan itu; pasti itu membuat Angel merasakan sakit hati yang mendalam. Bukannya, jika kita saling menyukai, itu tidak apa? Salah. Bagi Angel, Aki itu sempurna. Angel hanya ingin Aki bahagia, tanpa sesuatu yang membuatnya tercela. Bagaimana jika orang tau kalau Aki menyukai pria? Orang pasti akan membicarakan hal buruk, apalagi dia adalah ikon sekolah.
ㅤㅤPada akhirnya Aki membolos pelajaran, pertemuan dengan pramuka garuda, dan juga rapat OSIS. Hari ini Aki menghabiskan waktunya untuk berpikir, bagaimana cara agar hubungannya dengan Angel membaik. Sekilas terpikir di otaknya; ‘Apa, sebaiknya aku menjalani hubungan tertutup bersamanya?’ Aki bergumam. Ia membulatkan tekadnya, dan akan menemui Angel di rumahnya. 
ㅤㅤSinar matahari menusuk kulit pemuda dengan alma mater hitam legam, sepulang sekolah dia langsung mengendarai motornya menuju rumah Angel. Sesampainya di sana, Aki mengetuk pelan pintu rumah Angel. “Njel.. di rumah? Atau belum pulang?” Tidak ada jawaban. Sunyi, Aki memutuskan untuk menunggu Angel pulang. Satu jam, dua jam, tiga jam, tidak ada tanda-tanda Angel. Kemudian saat Aki ingin beranjak pergi, Angel datang dengan membanting gerbang miliknya. Ia datang dengan keadaan berantakan, berbau alkohol yang sangat menyengat. Aki reflek menutup hidungnya, hatinya tertegun melihat Angel dalam keadaan seperti ini. Dia tidak bisa membayangkan betapa terpuruknya pria di depannya saat ini. Aki mendekatkan tubuhnya, mencoba mengecek Angel. “Angel? Kamu.. gapapa?” tidak ada jawaban lagi. Angel mendorong kasar Aki yang menghalangi jalannya, “Menyingkir, kau menghalangi jalanku.” Aki yang terdorong tidak terima, menarik lengan Angel, memegang pundaknya dan menatap matanya dalam-dalam.
ㅤㅤ“Jawab pertanyaanku.”
ㅤㅤ“Apa perlu kujawab? Bukannya sudah jelas, Ki?”
ㅤㅤ“Maaf. Seharusnya aku..”
ㅤㅤ“Tidak perlu meminta maaf.” Aki merasa tertekan dengan jawaban Angel. Ia menarik tubuhnya; mendekapnya sesaat. Angel yang didekap paksa menepis tangan yang memeluknya, lalu menyingkirkan tubuh Aki. Lelah dengan pemberontakan Angel, Aki menarik dagunya; membawa bibirnya pada ciuman kecil, namun dalam. Angel tersentak, mencoba memberontak, namun tenaga Aki lebih besar darinya. Terpaksa diam dan menutup matanya, sambil meremas kerah alma mater Aki. “Kh.. ack!” Angel mendesah ketika bibirnya digigit Aki, nafasnya sudah mencapai batas wajar. Lidah Aki menerobos masuk pintu mulut lawannya; rasa alkohol menyerbak memenuhi ciuman panas itu. Aki mulai pusing karena alkohol dari mulut Angel, dan nafasnya juga sudah habis. Melepas tautan itu secara paksa, Angel dan Aki berebutan menghirup oksigen, Angel jatuh dalam pelukan Aki, sambil memegang dadanya.
ㅤㅤSekarang Aki membawa Angel masuk, menggendong Angel dan mendobrak paksa pintu rumah Angel. Meletakkan Angel di kursi ruang tamu, dan mencoba mengajaknya berbicara lagi. Aki memegang pipi Angel, menatap netra emas itu, “Angel Devil. Maaf atas perlakuanku padamu, tapi.. aku sungguh-sungguh mencintaimu. Bagaimana lagi caranya agar kau percaya padaku? Aku tau ini salah, tapi, biarkan aku mencintaimu walau kau tidak menerimanya. Berikan aku kesempatan untuk menjadi orang yang kau cintai juga, kumohon.” Aki kali ini benar-benar menjatuhkan air matanya.
ㅤㅤ“A-aki.. aku takut. Aku cuma takut kalau kau menyukaiku, cibiran buruk jatuh padamu. Kau sempurna, Ki. Aku tidak... tidak mau namamu tercoreng karenaku. Sejujurnya aku juga bingung perasaan apa ini, sejak kau mendekatiku; aku merasa ada orang yang peduli padaku lagi. Aku.. aku juga mencintaimu, Ki. Maaf, aku terlalu memikirkan perasaanku, aku seharusnya memikirkan perasaanmu saat kutolak waktu itu. Maaf, maaf..” Angel ikut menangis, Ia menarik dasi Aki dan memeluknya.
ㅤㅤ“Njel.. kita bisa lakuin ini diem-diem, apapun resikonya, akan kutanggung demi kamu.”
ㅤㅤ“Hayakawa Aki, akan kupegang kata-katamu. Tapi, untuk saat ini, biarkan aku sendiri dulu, ya? Kumohon.” Aki mengangguk paham, dan sekarang berpamitan pulang dengan motor kesayangannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Old City. [Aki & Angel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang