5. Menulis harus ikut pasar! gak ikut gak makan!

5 0 0
                                    

Menulis itu sama kaya lu bikin merek atau brand ternama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menulis itu sama kaya lu bikin merek atau brand ternama. Dimana lu bakal menganalisa, baru lu visualisasikan dalam sebuah huruf di mana gambaran cerita lu udah membludak di dalam kepala. Lu tuangin semuanya. Tapi sesuatu hal yang mengganggu gua adalah, kalau pengen jadi penulis harus mengikuti pasar.

Statement muncul saat teman gue, waktu itu curhat di media sosial pada saat dia ikut kelas atau seminar menulis. Nah, ada dua hal yang menurut gua rasanya itu gak masuk akal banget.

1. Kata moderatornya bahwa "kalau kita menulis, kita harus mengikuti pasar."

Di Indonesia pasar literasi yang laku sekarang adalah, genre SUSI (SUAMI TAKUT ISTRI). Atau perselingkuhan, nikah sama C.E.O tampan, anak gank motor, begitulah pergerakan demografis yang ada di toko buku sekarang. Sampai waktu itu gua gak sengaja ketemu buku yang terjual lolos di Gramedia genrenya adalah hentai dan E-cchi. Kalau  kita pengen tulisan kita laku di pasaran, gak harus mengikuti pasar. Setiap orang  punya idealis yang berbeda.

Menulis laku atau tidaknya, seperti menang lotre. Laku tidaknya, tergantung  pembawaan dari cerita lu.   Bukan karena genrenya pasaran. Kalau rasanya asik untuk di baca, artinya sesuai sama fashion-lu.  Percuma mengikuti pasar kalau gak laku.

Laku atau tidaknya tergantung eksekusi cerita lu bagus atau tidak.

Jadi ucapan moderator itu gak tepat. Menulis terkenal atau tidaknya itu dinamis. Kalau terkenal syukur, kalau tidak terkenal juga syukur.

2. Menulis genre pasaran tidak apa-apa dengan alasan demi cuan. Tapi YANG INI KOK DEMI CUAN?

Oke, kalimat yang capslock nya jebol  adalah kalimat ambigu. Seseorang dari suku Eldia sebelum dia di rumbling oleh pengguna sosial media, waktu itu dia di-trigger oleh salah sati akun yang mencoba memperingatkan, bahwasannya  "kalau menulis genre seks, nanti malah kena dosa jariyah"

Lalu akun ibu-ibu lain berkata dengan penuh emosi berkata:

"Hey kamu!!! Kalau kamu iri bilang aja. Mau tulisan kita ada adegan kakek Sugiono, berdehem ria dengan daun muda itu bukan urusanmu. Itu tulisan kita!! kenapa kamu mengurusi urusan tulisan orang lain?!! Kalau kita gak nulis begituan juga gak makan"

Orang seperti gak jauh beda sama pelacur yang sering menemani om-om setiap malam. Apapun di lakukan demi uang. Ini miris  dan sangat egois.

Kalau kita lihat demografis dari pengguna platform menulis  online, itu sekarang merambah ke dunia remaja  yang sedang mencari jati diri. Seandainya remaja rusak karena bacaan, jangan salahkan remaja.

Pasti diantara kalian ada yang menjawab:

"Itu tergantung orangtua yang mengawasi. Salahkan orangtua yang tidak bisa mengawasi anak dalam menggunakan smartphone"

Perhatian!!! Tidak semua orangtua mengerti telekomunikasi dengan baik. Bahkan orangtua kita ada yang masih memakai hp Nokia yang masih pakai senter (OPPS !!! sekarang tampilan Nokia udah kece yah cuy). Maksudnya Nokia model lama, zaman hp Nokia 5300 mencuat. Gak semua orangtua paham tentang aplikasi android.

Dulu, gue buntu banget ketika ada yang komen seperti ini berbagai grup literasi di Facebook. Sekarang, secara logika berdasarkan analisa di sekitarnya mereka gak semuanya bisa menguasai aplikasi android dengan baik. Mereka hanya menggunakan untu WA, Facebook, kalau yang main instagram itu juga jarang. Paling orang-orang kaya yang paham,  orang-orang bisnis, selebihnya kebanyakan untuk main game. Tak bisa orangtua patut disalahkan. Nah! Inilah peran kita sebagai  orang dewasa.

Kembali ke topik.

Penulis cerita online tidak peduli dengan pasar. Kalau seadainya EYD berantakan, tapi ceritanya masih sesuai dengan umur itu masih bisa diperbaiki. Tapi udah EYD-nya berantakan, di tambah dengan  genre 18+(adult/ JAV), itu jauh penulis yang tega sih. Pasti bakal ada yang bilang, kalau imajinasi itu bebas.

Ia tau, tapi jika kita menjual tulisan dengan genre seperti itu, itu sama saja juga membunuh karakter anda sendiri dengan sebuah tulisan. Akibatnya dunia literasi, sekarang dikotori sama aksi paduan suara di dalam kamar, di mana dua insan lelaki dan perempuan kepedasan karena merasakan sensasi panas yang luar biasa alias...... (you know what i mean)

Secara logika mungkin itu juga kali ya asal mulanya istilah kata H.O.T, setiap diselipkan adegan makan soto dalam kamar, yang disirami cabe rawit.

Kalau pengen terkenal lewat tulisan, janganlah menulis genre 18 young adult. Apalagi di aplikasi menulis online. Mengerikan sekali. Apalagi di jadikan cuan jatuhnya duit-nya, duit haram.

So jangan tersinggung dengan apa yang gua tulis.

Kalau tersinggung berarti lu emang salah.

Hastag Secangkir Kopi(Obrolan Hangat Dalam Fenomena Dunia Kepenulisan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang